Lutung Simpai, Primata Berjambul dari Pulau Sumatra

Reading time: 3 menit
Lutung ini penghuni hutan hujan tropis. Foto: Shutterstock

Indonesia dikenal akan kekayaan flora dan faunanya yang melimpah. Di negara ini, kita bisa menemukan berbagai organisme langka yang tidak dapat dijumpai di negara lainnya. Misalnya lutung simpai, primata ini bersifat endemis karena hanya ditemukan di Pulau Sumatra.

Simpai dikenal dengan nama ilmiah Presbytis melalophos. Hewan ini tergabung dalam genus Presbytis dan famili Cercopithecidae, sehingga masih berkerabat dengan babun (Papio) dan monyet kra (Macaca).

Bagi sebagian orang, spesies ini lebih dikenal sebagai surili Sumatra. Nama “surili” sendiri sejatinya merujuk pada keluarga primata tersebut, sebuah grup monyet dunia lama yang berasal dari Asia Tenggara.

Selain simpai, kita bisa menemukan spesies Presbytis lain di Pulau Jawa, Sumatra, Borneo, hingga Semenanjung Malaysia. Berbagai spesies ini sebenarnya cukup mirip, tetapi bisa dibedakan dari warna bulunya.

Morfologi dan Ciri-Ciri Lutung Simpai

Lutung simpai dapat kita cirikan dari jambul hitamnya yang terdapat di bagian kepala. Jambul itu cukup mirip seperti mahkota, sehingga tidak heran jika monyet ini dijuluki sebagai “mitred leaf monkey”.

Baik betina maupun pejantan, keduanya bisa berkembang biak hingga sepanjang 45–49 cm. Bobot tubuh hewan tersebut antara 5–6 kg, serta mempunyai ekor yang panjangnya mencapai 71 cm.

Ekor simpai dapat tumbuh hingga satu setengah kali panjang tubuhnya. Selain itu mereka juga memiliki corak bulu yang beragam, mulai dari abu-abu, hitam, hingga kecokelatan.

Seperti yang telah disebutkan, masing-masing subspesies lutung simpai mempunyai warna bulu dan corak yang berbeda. Agar semakin paham, simak uraian lengkapnya berikut ini:

  • Subpesies m. melalophos: ventral berwarna putih kemerahan, sedangkan dorsal berwarna merah kekuningan. Ekor berwarna gelap, sementara jambulnya berwarna merah kehitaman. Tangan dan kaki subspesies ini berwarna hitam.
  • Subspesies m. mitrata: ventral berwarna putih, dorsa abu-abu, sedangkan ekor berwarna keabu-abuan atau keputihan.
  • Subspesies m. bicolor: bagian dahi berwarna abu-abu dengan pinggiran hitam. Matanya dikelilingi kulit berwarna abu-abu atau abu-abu kebiruan, sedangkan moncongnya berwarna hitam. Bulu mahkota memiliki garis bercorak hitam. Area dorsalnya berwarna cokelat, sedangkan ventral berwarna putih. Ekor subspesies ini berwarna hitam di luar dan putih di bagian dalam.
  • Subspesies m. sumatrana: dorsal berwarna cokelat, sementara ventral, tungkai, pergelangan tangan dan kaki bercorak keputihan. Bulu di sisi puncak berwarna abu-abu kecokelatan, sedangkan tenggorokannya berwarna putih krem.

Habitat dan Distribusi Lutung Simpai

Lutung simpai merupakan hewan penghuni hutan hujan tropis seperti hutan primer, hutan sekunder, serta daerah perkebunan yang terletak pada dataran rendah sampai ketinggian 2.500 meter di atas laut.

Mereka menyukai pohon-pohon bertajuk tinggi, yang umumnya tidak jauh dari area perairan. Selain ciri fisik, berbagai subspesies simpai juga dapat dibedakan berdasarkan peta persebarannya, seperti:

  • Subspesies m melalophos mendiami daerah barat daya Pulau Sumatra, mulai Sungai Rokan selatan hingga Sungai Batanghari, atau di sepanjang Bukit Barisan hingga Lampung.
  • Subspesies m mitrata bermukim di Sumatra bagian tenggara, mulai dari Lampung utara hingga Sungai Musi, Palembang sebelah barat, serta utara Sungai Batanghari.
  • Subspesies P. m bicolor mendiami Sumatera barat-tengah.
  • Subspesies P. m sumatrana berada di Sumatra Barat, Gunung Talamau, dan Pulau Pini (Kepulauan Batu).

Pola Hidup dan Populasi Lutung Simpai

Lutung simpai aktif pada siang hari (diurnal). Mereka termasuk sebagai hewan arboreal, sebab menghabiskan sebagian besar waktunya di atas pohon. Hewan ini biasanya memakan buah, bunga, serta biji-bijian.

Spesies P. melalophos hidup berkelompok dengan satu jantan dan 5–7 betina. Para penjatan mencapai kematangan seksual pada usia 34–47 bulan, sedangkan sang betina rata-rata pada usia 35–60 bulan.

Induk betina dapat melahirkan satu anak simpai dalam sekali berbiak. Periode perkawinannya terjadi sepanjang tahun, sementara masa kehamilan hewan tersebut berlangsung selama 155–226 hari.

Melansir IUCN Red List, status konservasi lutung simpai berada pada kategori “endangered” atau terancam. Tren populasinya bahkan terus menurun, sehingga digolongkan sebagai satwa langka yang dilindungi.

Menurut penelitian, hilangnya habitat merupakan salah satu penyebab kepunahan spesies ini. Alih fungsi hutan dan pembukaan lahan secara besar-besaran, membuat kelompok simpai semakin tersingkirkan.

Taksonomi Presbytis Melalophos

Penulis : Yuhan al Khairi

Top