Nezara viridula L. dikenal juga dengan nama kepik hijau atau lembing hijau. Dalam Bahasa Inggris serangga kecil ini disebut green stink bug. Mereka ditemukan di seluruh daerah tropis dan subtropis.
Kepik hijau memiliki habitat tanaman inang yang cukup luas meliputi tanaman pangan, buah-buahan, tanaman hias, sayuran bahkan beberapa jenis gulma (Prayogo, 2012). Kepik hijau menyerang tanaman padi, kedelai, jagung, tembakau, kentang, cabai, kapas, jeruk, buncis dan berbagai tanaman polong lainnya.
Baca juga: Sapi Perah Penghasil Susu Kualitas Terbaik
Secara morfologi, bagian kepala dan toraksnya mempunyai kombinasi warna jingga atau kuning kehijauan dengan tiga bintik hijau di punggung. Pada sisi kiri dan kanan toraks terdapat duri yang merupakan ciri khas hama ini. Serangga ini juga memiliki tubuh pipih persegi lima dengan panjang sekitar satu sentimeter.
Kepik hijau memiliki sayap depan setengah tipis, setengah tebal (sayap hemilitron), alat mulut menusuk-mengisap (haustelata), dan bermetamorfosis setengah sempurna (paurometabola). Nimfa kepik hijau memiliki warna berbeda, awalnya mereka berwarna coklat muda, kemudian berubah menjadi hitam dengan bintik putih lalu menjadi hijau (imago) (Nurjanah, 2008).
Seekor imago betina mampu menghasilkan telur sekitar 104-470 butir yang diletakkan secara berkelompok pada permukaan daun bagian atas maupun bawah. Setiap kelompok telur terdiri dari 10-50 butir. Telur akan menetas kurang lebih enam hingga tujuh hari setelah diletakkan oleh imago.
Telurnya berwarna kekuningan, tetapi menjelang menetas warnanya berubah menjadi kemerahan (merah bata) dengan telur berbentuk oval agak bulat seperti tong. Selanjutnya, nimfa yang telah menetas berwarna transparan dan mengkilat. Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang lebih selama 4-8 Minggu (Nurjanah, 2008).
Siklus hidup kepik hijau saat pagi hari biasanya berdiam di permukaan atas daun untuk berjemur. Pada saat matahari mulai terik, serangga ini turun untuk berteduh sambil memakan polong terutama yang masih muda.
Baca juga: Lutung Primata Endemis Pulau Jawa
Teknik pengendalian hama kepik hijau masih menggunakan insektisida sintetik. Padahal pemakaian racun serangga secara intensif dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti meningkatkan resistensi hama terhadap insektisida kimia, membunuh musuh alami, membuat terjadinya ledakan populasi serangga hama sekunder, mengakumulasi residu pestisida, meningkatkan risiko keracunan pada manusia dan hewan ternak, mengontaminasi air tanah, menurunkan biodiversitas, hingga bahaya lain yang berkaitan dengan lingkungan.
Sedangkan pengendalian biologi menggunakan agen hayati seperti parasitoid, predator, dan patogen serangga dapat memperkuat keseimbangan agroekosistem serta menjawab permasalahan serangan hama kepik hijau.
Penulis: Sarah R. Megumi