Sisal, Tumbuhan Penghasil Serat yang Kaya Manfaat

Reading time: 4 menit
sisal
Sisal, Tumbuhan Penghasil Serat yang Kaya Manfaat. Foto: Shutterstock.

Tumbuhan Sisal atau Agave Sisalana adalah tanaman penghasil serat alami yang cukup populer di Indonesia. Seratnya tidak cuma berguna sebagai bahan baku pembuat benang, namun juga bermanfaat sebagai material bangunan, konstruksi hingga otomotif.

Menurut sejarah, tumbuhan endemik asal Meksiko ini pertama kali dibawa ke Indonesia pada abad ke-17. Flora tersebut bangsa Spanyol perkenalkan sebelum menjadi objek budi daya.

Tingginya permintaan material serat pada saat itu, turut melambungkan nama tanaman sisal. Tak ayal pada abad ke-20, tumbuhan ini resmi menjadi komoditi ekspor yang berasal dari Indonesia.

Di tanah air, peta persebaran Agave sisalana terbilang cukup luas. Mereka dapat kita temukan menyebar di sekitar Pulau Jawa, Madura, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).

Karakteristik Habitat dan Persebaran Sisal di Dunia

Tumbuhan sisal memang tergolong cukup kuat. Jika kita tinjau dari habitatnya, tanaman ini dapat berbiak secara baik pada lingkungan yang tandus, panas dengan karakteristik tanah yang kering.

Salah satu syarat pertumbuhan Agave di habitatnya adalah sinar matahari penuh dengan tingkat kelempaban udara 70-80% (moderate), serta curah hujan berkisar 1.000-1.250 mm per tahunnya.

Agar dapat tumbuh secara sempurna, mereka juga memerlukan lingkungan dengan suhu maksimal antara 27-28 C, kadar pH tanah berkisar 5,5-75, dengan kandungan Ca yang cukup di dalamnya.

Mirip seperti kaktus, spesies Agave tidak memerlukan air yang banyak saat pembudidayaannya. Mereka justru tidak suka lingkungan yang basah maupun tanah dengan genangan air yang banyak.

Melihat karakteristik habitat dari tumbuhan yang satu ini, tidak salah jika mereka berasal dari kawasan tropis-sub tropis seperti Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.

Brazil merupakan salah satu negara penghasil serat sisal. Selain Negeri Samba, negara lain penghasil serat tersebut adalah Cina, Kenya, Tanzania, Madagaskar, Thailand dan tentunya Indonesia.

Morfologi, Ciri-Ciri dan Reproduksi Agave Sisalana

Jika kita lihat sekilas tanaman sisal memang tampak seperti Lidah Buaya atau Aloe Vera, hanya saja dengan ukuran daun yang lebih besar, tebal dan juga lebih panjang.

Berdasarkan jurnal penelitian UMM, tanaman Agave secara umum berbiak dengan cara generatif maupun vegetatif. Bunganya bersifat biseksual dengan tinggi tingkai antara 3-5 m.

Penyerbukan bunga sendiri biasanya terbantu oleh hewan-hewan seperti serangga, burung serta kelelawar, dengan tingkat efisiensi yang berbeda-beda sesuai spesiesnya.

Pembiakkan secara generatif sebenarnya menguntungkan, sebab biji yang flora ini hasilkan terhitung cukup banyak. Namun usia berbunga Agave relatif singkat, yakni tepat sebelum fase kematian.

Berbeda dengan Agave sisalana, spesies ini memiliki tingkat ploidi yang tinggi sehingga benihnya menunjukkan jumlah kromosam abnormal atau bahkan tidak menghasilkan buah.

Secara vegetatif, tanaman Agave berkembang biak dengan rimpang dan umbi akar (bulbil). Rimpang akan tetap melekat pada induknya sampai siap memisahkan diri dan membentuk individu baru.

