Indonesia Fashion Week Bawa Pesan Lingkungan Lewat Busana

Reading time: 2 menit
Indonesia Fashion Week menyuguhkan busana dari seni tekstil alternatif ramah lingkungan dengan nuansa tumbuhan laut. Foto: Rachmania Sukma Anjani
Indonesia Fashion Week menyuguhkan busana dari seni tekstil alternatif ramah lingkungan dengan nuansa tumbuhan laut. Foto: Rachmania Sukma Anjani

Ajang Indonesia Fashion Week 2024 kembali terlaksana di Jakarta Convention Center pada Maret lalu. Beragam desain busana karya berbagai desainer ditampilkan dengan indah dan menarik.

Namun, kali ini ada yang berbeda. Indonesia Fashion Week menyuguhkan busana dari seni tekstil alternatif ramah lingkungan dengan nuansa tumbuhan laut. Busana ramah lingkungan itu merupakan rancangan Rachmania Sukma Anjani atau Anya.

Ia menggunakan biokomposit yang terbuat dari material yang dapat diperbaharui dari tumbuhan dan hewan. Material kali ini terbuat dari agar-agar, bulu domba, dan gelatin sapi yang diwarnai dengan pewarna alami indigo yang berasal dari daun indigofera. Anya menciptakan karya seni ini terinspirasi dari tumbuhan laut, yakni rumput laut (seaweed).

BACA JUGA: Industri Tekstil Harus Hentikan Kerusakan Lingkungan

“Seluruh material tersebut dimasak lalu dikeringkan di atas papan selama empat hari dengan panas matahari. Setelah kering, hasil akhirnya adalah lembaran yang siap untuk dijahit,” kata Anya kepada Greeners lewat sambungan telepon.

Anya berharap melalui karyanya di Indonesia Fashion Week, masyarakat mendapat inspirasi baru dan mengetahui keberadaan bahan tekstil alternatif yang berkelanjutan.

“Ini juga bisa memberikan inspirasi dan ide baru kepada sejumlah industri untuk bisa mengembangkan tekstil alternatif di sektornya masing-masing,” kata Anya.

Indonesia Fashion Week menyuguhkan busana dari seni tekstil alternatif ramah lingkungan dengan nuansa tumbuhan laut. Foto: Rachmania Sukma Anjani

Indonesia Fashion Week menyuguhkan busana dari seni tekstil alternatif ramah lingkungan dengan nuansa tumbuhan laut. Foto: Rachmania Sukma Anjani

Eksplorasi Material Ramah Lingkungan

Anya merupakan lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Kriya Tekstil. Ia pernah mempelajari material ramah lingkungan semasa kuliah. Anya senantiasa mencoba mengeksplorasi bentuk tekstil alternatif dengan memulai membuat berbagai jenis bentuk (modul). Nantinya, modul-modul tersebut ia padukan menjadi sebuah busana yang estetis.

Membuat tekstil ramah lingkungan tidak terlepas dari tantangan. Menurut Anya, bahan tekstil yang ia buat sangat rentan dan memerlukan kehati-hatian saat menjahit. Jangka waktu pembuatannya pun tidaklah sebentar.

“Pembuatan materialnya memakan waktu sekitar satu minggu, sedangkan untuk pembuatan satu modul memerlukan waktu dua jam. Dalam proses produksinya, ada beberapa kali trial and error dalam pembuatan lembaran atau modulnya agar optimal,” tambah Anjani.

Buat Busana Bernuansa Terumbu Karang

Sementara itu, Anya kerap membuat outfit bernuansa coral (terumbu karang) untuk karya tugas akhir kuliahnya. Warna gaun ini sebagian besar berwarna biru kekuningan. Anya telah menghabiskan waktu sekitar tujuh bulan untuk membuat gaun tersebut, dari mulai eksperimen bahan, eksplorasi bentuk, dan produksi.

“Dalam proses pembuatannya aku terus mencari komposisi bahan yang tepat untuk mencapai target visual karang yang memiliki tekstur,” tambah Anya.

Dalam proses pembuatan busana ini, ia menggunakan metode smocking atau teknik menghias kain dengan lipatan atau kerutan kain yang dijahit secara teratur sesuai pola.

BACA JUGA: Zeefier, Pewarna Tekstil Eco-Friendly dari Rumput Laut

Modul atau bentuk dari busana ini juga terus ia eksplorasi dalam proses berkaryanya. Sebab, modul yang ia butuhkan untuk mencapai dua tampilan busana mencapai 150 buah. Kemudian, ia susun hingga menjadi sebuah busana yang penuh estetika.

Anya juga berharap dapat terus mengembangkan fesyen ramah lingkungan dan berkolaborasi dengan banyak pihak untuk melestarikan seni tekstil alternatif yang ramah lingkungan. Ia berharap pakaian tersebut tidak hanya merupakan wearable art (pakaian seni), melainkan dapat berkembang menjadi busana atau aksesoris siap pakai dengan berbagai penyesuaian.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top