Tetap Prima Berkegiatan di Alam Terbuka

Reading time: 3 menit
alam terbuka
Ilustrasi: pixabay.com

Jakarta (Greeners) – Beraktifitas di alam terbuka atau outdoor memang menyenangkan. Mendaki gunung, susur sungai, hingga menyelam ke dasar lautan merupakan beberapa diantaranya. Kegiatan ini tidak hanya menuntut kebugaran namun juga mengandung risiko cidera. Agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, perlu persiapan yang matang sebelum beraktifitas di alam terbuka.

“Kebanyakan karena nekat, persiapannya kurang, akibatnya fatal. Buntut-buntutnya selalu bukan permasalahan medis tapi karena enggak punya persiapan yang matang,” ujar dr. Martinus Leman dalam talkshow bertajuk Staying Alive in The Outdoor yang merupakan bagian dari acara Indonesia International Outdoor Festival (IIOUTFEST), Jakarta, Minggu (02/04/2017).

Berbagai kegiatan di alam terbuka juga berpotensi mengakibatkan cidera. Misalnya, pendaki gunung berisiko terkilir, jatuh, atau terperosok. Namun, menurut Martinus, hypotermia menjadi masalah yang paling sering dialami pendaki gunung. Hal ini karena pendaki tersebut tidak membawa peralatan untuk menghalau dingin dengan benar, termasuk tidak membawa tenda.

“Kalau kegiatan yang berkaitan dengan laut, biasanya berisiko terkena binatang laut. Mereka tidak tahu itu binatang laut apa, asal pegang saja,” katanya.

Membawa perlengkapan P3K sederhana saat melakukan kegiatan di alam terbuka wajib “hukum”nya. Terlebih bila kondisi kesehatan tidak sepenuhnya sehat atau mengidap penyakit tertentu. Pengidap penyakit tertentu, lanjut Martinus, harus membawa serta obat-obatan terkait penyakitnya. Misalnya pengidap penyakit asma harus membawa obat asma, atau pengidap kelainan jantung harus membawa obat jantung.

“Yang paling sering terjadi, orang dengan kondisi kesehatan tertentu ikut kegiatan di alam, tidak ngomong tentang kondisinya sehingga ketika dibutuhkan perawatan tidak ada yang menyiapkan obatnya,” ujar dokter yang juga tergabung dalam Perhimpunan Travel Medicine Internasional ini.

alam terbuka

dr. Martinus Leman (kanan panggung) dalam talkshow bertajuk Staying Alive in The Outdoor dalam acara IIOUTFEST di Jakarta, Minggu (02/04/2017). Foto: greeners.co/Renty Hutahaean

Martin mengingatkan, jika mengalami luka yang cukup parah saat melakukan kegiatan di alam, kembali ke posko medis untuk mendapatkan bantuan perawatan adalah langkah yang bijak. “Tapi, tergantung kasusnya ya. Jika lukanya terbuka tapi tidak langsung dirawat atau diobati, biasanya lukanya akan infeksi dalam waktu 24 jam,” katanya.

Untuk luka terbuka berat, Martinus mengatakan agar luka tersebut segera dibersihkan dengan antiseptik atau air bersih dan menutup sementara luka dengan perban sebelum mendapat bantuan paramedik. “Kalau enggak ada perban, pakai kain bersih juga bisa. Kalau tidak lukanya nanti infeksi,” kata Martin.

Fasilitas medis, termasuk dokter maupun paramedis, merupakan kebutuhan yang harus disediakan jika mengikuti kegiatan ekspedisi. “Idealnya, peserta ekspedisi juga punya nomor telepon yang bisa menghubungkannya dengan fasilitas medis,” imbuhnya.

Dokter yang juga alumni Organisasi Pecinta Alam Pangudi Luhur Jakarta ini pun menyarankan dua hal yang harus diingat oleh para pecinta aktifitas kegiatan luar ruang. “Pertama, jangan jadi fool, jadilah cool. Maksudnya, jangan bodoh dengan mengabaikan perlengkapan yang memang dibutuhkan saat di alam terbuka dan jangan sok tahu kalau memang tidak tahu,” katanya.

“Kedua, bikin catatan. Jangan sampai ada hal-hal yang dilupakan pada saat persiapan karena akan merugikan dalam perjalanan. Nantinya, catatan itu juga bisa berguna untuk waktu yang akan datang,” ujarnya menutup perbincangan.

Berikut ini 10 tips dari dokter Martinus Leman agar kondisi tubuh tetap prima saat melakukan kegiatan di alam terbuka:
1. Cegah Dehidrasi. Selama beraktifitas minumlah sebelum haus dan berhenti sebelum kembung. Dokter Martinus juga menyarankan untuk minum sedikit-sedikit.
2. Makan, minum, mineral dan vitamin. Dianjurkan untuk minum multi vitamin sebelum, selama, dan sesudah melakukan kegiatan outdoor. Hipokalemia paralysis menjadi kasus yang paling sering terjadi pada pelaku kegiatan di alam terbuka. “Tubuh kita butuh Kalium dan Natrium agar tidak lemas saat melakukan kegiatan outdoor. Mengonsumsi multi vitamin akan membantu mencegah kasus ini,” kata Martinus.
3. Jaga pakaian dalam agar tetap kering. Menjaga daerah selangkangan tetap kering akan meminimalisir terkena hypothermia.
4. Selalu jaga sepatu. Membenarkan posisi sepatu dan mengikat tali sepatu dengan benar akan mengurangi risiko cidera pada kaki.
5. Emergency kit. Membawa kotak P3K dan nomor telepon yang bisa dihubungi saat keadaan darurat akan sangat membantu apabila menghadapi situasi sulit di alam.
6. Ketahui kondisi tubuh. “Hanya kamu yang tahu kondisi tubuhmu. Tidak usah memaksakan kalau memang tidak sanggup,” ujar Martinus.
7. Bawa obat sendiri.
8. Bawa personal beauty set. Perlengkapan ini diantaranya terdiri dari gunting kuku, korek kuping dan pinset. Ini dibutuhkan misalnya kalau ada serangga tidak sengaja masuk ke kuping, atau kuku kaki tergesek sepatu.
9. Vaksinasi dan obat.
10. Knee support. Bawa perlengkapan untuk meminimalisir cidera pada pergelangan kaki.

Penulis: Renty Hutahaean

Top