Hiu Paus, Raksasa Lembut yang Rentan Punah

Reading time: 3 menit
hiu paus
Hiu paus (Rhincodon typus). Foto: publicdomainpictures.net

Kebanyakan orang awam menganggap hiu adalah satwa karnivora yang buas dan ganas, namun spesies hiu satu ini berbeda. Hiu paus (Rhincodon typus) dikenal sebagai ‘Raksasa Lembut’ karena tubuhnya yang paling besar dibandingkan hiu lainnya. Meski bertubuh besar, satwa ini memiliki sifat yang bersahabat termasuk kepada manusia.

Berdasarkan buku “Pedoman Umum Monitoring Hiu Paus di Indonesia” (2015), pada tahun 2000, hiu yang disebut whale shark ini masuk dalam Daftar Merah untuk Spesies Terancam oleh IUCN dengan status rentan (vulnerable). Artinya populasi satwa ini diperkirakan sudah mengalami penurunan sebanyak 20-50% dalam kurun waktu 10 tahun atau tiga generasi. Pada tahun 2016, IUCN telah menaikkan status ancaman hiu paus menjadi terancam (endangered).

Hiu paus dikategorikan sebagai hewan yang bermigrasi atau memiliki jangkauan wilayah yang luas, dan Indonesia menjadi salah satu jalur migrasi hiu paus. Hiu ini sering ditemui di beberapa perairan Indonesia seperti Sabang, Situbondo, Bali, Nusa Tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, dan Papua. Di Indonesia hiu paus memiliki beberapa nama lokal tergantung dari daerahnya. Berdasarkan KEPMEN-KP/2013, nama lokal hiu ini antara lain hiu bodoh, hiu geger lintang, hiu totol, hiu bintang, dan hiu bingkoh.

Seperti yang telah disebut sebelumnya, hiu paus terkenal dengan tubuhnya yang sangat besar. Tubuh hiu dewasa dapat mencapai ukuran panjang hingga 33 meter dan beratnya bisa mencapai 181 ton atau lebih. Kepalanya lebar dan datar, memiliki mata yang kecil, dan mempunyai lima celah insang sangat besar. Satwa ini memiliki bukaan mulut yang lebar dengan posisi mulut di depan kepala (terminal). Pangkal ekornya pipih dengan keel (tonjolan pada bagian belakang awal sirip ekor/caudal penduncle) di kedua sisinya.

Disamping itu, ikan ini memiliki dua sirip punggung dan dua sirip dada. Cuping sirip ekor bagian atas lebih besar dari cuping sirip ekor bagian bawah. Tubuhnya berwarna abu-abu dengan corak bulatan (totol) dan garis-garis yang berwarna putih/kuning serta memiliki kulit yang tebal. Pada bagian atas sisi tubuhnya terdapat guratan-guratan yang menonjol.

hiu paus

Foto: wikimedia commons

Secara biologi hiu paus termasuk jenis ikan ovovivivar. Hiu paus betina berukuran besar dapat menghasilkan sekitar tiga ratus embrio dan melahirkan sekitar dua belas anakan. Pada saat dilahirkan, anakan ikan hiu paus berukuran sekitar 55 cm – 64 cm. Umumnya jenis betina berukuran lebih besar dari pada jenis jantan. Hiu paus menyukai plankton dan ikan berukuran kecil sebagai makanannya.

Peran hiu paus di perairan sangatlah penting. Selain menjaga keseimbangan ekosistem atau rantai makanan perairan laut, mereka memberikan manfaat ekonomi masyarakat melalui pengembangan pariwisata bahari berbasis hiu. Kegiatan wisata hiu paus di Indonesia bisa ditemukan di Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan Pantai Bentar, Probolinggo.

Sayangnya, saat ini banyak sekali pemberitaan mengenai eksploitasi hiu paus di Indonesia. Dalam bulan Agustus ini saja, sudah terjadi dua kasus eksploitasi hiu paus oleh beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab.

Seperti pada kasus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua. Beberapa penyelam domestik yang berwisata ke tempat itu memegang sirip, buntut, dan mulut satwa ini bahkan menungganginya saat berada di dalam laut.

Tidak lama dari kejadian tersebut, eksploitasi hiu paus kembali terjadi dan kali ini dilakukan oleh aparat keamanan. Diketahui tiga orang aparat keamanan berfoto di atas kepala dan badan bangkai hiu paus yang ditemukan mati terdampar di Pantai Parangkusumo, Yogyakarta.

Sangat disayangkan penegakkan hukum di negeri ini masih tumpul terutama untuk penanganan satwa laut. Sampai saat ini sanksi sosial khususnya dari warga internet (netizen) masih menjadi cara yang efektif untuk memberikan efek jera bagi pelaku eksploitasi satwa liar, baik di darat maupun laut.

hiu paus

Penulis: Sarah R. Megumi

Top