Ilmuwan Singapura Buat Baterai dari Kertas Bekas

Reading time: 2 menit
Proses pembuatan baterai dari kertas bekas. Foto: viable.earth

Ilmuwan Nanyang Technological University (NTU) Singapura membuat komponen baterai lithium-ion dari kertas bekas kemasan sekali pakai, tas, dan kardus.

Penemuan ini membantu daur ulang dan transformasi beberapa limbah kertas. Sebab, saat ini limbah kertas menghasilkan sekitar 26 % sampah di tempat pembuangan sampah di seluruh dunia.

Mendaur ulang kertas bekas harus melalui proses karbonisasi. Proses tersebut dapat mengubah kertas menjadi karbon murni dan peneliti NTU mengubah serat kertas menjadi elektroda.

Para peneliti berinisiatif mencoba mengarbonisasi kertas dengan memaparkannya pada suhu tinggi. Kemudian, mereka mengubah serat dari kertas menjadi elektroda. Barang tersebut bisa digunakan dalam baterai isi ulang hingga memberi daya pada smartphone dan mobil listrik.

Karbonisasi terjadi tanpa adanya oksigen prosesnya merupakan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, alternatif kertas daur ulang berkontribusi pada pengurangan bahan bakar fosil.

Tim NTU akan mengkomersialkannya lima tahun ke depan. Mereka juga telah mengajukan paten inovasi dan kewirausahaan dari Universitas NTU.

Daya Tahan Baterai Unggul

Anoda karbon yang tim peneliti hasilkan memiliki keunggulan daya tahan, fleksibilitas, dan sifat elektrokimia. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anoda dapat diisi dan dikosongkan hingga 1.200 kali. Setidaknya dua kali lipat tahan lama sebagai anoda dalam baterai telepon saat ini.

Tak hanya itu, baterai buatan NTU anodanya bisa menahan lebih banyak tekanan fisik. Misalnya seperti dapat menyerap menghancurkan energi hingga lima kali lebih baik. Tetapi, metode yang dikembangkan NTU prosesnya masih yang kurang intensif energi dan berat logamnya, dibandingkan dengan metode industri pembuatan anoda baterai saat ini.

Mereka pun mencari alternatif menggunakan bahan limbah yang murah sehingga mampu menurunkan biaya pembuatannya.

Berkontribusi Selamatkan Lingkungan

Professor Department of Human Centred Design Universitas Cornell, Juan Hinestroza mengatakan, penemuan limbah semacam ini memiliki kontribusi yang besar bagi lingkungan.

“Setiap penemuan yang memungkinkan penggunaan limbah sebagai bahan mentah untuk produk bernilai tinggi seperti elektroda dan busa memang memberikan kontribusi yang besar,” kata Hinestroza.

Ia juga menambahkan, inovasi ini bisa membuka jalan baru dan memotivasi peneliti lain untuk menemukan jalur transformasi substrat berbasis selulosa lainnya. Seperti tekstil dan bahan kemasan, yang dibuang dalam jumlah besar di seluruh dunia.

Selain itu, daur ulang limbah menjadi baterai memiliki kontribusi sangat besar dalam mengurangi penumpukan limbah kertas menjadi barang yang bernilai ekonomi.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Sumber: viable.earth

                 straitstimes.com

Top