Kanguru Pohon Mantel Emas, Kanguru Tanah Papua yang Kritis

Reading time: 3 menit
kanguru pohon mantel emas
kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus). Foto: wikimedia

Banyak yang menyangka hanya negara Australia saja yang memiliki kanguru. Nyatanya, hewan yang memiliki kantung di perutnya ini (Marsupialia), hidup juga di Indonesia, lebih tepatnya di tanah Papua.

Kanguru Papua memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan kanguru Australia. Disana terdapat dua genus kanguru, yaitu dendrolagus (kanguru pohon) dan thylogale (kanguru tanah). Keduanya masuk dalam kategori langka sehingga termasuk satwa yang dilindungi dari kepunahan.

Sesuai namanya, sebagian besar masa hidup kanguru pohon dihabiskan di pohon. Meski demikian, satwa ini juga sering ke tanah, misalnya saat mencari air minum. Dendrolagus pulcherrimus (kanguru pohon mantel emas) merupakan jenis kanguru pohon yang hanya ditemukan di hutan pegunungan Papua.

Adapun jenis-jenis kanguru pohon yang hidup di Papua antara lain Kanguru Pohon Goodfellow atau kanguru pohon hias atau Goodfellow’s Tree-kangaroo; Dendrolagus mbaiso (disebut sebagai Kanguru Pohon Mbaiso atau Dingiso); Dengrolagus dorianus atau disebut sebagai Kangguru Pohon Ndomea atau Doria’s Tree-kangaroo; Dendrolagus ursinus (disebut Vogelkop Tree-kangaroo atau Kanguru Pohon Nemena); Dendrolagus stellarum disebut juga sebagai Seri’s Tree-kangaroo.

kanguru pohon mantel emas

kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus). Foto: wikimedia

Kaki hewan ini memiliki panjang yang sama dengan lengannya dan sangat kuat untuk membantu dalam memanjat pohon tempat mereka tinggal. Panjang tubuh satwa ini sekitar 41-77cm, panjang ekor 40-87 cm, dan berat tubuhnya bisa mencapai 14,5 kg. Satwa ini senang memakan dedaunan dan buah.

Spesies ini memiliki rambut-rambut halus pendek berwarna coklat muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna kekuningan. Sisi bawah perut berwarna lebih pucat dengan dua garis keemasan dipunggungnya. Ekor panjang dan tidak prehensil dengan lingkaran-lingkaran terang. Kanguru pohon mantel emas memiliki warna muka lebih terang atau merah muda, pundak keemasan, telinga putih dan berukuran lebih kecil daripada jenis kanguru pohon Hias.

Sayangnya, kanguru pohon mantel emas merupakan salah satu jenis kanguru pohon yang paling terancam kepunahan diantara semua kanguru pohon. Spesies ini telah punah di sebagian besar daerah habitat aslinya. Berdasarkan data IUCN Redlist status populasi kanguru pohon mantel emas di alam adalah satwa yang mengalami ancaman kritis (Critically Endangered), satu status mendekati punah di alam (extinct in the wild) sebelum akhirnya punah (extinct).

Semakin berkurangnya populasi kanguru pohon mantel emas di habitatnya, dikarenakan maraknya pembukaan lahan dan perburuan liar jenis dewasanya. Disinyalir si Mantel Emas ini telah mengalami penurunan populasi lebih dari 80% selama 30 tahun terakhir. Selain itu, minimnya pengetahuan masyarakat setempat akan status hewan lucu ini menyebabkan mereka masih memburu si Mantel Emas untuk dikonsumsi dagingnya dan sering dijadikan makanan pengganti babi di acara adat.

Namun demikian, saat ini pemerintah daerah bersama masyarakat adat berupaya untuk melindungi hewan berkantung ini. Dengan melibatkan peran masyarakat lokal sebagai mitra polisi hutan, membuktikan bahwa masyarakat adat bisa menjaga kelestarian kanguru, masyarakat pemilik ulayat pun masih menjaga wilayahnya dengan baik.

Ditambah lagi tahun ini Papua akan menjadi tuan rumah konfrensi internasional “International Conference on Biodiversity, Ecotourism and Creative Economy (ICBE) 2018” pada tanggal 7 sampai 10 Oktober 2018 di Manokwari, Papua Barat. Kegiatan ini merupakan terobosan dari Pelaksanaan Agenda 2030 Pembangunan Berkelanjutan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), dimana keanekaragaman hayati mendapatkan perhatian serius. Hasil yang diharapkan melalui konfrensi ini adalah seluruh pihak bersama-sama berkomitmen untuk mengelola dan melestarikan keanekaragaman hayati Papua demi kesejahteraan alam dan umat manusia.

kanguru pohon mantel emas

Penulis: Sarah R. Megumi

Top