Ilmuwan Austria Ciptakan Baterai dari Vanili

Reading time: 2 menit
Foto: euronews

Para ilmuwan dari Universitas Teknologi Graz (TU Graz) Austria berhasil mengembangkan teknologi yang mampu membawa baterai ke level hijau. Mereka telah menemukan cara untuk mengganti elemen cair berbahan logam dalam baterai dengan bahan yang tidak terduga: vanilin! Para ilmuwan memanfaatkan vanillin, senyawa organik yang memberikan rasa dan aroma khas pada vanili, sebagai sumber energi dari baterai ciptaan mereka.

“Ini merupakan terobosan terbaru dalam bidang teknologi penyimpanan energi berkelanjutan. Baterai bertenaga vanili bisa menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang layak untuk diperhitungkan di masa depan. Ini merupakan jawaban atas tantangan dari sulitnya membawa baterai, khususnya baterai lithium-ion, pada level keberlanjutan,” ujar salah satu peneliti dari TU Graz, Stefan Spirk, dalam Euronews.

Selama ini baterai selalu dilengkapi dengan elemen berbahan dasar logam berat dan logam tanah jarang, vanadium contohnya.  Selain berbahaya secara ekologis, bahan tersebut juga cukup beracun dan membahayakan kesehatan. Tak hanya itu, logam juga memiliki harga yang tinggi.

“Maka dari itu, penting bagi kami untuk menemukan bahan alternatif yang lebih murah, tidak beracun, dan juga ramah lingkungan. Vanili adalah jawaban yang tepat. Selain murah dan mudah untuk kita dapatkan, membuat baterai dari vanili juga hanya memerlukan bantuan reaksi kimia sederhana,” ujar Stefan.

Baterai dari Vanili: Lebih Aman dan Berkelanjutan

Untuk menciptakan baterai bertenaga vanili, para peneliti perlu melakukan serangkaian proses. Biji vanili yang telah mereka kumpulkan akan mereka ekstrak dengan bantuan bahan kimia ringan. Bahan kimia tersebut akan memisahkan senyawa vanillin dari lignin, yakni zat kayu pada vanili. Ekstrak vanillin tersebut nantinya akan mereka campurkan dengan bahan kimia rumah tangga biasa lainnya. Proses pengolahan ini telah mereka patenkan dan hasil pengujiannya telah mereka publikasikan dalam jurnal Angewandte Chemie.

Guna meminimalisir jumlah limbah yang dihasilkan, Stefan dan para peneliti lainnya bekerja sama dengan pabrik pulp yang dapat mengolah limbah vanili. Limbah dari biji beraroma wangi tersebut nantinya akan pabrik olah kembali menjadi kertas yang bermanfaat. Stefan memastikan bahwa baterai ciptaanya benar-benar berkelanjutan dan meninggalkan jejak sampah seminimal mungkin.

“Jika kita bandingkan dengan baterai lithium-ion biasa, baterai vanili ciptaan kami jauh lebih berkelanjutan dan lebih aman. Baterai kami tidak beracun, dapat didaur ulang kembali, dan juga tahan api. Selain itu, baterai kami juga memiliki usia pakai yang panjang dan potensi kerusakan yang rendah,” ujar Stefan.

Meskipun terbuat dari bahan yang tidak biasa, baterai dari vanili rupanya memiliki daya simpan listrik yang mumpuni. Stefan mengatakan bahwa baterai ciptaan mereka mampu menyimpan listrik hingga 800 megawatt jam. Dengan berbekal kemampuan tersebut, Stefan optimis bahwa baterai ciptaan mereka dapat memberikan kontribusi yang penting bagi transisi energi hijau.

Penulis: Anggi R. Firdhani

Sumber:

Situs Resmi TU Gratz

Euronews

 
Top