Plus dan Minus Pembalut Sekali Pakai VS Pembalut Berulang Kali Pakai

Reading time: 2 menit
pembalut berulang kali pakai
Ilustrasi. Foto: doktersehat.com

(Greeners) – Saat seorang perempuan mengalami menstruasi, perempuan membutuhkan pembalut khusus menstruasi untuk menjaga kebersihan dirinya. Ada dua macam pembalut yang beredar di pasaran, yaitu pembalut sekali pakai dan pembalut berulang kali pakai.

Pembalut sekali pakai diantaranya pembalut regular, panty liner, pembalut maternity dan tampon. Sedangkan pembalut berulang kali pakai diantaranya pembalut kain dan cawan menstruasi (menstrual cup). Apa saja kelebihan dan kekurangan kedua macam pembalut ini?

Dokter Andra K. Putra, Sp.OG dari Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya mengatakan bahwa pembalut sekali pakai umumnya mengandung bahan kimia seperti pemutih yang mana tidak semua wanita tahan dan bisa menyebabkan iritasi. Selain itu, ada salah satu efek fatal yang diketahui akibat penggunaan pembalut menstruasi sekali pakai, terutama tampon, yaitu Toxic Shock Syndrome. “Reaksinya seperti alergi yang parah,” ujar Andra.

Mengenai anggapan bahwa pembalut sekali pakai dapat menyebabkan kanker, Andra menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada penelitian yang bisa membenarkan anggapan tersebut.

Untuk pembalut berulang kali pakai, dokter Andra mengatakan bahwa pembalut jenis ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu ramah lingkungan karena tidak menambah sampah, lebih murah karena digunakan secara berulang-ulang, dan kemungkinan terjadi iritasi pada vagina lebih minim karena menggunakan kain yang lebih nyaman di kulit.

“Pembalut berulang kali pakai akan mengurangi risiko bahan kimia dengan syarat perawatannya harus benar. Jika perawatannya tidak benar, misalnya tidak bersih saat mencuci atau penyimpanan tidak higienis, maka akan menimbulkan masalah lain seperti infeksi akibat bakteri atau jamur yang ada di pembalut,” paparnya.

Selain itu bagi sebagian perempuan pembalut berulang kali pakai dapat menimbulkan rasa jijik atau takut saat melihat darah. “Hal terpenting adalah higienitas. Apapun pilihan jenis pembalutnya jika tidak didukung higienitas diri yang baik akan percuma,” kata Andra.

Peneliti dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Natalya Kurniawati mengatakan bahwa keamanan pembalut berulang kali pakai seperti menstrual cup di Indonesia masih sangat baru dan belum ada standar acuan bisa berapa lama digunakan. Sedangkan untuk pembalut kain, bahan yang digunakan harus seratus persen katun yang memiliki daya serap tinggi dan tidak menimbulkan iritasi di kulit. Menurut Natalya, pembalut kain ini aman digunakan sekitar 6 bulan sampai 1 tahun.

“Untuk peredaran pembalut kain saat ini sudah banyak dipasaran, tetapi untuk menstrual cup atau cawan menstruasi belum bisa ditemukan di apotek atau rumah sakit (di Indonesia) karena masih jarang produksinya dan konsumen lebih berminat pada pembalut sekali pakai,” ujar Natalya.

Ada banyak pertimbangan bagi perempuan dalam memilih jenis pembalut, diantaranya berdasarkan agama atau keyakinan, budaya, ekonomi, ketersediaan jenis pembalut yang ada dan kenyamanan saat menggunakannya.

“Di negara yang menganut adat ketimuran dan masih memegang teguh nilai-nilai budaya dan agama, tentu wanita akan berhati-hati memilih pembalut atau tampon atau menstrual cup, terutama bagi yang belum melakukan hubungan seksual atau belum menikah karena cara pemasangan tampon atau menstrual cup sangat mungkin akan merusak selaput dara,” ujar dokter Muhammad Nurhadi Rahman, SpOG yang juga dosen di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK), UGM Yogyakarta saat dihubungi Greeners.

Dari berbagai pertimbangan tersebut, dokter Nurhadi menyarankan agar kenyamanan menjadi faktor utama dalam memilih pembalut. Selain itu, jika seseorang ingin hidup dengan lingkungan yang baik, maka pembalut berulang kali pakai merupakan pilihan terbaik. Tetapi jika seseorang memilih pembalut sekali pakai harus dipikirkan ke mana larinya limbah pembalut sekali pakai tersebut.

Lebih lanjut Nurhadi mengatakan bahwa di Rumah Sakit semua limbah yang terkontaminasi darah dianggap limbah berbahaya sehingga akan diperlakukan khusus dan tidak sembarangan dalam pembuangannya. Menurut Nurhadi, di beberapa negara berkembang dan negara maju, tempat sampah khusus pembalut disediakan di sekolah-sekolah atau tempat umum karena sampah pembalut tidak dianggap sebagai limbah rumah tangga biasa.

Penulis: Dewi Purningsih

Top