Cottongrass, Penghasil “Kapas” yang Tahan Cuaca Ekstrem

Reading time: 2 menit
Kapas rawa didaulat sebagai flora identitas Kota Manchester, Inggris. Foto: Shutterstock

Walau disebut cottongrass, Eriophorum angustifolium pada dasarnya tidak tergabung dalam bangsa rumput. Spesies ini merupakan tanaman berbunga dari keluarga Cyperaceae (sedge), yang jamak ditemukan di wilayah Amerika Utara, Asia Utara dan Eropa Utara.

Spesies E. angustifolium tumbuh di daerah beriklim sedang, subarktik, serta Artika. Mereka dikenal punya daya tahan tinggi, terutama dalam menghadapi cuaca ekstrem dan juga hama.

Di sejumlah daerah, E. angustifolium awam juluki juga sebagai cottonsedge atau kapas rawa. Ini merujuk pada habitat asli mereka yang berada di area lahan basah terbuka dan tegalan.

Berbeda dengan pohon kapas biasa (Gossypium), cottongrass tidak bermanfaat bagi industri tekstil. Ini digunakan sebagai bahan pengganti dalam produksi kertas, bantal, hingga perban.

Morfologi dan Ciri-Ciri Cottongrass

Tampilan kapas rawa terbilang sangat identik. Flora ini dapat kita cirikan dari biji bunganya yang berwarna putih; tumbuh menggumpal dan menjuntai sehingga tampak seperti kapas.

Bukan cuma itu, spesies E. angustifolium juga tergolong sebagai rimpang abadi yang punya banyak akar. Akarnya ini berwarna merah muda, tembus cahaya dan tidak memiliki cabang.

Batangnya tumbuh tegak dan berbentuk silinder kecil atau prisma segitiga. Teksturnya halus dan berwarna hijau, serta diperkirakan dapat tumbuh setinggi 15 cm sampai 100 cm lebih.

Bunga cottongrass sendiri umumnya muncul pada bulan April hingga Mei. Bagian ini tampak cukup kecil dengan warna cokelat dan hijau, serta menjadi cikal-bakal munculnya kepala biji.

Sayangnya, pertumbuhan cottongrass tidak terlalu maksimal pada musim dingin dan semi. Warna kapasnya terlihat sangat kusam, terkesan seperti layu hingga berwarna kecokelatan.

Habitat dan Distribusi Cottongrass

Kawasan Eurasia, Amerika Utara dan Britania Raya merupakan area distribusi cottongrass. Mereka sangat populer di Inggris, bahkan tercatat menyebar ke hampir seluruh daerahnya.

Di area terdingin di bumi, populasi E. angustifolium terbentang mulai dari Alaska, Finlandia dan Greenland. Sedangkan di Amerika Utara, habitatnya meliputi Manitoba sampai Kanada.

Di wilayah Eurasia, flora berordo Poales ini dapat kita temukan di seluruh Kaukasus, Rusia Eropa dan Asia Utara, termasuk Siberia, Semenanjung Kamchatka, Manchuria, serta Korea.

Melansir IUCN Red List, status konservasi kapas rawa berada pada level “least concern” atau berisiko rendah. Tren populasinya juga stabil, sehingga tidak tergolong sebagai flora langka.

Spesies E. angustifolium sendiri jamak publik manfaatkan sebagai bahan baku industri dan pangan. Flora ini ahli percaya memiliki senyawa aktif yang berguna bagi kesehatan manusia.

Kegunaan dan Manfaat Cottongrass

Tidak banyak yang tahu bahwa biji dan batang cottongrass dapat diolah menjadi makanan. Menu ini populer di wilayah Alaska, terutama bagi masyarakat Inupiat dan Inuit tradisional.

Bahkan akar dan daun kapas rawa diyakini memiliki sifat astringen, yang dapat meringankan gangguan pencernaan. Kedua bahan tersebut bisa direbus atau dikonsumsi secara langsung.

Dahulu kala, gumpalan putih cottongrass sempat digunakan sebagai pengganti bulu dalam isian bantal. Namun seratnya tidak bilang sangat pendek, sehingga mudah rapuh dan rusak.

Bagi para peneliti, spesies E. angustifolium dapat dijadikan penanda daerah berbahaya. Ini merujuk pada pola pertumbuhannya, yang kerap menyamarkan area rawa dan lahan basah.

Lebih jauh lagi, kapas rawa sendiri didaulat sebagai flora identitas Kota Manchester, Inggris. Populasinya cukup banyak di wilayah tersebut, bahkan jamak digunakan sebagai penghias.

Taksonomi Eriophorum Angustifolium

Penulis : Yuhan al Khairi

Top