Kowak Malam Abu, Burung Nokturnal Bersuara Nyaring

Reading time: 3 menit
Kowak Malam Abu. Foto: greeners.co/Ady Kristanto

Kowak Malam Abu atau Kowak Malam Kelabu adalah sejenis Burung Cangak (Ardea cinerea) yang berasal dari keluarga Ardeidae (spesies kuntul-kuntulan). Ia terkenal sebagai hewan yang senang berkelompok, serta aktif di malam hari untuk mencari makan.

Pemberian nama burung ‘kowak’ pada spesies Nycticorax nycticorax terbilang sangat unik. Nama ini ahli ambil dari kebiasaan mereka, yang kerap mengeluarkan suara serak seperti “wak… kwak!”

Berkat suaranya tersebut, sebagian masyarakat mengenal burung ini sebagai Gagak Malam. Sedang bagi para nelayan, mereka akrab dengan julukan Kowak Maling karena kegemarannya mencuri ikan.

Melihat habitatnya, persebaran kowak malam abu sebenarnya cukup luas. Ia dapat kita temukan hampir di seluruh negara, serta terdistribusi nyaris ke seluruh area kepulauan Indonesia.

Morfologi dan Ciri-Ciri Burung Kowak Malam Abu

Dalam istilah asing, N. nycticorax publik kenal dengan nama Black-crowned Night Heron. Hal ini merujuk pada corak hitam di bagian kepala hewan tersebut yang tampak seperti mahkota.

Secara morfologi, tampilan burung kowak malam abu memang cukup cantik. Ukuran tubuhnya tergolong sedang-besar dengan bobot rata-rata mencapai 800 g dan panjang berkisar 64 cm.

Corak hitam di kepala kowak malam sejatinya adalah pertanda kedewasaan mereka. Warnanya cenderung terlihat agak kebiruan, dengan leher dan bagian dada berwarna putih kusam.

Saat masih muda, warna bulunya cenderung cokelat kusam. Terdapat bintik-bintik putih di sekujur tubuh mereka yang mirip seperti anak burung Kowak Malam Merah (Nycticorax caledonicus).

Bagian punggungnya tampak indah dengan mantel hitam berkilau berwarna hijau atau kebiruan. Bagian sayap dan ekor mereka bercorak abu-abu dengan ukuran yang tidak terlalu jenjang.

Paruh kowak malam abu terhitung cukup panjang, warnanya hitam dan berbentuk agak runcing. Iris matanya merah dengan kaki berwarna kuning, yang bisa berubah kemerahan saat musim berbiak.

Karakteristik dan Kebiasaan Kowak Malam Abu

Sebagai hewan nokturnal, waktu siang hari digunakan kowak malam untuk beristirahat. Mereka bertengger sambil merumuk dalam kelompok pada dahan atau dedaunan pohon yang rimbun.

Tempat peristirahatan hewan ini biasanya tak jauh dari area perairan. Namun dalam sebuah penelitian, mereka ahli ketahui sanggup menempuh jarak 20 km lebih untuk mencari makan.

Selain kebiasaan unik di atas, karakteristik burung kowak malam abu juga kita identifikasi melalui pola makan, reproduksi, dan habitatnya. Agar tidak penasaran, baca penjabaran berikut ini.

– Pola Makan

Aktivitas perburuan kowak malam berlangsung selepas maghrib. Mereka terbang dari tempat peristirahatannya untuk mencari ikan, kodok, serangga air, ular kecil, bahkan tikus dan celurut.

Di dalam gelap malam, burung berordo Ciconiiformes umumnya mengeluarkan suara-suara yang cukup nyaring. Perburuan mereka usai pada saat pagi buta, tepatnya sebelum waktu subuh tiba.

– Habitat dan Persebaran

Daerah sungai, aliran air, tambak, rawa, persawahan, hingga padang rumput adalah lokasi favorit koloni kowak malam. Mereka membuat sarang di bagian tajuk pohon dari anyaman ranting kecil.

Menelisik distribusinya, spesies N. nycticorax dapat kita jumpai di area Pulau Sumatra sampai Jawa. Ia pun pakar temukan di kawasan Pulau Kalimantan, Bali, Sulawesi, sampai teritori Pulau Flores.

– Reproduksi

Saat musim kawin hingga bertelur, corak warna kepala dan punggung kowak malam abu mungkin terlihat berbeda. Ia memiliki dua bulu putih hiasan yang memanjang dari kepala sampai ke mantel.

Dalam sekali berbiak, induk black-crowned night heron mampu menghasilkan 2 – 4 telur. Proses ini biasanya terjadi antara Desember – April di Jawa Timur, serta Februari – Juli di wilayah Jawa Barat.

Populasi dan Status Konservasi Kowak Malam Abu

Pada tahun 2005, BICONS atau Bird Conservation Society sempat melakukan perhitungan terhadap populasi burung kowak malam abu yang terdapat di wilayah Jalan Ganesha, Kota Bandung.

Dalam penelitian tersebut, tercatat ada 1.312 individu yang hidup di sekitar kampus ITB. Jumlah ini bahkan belum termasuk burung penjaga sarang, serta bayi-bayi yang belum mampu terbang.

Di tahun yang sama, tepatnya pada bulan Desember, penelitian serupa kembali BICONS lakukan. Hasilnya, populasi satwa tersebut terhitung menurun menjadi tinggal 1.147 ekor saja.

Penurunan populasi spesies N. nycticorax di Jalan Ganesha sebenarnya sangat pakar sayangkan. Pasalnya, sebagian besar kematian burung ini justru disebabkan oleh aktivitas perburuan liar.

Melansir IUCN Red List, status konservasi burung kowak malam abu memang di level Least Concern. Namun tren populasinya ahli ketahui semakin menurun, bahkan dalam hitungan yang sangat pesat.

Taksonomi Burung Kowak Malam Abu

Penulis : Yuhan Al Khairi

Top