Apabila melalui bulbil, umumnya tanaman tersebut akan membentuk tiruannya sendiri yang tumbuh dari cabang perbungaan dan tangkai aksilar buah.

Sebagai informasi, pemanenan sisal dapat Anda lakukan sebanyak dua kali setelah berusia 40-48 bulan. Tiap daunnya bisa menghasilkan 50-60 daun, dengan durasi panen hingga 7-12 tahun usia tanaman.

sisal

Brazil merupakan salah satu negara penghasil serat sisal. Selain Negeri Samba, negara lain penghasil serat tersebut adalah Cina, Kenya, Tanzania, Madagaskar, Thailand dan tentunya Indonesia. Foto: Shutterstock.

Manfaat Daun dan Serat Sisal untuk Beragam Kebutuhan

Pemanfaatan tanaman sisal sudah terjadi sejak lama. Tidak cuma serat, berbagai bagian dari flora tersebut juga bisa kita gunakan untuk beragam kebutuhan, di antaranya:

1. Sisal sebagai Penahan Tanah

Bagi petani di lahan kritis, spesies Agave sisalana biasanya sebagai penahan tanah. Jika masuk masa panen, serat dari tumbuhan tersebut juga bermanfaat untuk para pedagang jual ke pasaran.

2. Bahan Baku Sampo

Melansir jurnal Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, daun dari tanaman sisal mampu menghasilkan cairan yang nantinya berguna sebagai bahan baku pembuat sampo.

3. Olahan Obat dan Bahan Baku Kosmetik

Tidak cuma sampo, dalam penelitian yang sama menyebut air ampas dari daun tersebut juga berguna sebagai bahan baku olahan obat serta pembuatan kosmetik.

4. Penghasil Bioetanol dan Biogas

Pakar berpendapat, di dalam sisa penyeratan tumbuhan Agave mengandung selulosa yang tinggi dan bermanfaat sebagai bahan baku penghasil bioethanol dan biogas.

Proses menggodokan tersebut yakni dengan metode fermentasi. Kandungan pada tanaman ini mencapai 70% lebih tinggi ketimbang jenis serat lainnya.

5. Kerajinan dan Alat-Alat Rumah Tangga

Tentu saja, salah satu manfaat serat sisal yang paling banyak dimanfaatkan adalah sebagai bahan baku kerajinan dan alat-alat rumah tangga, seperti karpet, keset, sapu dan sebagainya.

Bagi industri nasional, material yang satu juga bisa menjadi bahan pembuat bungkus kabel, karung, geotekstil, jala ikan, tekstil, tali temali, sikat, tambalan, tenun hingga kertas.

6. Bahan Penguat Gigi Palsu

Dalam penelitian di bidang kesehatan, serat dari tumbuhan berordo Liliales ini bermanfaat sebagai penguat resin akrilik, yakni gigi tiruan yang memiliki kekuatan fleksural cukup lemah.

7. Material Konstruksi dan Otomotif

Menurut Teger Basuki, dkk. dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “Agrika,” berkat karakteristiknya yang kuat material ini sangat cocok sebagai pelapis bodi mobil dan juga bahan bangunan.

Sebagai bahan bangunan, pengrajin sering menggunakan sisal sebagai komposit subtitusi kayu, kusen, pintu, atap serta material bangunan anti gempa karena daya tahan dan kekokohannya.

Sedang di India, komposit serat tersebut kini telah dikembangkan sebagai pembuat bodi mobil karena sifatnya yang ringan, murah dan mampu menghemat energi produksi hingga 80%.

Taksonomi Sisal

taksonomi sisal

Referensi

Teger Basuki dan Lia Verona, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA”

Uma Rindy Pangestu, Universitas Muhammadiyah Malang

Nashron ‘Aziza Suheb, Universitas Muhammadiyah Malang

Laman Britannica

Laman Litbang Kementerian Pertanian 

Penulis: Yuhan Al Khairi

Top