Industri Tekstil Harus Hentikan Kerusakan Lingkungan

Reading time: 2 menit
Tak hanya Indonesia, di Uni Eropa limbah tekstil menghasilkan sekitar 12 juta ton limbah. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Demi membangun hidup berkelanjutan, pakar dunia meminta industri tekstil bebenah. Industri ini merupakan salah satu industri paling berbahaya dalam ekonomi global yang bisa mencemari air, menciptakan limbah, dan mikroplastik di lautan.

Industri tekstil memproduksi model kekinian secara banyak, cepat, dan murah. Tren ini disebut fast fashion. Akibatnya menghasilkan limbah tekstil seperti cairan berbahaya dan beracun yang dapat mencemari lingkungan.

Melansir lindungihutan.com perkembangan fast fashion di Indonesia mengalami peningkatan pertumbuhan terbesar dalam semester pertama. Pada tahun 2019 dengan persentase 19,86 % dari pertumbuhan 6,96 % di semester pertama tahun 2018. 

Tak sekadar menghasilkan limbah pada saat memproduksi beragam pakaian, tetapi limbah pakaian yang sudah tidak terpakai masih banyak ditemukan di berbagai tempat. Hingga terjadi penumpukan limbah tekstil yang mengotori lingkungan.

World Bank menyebut, tahun 2020 setiap harinya kurang lebih 20.000 ton sampah dan 340.000 ton air limbah mencemari Sungai Citarum. Ironisnya, penyumbang limbah tersebut dari 2.000 industri tekstil.

Tak hanya Indonesia, di Uni Eropa limbah tekstil menghasilkan sekitar 12 juta ton limbah. Sebagian besar produk yang dibuang dan bisa didaur ulang yaitu hanya 20 %. Sisanya 80 % limbah tekstil akan dibakar atau ditimbun dengan dampak yang membahayakan.

Cara Uni Eropa Perbaiki Industri Tekstil

Head of Unit Circular Economy Sustainable Production and Consumption European Commission, Emmanuelle Maire mengatakan, pada tahun 2030 harapannya produk tekstil di pasar Uni Eropa bisa tahan lama.

“Jalan menuju 2030 tujuan kami adalah produk tekstil sendiri yang ditempatkan di pasar Uni Eropa tahan lama, dapat diperbaiki dan dapat didaur ulang,” kata Emmanuelle dalam World Circular Economy Forum, baru-baru ini. 

Selain itu, visi lainnya sebagian besar produk bisa terbuat dari serat daur ulang yang bebas dari zat lain dan diproduksi dengan menghormati hak-hak sosial. Sehingga konsumen bisa memanfaatkan tekstil yang lebih tahan lama dan berkualitas tinggi.

Dalam sektor tekstil yang kompetitif, tangguh, dan inovatif, produsen pun harus bertanggung jawab atas produknya. Supaya lingkungan tidak menanggung dampak buruk dari industri tekstil.

Bijak Bergaya Dengan Mengurangi Belanja

Mengurangi pembelian pakaian baru meminimalisir kerusakan lingkungan akibat industri mode. Foto: Freepik

Terapkan Ecodesign

Untuk meminalisir kerusakan bumi dari aktivitas industri tekstil perlu aksi yang lebih nyata dari pelaku bisnis tekstil. Salah satunya, menerapkan desain baru ecodesign. 

Ecodesign memiliki keunggulan di antaranya mampu didaur ulang karena mengandung serat yang ramah lingkungan. Kemudian dapat meminimalkan dan melacak keberadaan zat yang menjadi perhatian.

Menurut Emanuelle, tindakan lainnya juga bisa dilakukan seperti menghentikan pemusnahan tekstil yang tidak terjual, informasi lebih jelas tentang tekstil, dan tanggung jawab produsen perlu diperluas menjadi lebih ramah lingkungan.

Penulis : Dini Jembar Wardani

Editor : Ari Rikin

Top