Lalat Buah, Si Cerah Penyuka Buah

Reading time: 3 menit
lalat buah
Lalat Buah (Bactrocera spp). Foto: wikimedia commons

Salah satu kendala dalam budidaya tanaman buah adalah adanya serangan lalat buah. Pengertian lalat buah merujuk pada dua spesies yang berbeda, yaitu lalat cuka (pomace fly) dari famili Drosophilidae dan lalat buah (truefruit fly) dari famili Tephritidae. Sampai saat ini, tercatat kurang lebih 5.000 spesies lalat yang sudah dideskripsikan dan terbagi dalam 500 genus. Dari jumlah spesies tersebut, sebagian besar digolongkan sebagai hama, misalnya genus Bactrocera. Hanya sebagian kecil dari spesies ini berperan sebagai musuh alami.

Bactrocera spp. merupakan hama yang sangat merugikan pada tanaman hortikultura, di antaranya menyerang cabai merah, jambu biji, jambu air, belimbing, nangka, mangga dan lainnya. Selain itu tanaman seperti kopi, dan cengkeh juga menjadi sasaran serangan lalat ini.

Di negara-negara tropis seperti di Indonesia, lalat buah mudah berkembang biak terutama karena pakan yang melimpah dan didukung oleh iklim yang ideal. Menurut Agus Susanto et al, peneliti Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Padjadjaran dalam Jurnal Agrikultura (2017) menjelaskan bahwa umumnya populasi lalat buah akan meningkat seiring dengan peningkatan curah hujan. Curah hujan memiliki hubungan terhadap pembuahan tanaman inang dan masa pembuahan banyak terjadi ketika sering hujan.

Selain itu faktor suhu juga berpengaruh terhadap perkembangan populasi, lama hidup serta mortalitas lalat buah. Lalat buah dapat hidup dan berkembang pada suhu 10-30°C dan telurnya pada suhu antara 25-30°C. Telur-telur tersebut dapat menetas dalam waktu yang relatif singkat yaitu 30-36 jam.

lalat buah

Dibandingkan dengan lalat rumah, lalat buah memiliki warna yang lebih menarik. Foto: wikimedia commons

Secara morfologi ukuran tubuh lalat buah hampir sama dengan lalat rumah. Berbeda dengan lalat rumah, lalat buah memiliki warna yang menarik dengan kombinasi warna hitam keabu-abuan, kuning, dan oranye kecoklat-coklatan. Serangga ini mempunyai tubuh yang berbuku-buku, termasuk pada kaki dan antena. Kepalanya berbentuk bulat agak lonjong. Antena tersusun dari tiga ruas.

Pada beberapa spesies lalat buah terdapat noktah (titik kecil) warna khas yang digunakan untuk membedakannya dengan spesies yang lain. Beberapa spesies lalat buah bahkan dapat dikenali melalui noktah hitam pada bagian depan wajah yang disebut dengan facial spot.

Bagian toraks atau dadanya juga terdapat warna-warna yang cerah. Warna dasar toraks lalat buah ialah hitam atau coklat-merah bata. Ciri yang paling mudah dikenali juga terlihat dari garis berwarna kuning di bagian tengah (median) atau di pinggir (lateral) di daerah mesotoraks (daerah tengah dada). Pada kebanyakan lalat buah, abdomen (bagian tubuh berupa rongga perut yang berisi alat pencernaan) berwarna dasar coklat tua atau coklat muda atau hitam keabu-abuan.

Siklus hidup serangga ini terdiri atas 4 fase. Fase tersebut terdiri dari telur, larva, pupa dan imago. Tahap perubahan ini termasuk metamorfosis sempurna atau dikenal dengan holometabola. Helda Syahfari, dosen Fakultas Pertanian Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda dalam Majalah Ilmiah Pertanian Ziraa’ah (2013) menjelaskan bahwa sifat khas lalat buah adalah hanya dapat bertelur di dalam buah. Larva (belatung) yang menetas dari telur lalat buah akan merusak daging buah, sehingga menyebabkan buah menjadi busuk dan gugur.

Lalat buah betina meletakkan telur ke dalam buah melaui ovipositor (alat peletak telur) dan meletakkannya di bawah kulit buah. Umumnya seekor lalat betina mampu menghasilkan telur 1.200 hingga 1.500 butir.

lalat buah

Penulis: Sarah R. Megumi

Top