Jamur Epidermophyton, Fungi Penyebab Infeksi Kaki Atlet

Reading time: 2 menit
Walaupun tidak berbahaya, infeksi jamur ini dapat bersifat kronis. Foto: Shutterstock

Dermatofitosis adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofit yang menyerang jaringan keratin pada manusia. Spesies jamur yang dapat mengakibatkan infeksi kulit tersebut ada banyak, salah satunya Epidermophyton floccosum.

Jamur Epidermophyton atau E. floccosum adalah golongan jamur berfilamen yang tergabung ke dalam keluarga Arthrodermataceae, ordo Onygenales, serta filum atau divisi Ascomycota.

Mereka pertama kali ditemukan dari seorang pasien penderita tinea crusis pada tahun 1870. Lalu, diidentifikasi sebagai fungi dimorfik dan dimasukkan ke dalam genus Epidermophyton.

Fungi dimorfik sendiri merupakan kelompok jamur yang memiliki ciri fisik berubah-ubah. Ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya lokasi pertumbuhan jamur dan cuaca.

Morfologi dan Ciri-Ciri Jamur Epidermophyton

Secara makroskopis, bentuk spesies E. floccosum terlihat bulat dengan bagian atas berwarna putih dan berserat. Bagian bawahnya berwarna kuning kecokelatan serta tampak mendatar.

Jamur ini tidak berasosiasi dengan tanah. Ia juga tidak membutuhkan kondisi tertentu untuk berkembang biak, bahkan proses kematangannya dapat dilakukan dalam waktu 10 hari saja.

Jamur Epidermophyton mempunyai hifa bersepta yang disebut hialin. Fitur utamanya adalah makrokonidia yang tampak halus, berdinding tipis serta berkembang dalam kelompok kecil.

Panjang bagian ini sekitar 20–40 mikrometer, sedangkan lebarnya antara 7–12 mikrometer. Mikrokonidia terdiri atas 1–9 septa, sporanya berdinding tebal serta tahan terhadap panas.

Spesies E. floccosum berkembang biak dengan cara aseksual melalui klamidokonidia. Secara mikroskopis, hifanya tampak kasar serta berbentuk spiral dengan mikrokonidia yang sedikit.

Distribusi dan Gejala Infeksi Jamur Epidermophyton

Jamur Epidermophyton telah menyebar ke berbagai negara, namun infeksinya sendiri paling banyak ditemukan pada daerah tropis dan subtropis, layaknya negara-negara Asia Tenggara.

Di tanah air, penyakit akibat fungi tersebut biasa disebut kutu air atau kurap kaki. Kondisi ini sering terjadi pada kaki yang basah, akibat pemakaian sepatu ketat dalam waktu yang lama.

Secara internasional, infeksi ini lebih dikenal sebagai athlete’s foot. Gejalanya pun berbeda-beda, mulai dari kulit terasa terbakar, kering, pecah-pecah, terkelupas dan berwarna merah.

Gejala athlete’s foot bahkan bisa menular sampai ke bagian kuku. Ini ditandai dari rapuhnya permukaan kuku, berubah warna menjadi pucat, biru atau merah, bahkan tampak menebal.

Jika mengalami gejala di atas, sangat dianjurkan untuk tidak berbagi barang pribadi dengan orang lain. Sebab, jamur ini bisa menular melalui kontak langsung ataupun media perantara.

Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Jamur Epidermophyton

Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Untuk menghindari infeksi jamur tersebut, sebaiknya perhatikan faktor-faktor risikonya. Beberapa hal yang harus Anda lakukan adalah:

  • Segera obati permukaan kulit atau kuku yang berdarah;
  • Hindari mengenakan kaus kaki yang basah atau lembap;
  • Biasakan diri untuk mencuci kaus kaki dan sepatu yang sering digunakan;
  • Jangan gunakan barang-barang pribadi orang lain, seperti kaus kaki, sepatu dan handuk;
  • Selalu gunakan alas kaki saat beraktivitas di tempat umum, termasuk kolam renang atau kamar mandi umum; serta
  • Hindari menggunakan sepatu ketat atau kaus kaki berbahan tebal, agar kaki tidak sering mengeluarkan keringat.

Jamur Epidermophyton bisa menyerang siapa saja, tetapi kasusnya paling banyak ditemukan pada laki-laki berusia 51–60 tahun. Walau tidak berbahaya, infeksi ini dapat bersifat kronis.

Dokter biasanya memberikan obat antijamur oles atau minum. Penanganannya tergantung tingkat keparahan, tapi umumnya memakan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu.

Taksonomi Spesies Epidermophyton Floccosum

Penulis : Yuhan al Khairi

Top