Cabai Rawit, Meski Pedas Namun Kaya Khasiat

Reading time: 2 menit
cabe rawit
Buah cabai rawit (Capsicum frutescens L.) berwarna hijau tua ketika muda dan berubah hijau kekuningan, jingga atau merah menyala saat buah telah matang. Foto: pixabay

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) adalah tanaman perdu setahun yang berasal dari wilayah Amerika tropik. Tanaman ini dapat dijumpai tumbuh liar di tepi tegalan atau ditanam di pekarangan rumah. Di beberapa daerah tanaman ini memiliki nama yang berbeda-beda, seperti leudeu pentek (dalam bahasa Gayo), lombok japlak (Jawa), cengek (Sunda), dan rica gufu (Ternate dan Tidore).

Secara morfologi cabai rawit merupakan tanaman berkayu dengan banyak percabangan. Tinggi tanaman ini 50-100 cm. Panjang batang utama berkisar antara 20-28 cm dan diameter batang antara 1.5-2.5 cm. Akarnya merupakan akar tunggang dan dapat menembus tanah sampai kedalaman 30-60 cm. Cabe rawit ideal hidup di tanah yang mengandung bahan organik sekurang-kurangnya 1.5% dan mempunyai pH 6.0-6.5 (Gultom, 2006).

Daun cabai rawit merupakan daun tunggal yang bertangkai. Helaian daun berbentuk bulat telur memanjang atau lanset dengan pangkal runcing dan ujung yang menyempit. Daun mudanya bisa dikukus untuk dijadikan lalap.

Bunga cabai rawit tergolong hermaprodit (berkelamin ganda). Mahkota bunga berbentuk bintang dengan warna yang beragam, seperti putih, putih kehijauan, terkadang berwarna ungu. Saat bunganya telah menjadi buah, buahnya akan tumbuh tegak ke atas dengan warna hijau tua ketika muda dan berubah hijau kekuningan, jingga atau merah menyala saat buah telah matang.

cabai rawit

Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Foto: wikimedia commons.

Buah cabai rawit memiliki rasa pedas karena kandungan kapsaisin didalamnya. Pada buahnya juga terkandung zat  gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin (salah satunya adalah vitamin C) dan senyawa-senyawa alkaloid, seperti flavonoid dan minyak esensial (Prajnanta (2007) dalam Arifin (2010)).

Seperti peribahasa “kecil-kecil cabai rawit”, meskipun buah tanaman ini kecil namun memiliki banyak kandungan dan khasiat. Dibandingkan jenis cabai lainnya, cabai rawit paling banyak mengandung vitamin A. Cabai rawit segar mengandung 11.050 SI (Satuan Internasional) vitamin A, sedangkan cabai rawit kering mengandung 1.000 SI. Sementara cabai hijau segar hanya mengandung 260 SI vitamin A, cabai merah segar 470 SI vitamin A, dan cabai merah kering 576 SI vitamin A.

Dari aspek kesehatan, buah cabai rawit dapat menambah nafsu makan (stomakik), melancarkan sirkulasi peredaran darah, merangsang pengeluaran gas dari saluran cerna (karminatif), melegakan hidung tersumbat pada penyakit sinusitis, serta mengobati migrain (sakit kepala sebelah). Sebagai obat luar, cabai rawit juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit rematik, sakit perut, dan kedinginan. Selain sebagai bahan makanan dan obat, cabai rawit juga sering digunakan sebagai tanaman hias (Tjandra, 2011).

Dikutip dalam buku Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia (1992) yang disusun oleh H.M. Hembing Wijayakusuma, seluruh bagian tanaman cabai rawit dapat dipakai menjadi bahan obat. Contohnya untuk mengobati penyakit rematik. Buah cabai rawit digiling sampai halus kemudian campur dengan sedikit kapur sirih dan air jeruk nipis. Campuran bahan tersebut dibalur pada bagian badan yang sakit.

cabe rawit

Penulis: Sarah R. Megumi

Top