Ayam Hutan Hijau, Nenek Moyang Sebagian Ayam Peliharaan

Reading time: 2 menit
Tingkah laku ayam hutan hijau ini gesit dan tangkas. Foto: Inaturalist

Ayam hutan hijau diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam hutan hijau (Gallus varius) memiliki beragam penyebutan seperti canghegar (Sunda), ayam alas (Jawa), dan ajem allas (Madura). Spesies endemik Indonesia ini juga berkerabat dekat dengan ayam hutan merah (Gallus gallus) meski memiliki beberapa perbedaan signifikan.

Ayam hutan hijau adalah salah satu hewan unggas dari famili Phasianidae. Spesiesnya tergabung dalam genus Gallus sehingga memiliki nama ilmiah G. varius. Dalam bahasa Inggris, ayam ini dikenal sebagai Green Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail atau Green Javanese Junglefowl yang tak lain merujuk warna dan tempat asalnya.

Morfologi dan Ciri-ciri Gallus varius

Bertubuh besar, panjang tubuh (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 60 sentimeter pada ayam jantan, dan 42 sentimeter pada betina, ayam hutan hijau terkenal sangat indah.

Bulu tubuhnya hitam berbaur dengan warna hijau mengkilap, dan ujungnya berwarna kekuning-kuningan. Bulu ekornya panjang melengkung berwarna hitam, jumlahnya 16 lembar. Ayam ini memiliki bulu leher kecil-kecil dan berwarna kekuning-kuningan.

Meski berkerabat dengan ayam hutan merah, badan ayam hutan hijau lebih kecil. Perbedaan lain yang mencolok yaitu bentuk jengger dan pialnya. Ayam hutan hijau memiliki jengger bundar, tidak bergerigi, dan pialnya hanya satu buah.

Perbedaan signifikan pada ayam hutan hijau dengan ayam hutan merah yang ada di bagian barat Indonesia adalah pada bentuk ranggah atau jenggernya. Ranggah ayam hutan hijau berbentuk lancip dan agak meninggi di bagian belakangnya. Sementara ayam hutan merah dari Indonesia bagian Barat memiliki ranggah atau jengger yang sama tinggi depan belakang dan bagian atas yang bergelombang.

Habitat dan Distribusi 

Tak seperti ayam hutan merah yang memiliki persebaran hingga ke daratan Asia, ayam hutan hijau memiliki daerah persebaran yang lebih sempit yaitu Nusa Tenggara, Bali dan beberapa kawasan terbatas di Jawa. LIPI menyebut, ayam hutan hijau menunjukkan pola pencampuran genetik yang berbeda di berbagai daerah di Jawa Timur, juga ada perbedaan genetik signifikan antarpulau.

Gallus varius biasanya hidup di daerah pinggiran hutan atau di hutan terbuka dataran rendah. Mereka jarang ditemukan di daerah pegunungan dan rimba belantara.

Perilaku dan Kebiasaan 

Terkenal memiliki tingkah laku sangat gesit, tangkas, ayam ini biasanya membuat sarang di tanah, letaknya tersembunyi di semak-semak. Bahan sarang terbuat dari rumput dan ranting kayu. Sebuah sarang biasanya berisi tiga sampai enam butir telur.

Telur menetas setelah selama tiga minggu. Anak ayam hutan hijau memiliki bulu halus dan berwarna putih kekuning-kuningan. Anak ayam yang baru menetas ini sudah gesit berlarian beberapa jam setelah menetas.

Di hutan, ayam hutan hijau memakan berbagai jenis biji-bijian, dedaunan, serangga, dan binatang-binatang kecil lainnya. Di Kangean, ayam hutan hijau banyak dikawin silangkan dengan ayam kampung. Persilangan tersebut akan menghasilkan ayam Bekisar.

Ayam hutan hijau betina mempunyai bulu bagian dada pudar kekuning-kuningan, dan bulu penutup sayap membentuk garis-garis hitam kekuningan.

Selain tak tahan pada iklim dingin, ayam hutan hijau mudah stres dan ketahanan tubuhnya lebih lemah.

Taksonomi Ayam hutan hijau (Gallus varius)

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top