Domba Garut, Hewan Ternak yang Kuat Diadu

Reading time: 3 menit
domba garut
Domba Garut. Foto: jendralgroup.blogspot.com

Garut identik dengan jajanan khasnya yaitu dodol garut. Namun, selain itu ada lagi yang khas: domba. Domba garut telah lama dikembangkan di daerah Garut. Domba ini juga dikenal dengan sebutan ‘domba priangan’.

Pemerintahan Kabupaten Garut menjadikan domba garut sebagai komoditas unggulan serta menjadi kebanggaan nasional karena memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh jenis domba lainnya di dunia. Bahkan menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 300/Kpts/SR.120/5/2017 tentang Penetapan Rumpun Domba Priangan, domba ini termasuk sebagai kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang harus dilindungi dan dilestarikan.

Domba garut disinyalir mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi (prolifik) sehingga mempunyai potensi yang baik bila dikembangkan sebagai sumber daging (Mansjoer et al., 2007). Berdasarkan sifat genetiknya, domba garut merupakan domba hasil persilangan dari domba lokal, domba Ekor Gemuk dan domba Merino yang telah mengalami adaptasi lingkungan dan seleksi bertahun-tahun di daerah Garut (Balai Informasi Pertanian, 1990).

Mengenai asal usul domba garut ini pun senada dengan pendapat pakar domba seperti Prof Didi Atmadilaga dan Prof Asikin Natasasmita, bahwa domba Garut merupakan hasil persilangan antara domba lokal, domba Kaapstad (ekor gemuk) dan domba Merino yang dibentuk kira-kira pada pertengahan abad ke 19 (±1854) dan dirintis oleh Adipati Limbangan Garut. Menurut data Pemkab Garut (2011), pada tahun 2010 populasi hewan ini di Jawa Barat mencapai 509.025 ekor.

Domba garut telah dikenal oleh masyarakat luas sebagai domba aduan karena memiliki ukuran tubuh yang besar dan postur tubuh yang kokoh. Bobot badan domba garut jantan hidup dapat mencapai 60-80 kg sedangkan bobot badan domba betina hidup mencapai sekitar 30-40 kg. Domba garut memiliki daun telinga yang relatif kecil dan kokoh, bulu cukup banyak serta memiliki kulit dengan kualitas bagus. Untuk domba jantan memiliki tanduk besar, kokoh, kuat dan melingkar sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk (Mason, 1980).

domba garut

Foto: ternakalawwaliyah.wordpress.com

Menurut Damayanti et al. (2001), domba garut termasuk bangsa domba yang memiliki jarak beranak pendek, dan pada domba jantannya memiliki libido yang tinggi. Bobot hidup domba jantan dan betina dewasa masing – masing mencapai 40 – 85 kg dan 34 – 59 kg. Ekornya berbentuk sedang, kuat, pangkal agak lebar dan meruncing pada ujungnya. Untuk kakinya cukup kuat, tegap dan bediri tegak.

Dari segi pemanfaatannya, ternak domba di Kabupaten Garut telah lama diusahakan oleh petani ternak di pedesaan, baik itu sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan yang dipadukan dengan usaha tani. Ternak domba umumnya dipelihara secara tradisional yang berfungsi sebagai tabungan, sumber pupuk kandang, sumber pendapatan dan sebagai hewan kesayangan.

Selain itu, domba ini juga memiliki nilai lebih dari segi seni dan budaya. Menurut kajian ilmiah yang dilansir pada laman elib.unikom.ac.id, terdapat seni pertunjukan rakyat yang berkembang pada masyarakat Sunda yang dikenal dengan seni ketangkasan domba Garut.

Seni ini menampilkan ketangkasan domba Garut (priangan) yang diadu berdasarkan peraturan yang sudah disepakati bersama. Seni ketangkasan ini merupakan ajang bagi peternak domba untuk menampilkan hasil pemeliharaannya dengan cara ditandingkan dengan diiringi seperangkat gamelan, serta di dalamnya terdapat unsur seni pencak silat (Heriyadi, 2001).

Aduan domba garut ini menjadi andalan masyarakat Garut sebagai kesenian khas daerah. Semakin kuat seekor domba, maka harganya akan semakin mahal dan umumnya dijadikan sebagai standar atau ukuran status sosial seseorang.

domba garut

Penulis: Sarah R. Megumi

Top