Oyong, Tidak Hanya Enak Dimakan

Reading time: 3 menit
tanaman oyong
Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb. Foto: wikimedia commons

Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb) biasanya menjadi salah satu isian sop atau sayur bening. Nama lain tanaman ini adalah gambas atau blustru. Dalam penamaan bahasa Inggris oyong dikenal dengan nama towel gourd. Tanaman ini termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Tanaman yang berasal dari India ini telah beradaptasi dengan baik di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Oyong merupakan tanaman setahun dan dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi. Tanaman ini juga dijumpai di semak, tepi sungai dan pantai. Mereka dapat ditanam di ladang, sawah dan tegalan.

Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman ini membutuhkan iklim yang kering dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang musim dan dalam kisaran suhu 18-24°C. Tanah yang paling ideal bagi budidaya oyong adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik, serta mempunyai pH 5,5–6,8.

Oyong berbatang lunak dengan bentuk segi lima. Tanaman ini tumbuh merambat, serta mempunyai sulur yang digunakan sebagai alat untuk merambat. Secara morfologi oyong memiliki tangkai daun berwarna kuning kecoklatan dengan panjang 3-8 cm, teksturnya berbulu halus dan berlekuk. Helaian pada daunnya bewarna hijau redup dengan panjang 10 cm – 25 cm bertekstur kasar dan bentuknya lonjong (silindris).

Untuk bunganya, oyong termasuk bunga berkelamin satu (monoecus) yaitu bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman. Bunganya berwarna kuning, dapat menyerbuk sendiri (self pollination) dan menyerbuk silang (cross pollination).

tanaman oyong

Bunga oyong termasuk bunga berkelamin satu (monoecus). Buah oyong berbentuk bulat panjang dengan bagian pangkal kecil. Foto: wikimedia commons

Buah oyong berbentuk bulat panjang dengan bagian pangkal kecil. Buahnya berukuran panjang 15 cm – 60 cm, lebar 5 cm – 12 cm dengan diameter 5 cm – 8 cm. Tiap buah berbiji banyak, bentuk biji gepeng, berwarna hitam dan rasanya pahit. Tiap biji berukuran panjang 0,6-0,8 cm dan lebar 0,5-0,6 cm dengan struktur kulit agak keras (Rukmana, 2000).

Buah yang sudah tua berwarna hijau kecoklatan hingga kuning coklat, dan kulit biji berwarna hitam dan keras. Bagian dalam dari buah yang sudah masak terdapat anyaman sabut yang rapat. Sabut ini sering digunakan sebagai spons (Stephens, 2003).

Kandungan kimia pada buah oyong antara lain karbohidrat, karoten, lemak, protein, asam amino, alanine, arginine, sistin, asam glutamate, glisin, hidroksiprolin, serin, triptofan, asam pipekolat, flavonoid dan saponin. Dalam buah oyong juga terdapat kandungan senyawa yang memberikan rasa pahit yakni luffein.

Berbagai sumber menyatakan buah oyong dapat digunakan mengatasi rematik, nyeri sendi, otot, nyeri dada dan memperbanyak air susu ibu (ASI) serta menghilangkan jaringan kulit mati. Buah oyong secara empiris diketahui memiliki efek diuretik (meluruhkan kemih), menghilangkan bengkak dan dapat menurunkan tekanan darah.

Bagian dari tanaman oyong yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat yaitu buah, biji, daun, akar, dan batangnya. Dalam buku karya H.M. Hembing Wijayakusuma yang berjudul “Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia” (1992), menerangkan bahwa oyong juga efektif menyembuhkan sesak napas dan bisul.

Untuk menyembuhkan sesak napas Anda bisa mengambil lima lembar daun muda oyong kemudian cuci bersih lalu diasapkan sebentar. Setelah proses tersebut daun oyong dapat dimakan dengan nasi sebagai lalap. Dianjurkan untuk mengonsumsinya sehari dua kali. Untuk mengobati bisul dapat memanfaatkan akar oyong yang sudah tua. Akar tersebut digodok atau direbus. Air rebusannya kemudian digunakan untuk mengompres bisul. Pengobatan dengan tanaman oyong tidak dianjurkan khususnya bagi wanita hamil dan yang memiliki fungsi limpa yang lemah.

oyong

 

Penulis: Sarah R. Megumi

Top