Calincing, Gulma yang Berkhasiat sebagai Obat

Reading time: 2 menit
Calincing
Foto: shutterstock.com

Indonesia mempunyai potensi sumber keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Banyak dari masyarakat mencari bahan alam sebagai obat alternatif tradisional. Salah satu tumbuhan yang sering digunakan adalah Calincing atau Oxalis corniculata L.

Menurut Lembaga Biologi Nasional-LIPI (1978), nama daerah dari tanaman berdaun asam ini antara lain Semanggen atau Semanggi Gunung (Jawa), Calincing atau Jakut Calincing (Sunda), Mala-mala (Maluku), dan Cembeceran (Madura).

Calincing biasanya tumbuh liar di pinggir jalan maupun di tempat lembap yang teduh atau terbuka. Tanaman ini dapat dijumpai di seluruh kawasan dunia yang beriklim panas (Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1978).

Baca juga: Cermai, Tanaman Berbuah Asam dengan Ragam Manfaat

Tumbuhan dari jenis dikotiledon ini dapat hidup merayap atau tegak dengan tinggi mencapai 5 hingga 35 sentimeter. Mereka juga banyak dijumpai di ladang, dan halaman. Karena merupakan gulma yang sering terdapat di kebun teh maupun kina, tak heran jika tanaman ini sering diabaikan keberadaannya.

Tanaman calincing memiliki bentuk daun yang sangat unik seperti jantung. Dalam satu tangkai daun biasanya hanya terdapat tiga helai anak daun. Bahkan ada pula yang memiliki hingga empat helai anak daun, tetapi sangat jarang terjadi. Keunikan calincing yang memiliki tiga helai anak daun ini dijadikan sebagai simbol Tritunggal Mahakudus oleh Santo Patrick (St Louis, 2010).

Secara morfologi, calincing memiliki daun yang tipis dan tidak mempunyai ruas tulang daun seperti tanaman pada umumnya. Tanaman ini memiliki banyak tangkai daun di setiap batang utamanya sehingga daunnya akan terlihat menggerombol.

Calincing

Foto: shutterstock.com

Daun calincing memiliki bunga berukuran kecil tersusun seperti payung yang terdiri dari 2 hingga 8 bunga dalam setiap tangkai. Kelopak bunganya berwarna kuning cerah (Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1978). Tangkai daun dari tanaman ini berukuran kecil dan tumbuh tegak ke atas menyerupai jarum-jarum kecil.

Selain memiliki buah berbentuk kotak lonjong memanjang, buah calincing juga bersegi menyerupai buah belimbing dan bagian ujung buah menyerupai paruh burung (Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1978). Buah calincing yang masih muda biasanya berwarna hijau, tetapi saat sudah masak biasanya berubah  menjadi cokelat merah dengan permukaan buah yang berkerut-kerut melintang.

Baca juga: Kangkung, Sayuran Hijau yang Dapat Bertahan di Segala Kondisi

Calincing memiliki kandungan kimia seperti flavonoid, viteksin, isoviteksin, asam piruvat, asam lemak, vitamin C, asam oksalat, tannin, minyak atsiri, saponin, dan zat samak (Sudibyo, 1998). Manfaat calincing di antaranya dapat mengobati beberapa penyakit, seperti demam, flu, diare, radang hati (hepatitis), radang tenggorokan, infeksi saluran kencing, terlambat haid, hipertensi, dan neurasthenia (Setiawan, 2006).

Seduhan tumbukan daun atau buahnya berguna sebagai obat kumur untuk radang mulut, menghilangkan bau mulut yang tidak sedap, dan juga sebagai obat tetes untuk menghilangkan rasa gatal pada mata (Sudibyo, 1998).

Taksonomi Calincing

Penulis: Sarah R. Megumi

Top