13 Inovasi Menjaga Hidupan Liar: Mana Teknologi Favoritmu?

Reading time: 6 menit
hidupan liar
Inovasi Menjaga Hidupan Liar: Mana Teknologi Favoritmu? Foto: Shutterstock.

Dalam rangka World Wildlife Day 2021, Greeners menyadur berbagai inovasi teknologi yang berupaya menjaga hidupan liar dunia. Menurut Sobat Greeners, inovasi manakah yang terbaik?

Populasi hewan telah menurun secara signifikan dalam lima puluh tahun terakhir. Lebih jauh, laporan Living Planet WWF menunjukkan populasi hewan menyusut 68% sejak 1970.

Penyebabnya tidak lain adalah aktivitas manusia seperti penggundulan hutan dan perusakan ekosistem penting lainnya.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap penurunan populasi hewan adalah perburuan dan perdagangan satwa liar ilegal –yang dilaporkan mengalami peningkatan selama pandemi COVID-19.

Perubahan iklim juga merupakan faktor besar akan hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan ekosistem.

Pemanasan global pun berkontribusi memengaruhi peristiwa cuaca ekstrem seperti kekeringan, kebakaran hutan, banjir, dan ancaman lain terhadap lingkungan alam.

Ancaman yang terus-menerus menubruk ekosistem dan kehidupan hewan ini, mendorong kita, manusia; untuk bertanggung jawab atas campur tangan kita yang berdampak negatif bagi lingkungan.

Kita perlu memainkan peran untuk menciptakan solusi inovatif untuk melacak spesies yang hidup dan mengawasi, serta membantu meringankan perubahan lingkungan.

Berikut adalah contoh temuan teknologi untuk membantu melindungi planet, ekosistem, dan hidupan liar.

1. Satelit untuk melacak satwa liar yang terancam punah

Ilmuwan konservasi baru-baru ini mulai menggunakan citra satelit untuk melacak gajah. Hal ini mereka lakukan karena populasi gajah di beberapa bagian Afrika terus menurun sehingga membuatnya sebagai hewan yang tergolong rentan.

Di lain sisi, populasi gajah Asia telah menurun hingga 50% selama tiga generasi terakhir dan saat ini hewan tersebut terancam punah.

Para ilmuwan akhirnya menggunakan teknologi satelit untuk melacak populasi gajah yang terancam secara internasional.

Menurut BBC, pantauan berupa citra gajah ini berasal dari satelit pengamatan Bumi yang mengorbit 600 km (372 mil) di atas permukaan planet. Teknologi ini dapat menangkap hingga 5.000 km2 habitat gajah dalam satu hari yang cerah.

Mesin pendeteksi ini merupakan bentuk kecerdasan buatan yang menggunakan algoritme untuk membentuk analisis. Kemudian, menggunakannya untuk menghitung jumlah gajah yang terlihat di gambar satelit.

Dr Olga Isupova, ahli kecerdasan buatan dari University of Bath, di Inggris, menjelaskan keuntungan proses pelacakan dengan algoritma ini.

“Dengan melakukan ini, kita dapat melatih mesin untuk mengenali detail kecil yang tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, teknologi ini jauh lebih efisien daripada sistem pelacakan manual,” tuturnya

satelit

Ilmuwan konservasi baru-baru ini mulai menggunakan citra satelit untuk melacak gajah. Ilustrasi: Shutterstock.

2. Pemancar anti perburuan

Alat ini adalah perangkat yang dapat dipasang di kerah atau langsung ke hewan yang terancam bahaya perburuan. Gawai ini pun dapat memantau pergerakan hewan melalui sensor dan melacak lokasinya.

Pemancar –yang digunakan untuk memantau badak dan hewan langka lainnya di sebagian besar konservasi Afrika– ini dapat mengirimkan informasi keberadaan hewan dan bahkan dapat mendeteksi saat mereka dalam kesulitan secara langsung.

Sensor gerakannya memicu alarm jika hewan dalam keadaan berbahaya. Misalnya, alat ini dapat mendeteksi jika cula badak dalam bahaya pemburu yang ingin memenggalnya.

3. Kecerdasan buatan untuk melacak kebakaran hutan

Kebakaran hutan – seperti yang pernah terjadi di Kalimantan, California, Queensland, dan hutan hujan Amazon di Brasil – merupakan bahaya bagi ekosistem, dapat menyebabkan hilangnya vegetasi, dan mengeluarkan polusi udara dalam jumlah besar.

Perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat bernama Descartes Labs menggunakan kecerdasan buatan untuk mendeteksi dan melacak kebakaran hutan.

Satelit dari Descartes Labs menangkap citra setiap beberapa menit, kemudian perangkat lunak menggunakan indikator api –seperti asap dan sensor inframerah termal– untuk mendeteksi apakah ada api yang menyala dan melacak keberadaannya.

Menurut CNN Business, perangkat lunak tersebut mampu mendeteksi kebakaran lebih cepat daripada petugas pemadam kebakaran atau warga sipil di daerah yang terkena dampak kebakaran.

Inovasi ini dapat membantu memberikan peringatan kepada petugas dengan cepat sebelum kebakaran mulai menyebar terlalu luas, dan mengarahkan informasi kebakaran ke pemadam yang dapat mencapai lokasi lebih cepat.

karhutla

Perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat bernama Descartes Labs menggunakan kecerdasan buatan untuk mendeteksi dan melacak kebakaran hutan. Foto: Shutterstock.

4. Drone untuk menanam pohon

Penggundulan hutan dengan cepat meningkat sebagai akibat dari perubahan iklim, kerusakan yang disebabkan manusia, dan produksi pangan global.

Menanam kembali pepohonan yang hilang karena deforestasi sangat penting untuk membantu mengatur dan menurunkan emisi karbon global dan mendorong keanekaragaman hayati.

Drone menjadi inovasi menjaga wildlife; yang menembakkan biji polong ke tanah menjadi cara tercepat dan paling efektif untuk menanam pohon dalam jumlah besar.

Pada tahun 2020, perusahaan Kanada Flash Forest menggunakan teknologi drone untuk menanam benih di area terbakarnya pepohonan dalam kebakaran hutan. Flash Forest berencana menanam 40.000 pohon sebulan dan menargetkan penanaman 1 miliar pohon pada tahun 2028.

Menurut Flash Forest, penggunaan drone untuk menanam pohon 10 kali lebih cepat dibandingkan penanaman manual oleh manusia. Organisasi global juga menggunakan inisiatif menanam pohon menggunakan drone untuk memerangi deforestasi.

5. Robot ubur-ubur untuk melindungi terumbu karang

Terumbu karang adalah bagian yang tak terpisahkan dari lautan. Dia pun menjadi dasar ekosistem yang laut yang padat dan beragam. Terumbu ini dibangun oleh hewan kecil yang disebut polip karang.

Sayangnya terumbu karang menghadapi banyak bahaya dan merasakan efek perubahan iklim, polusi, praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, dan kecerobohan manusia ketika melakukan wisata penyelaman.

Ilmuwan Inggris merancang cara aman untuk menjaga terumbu karang yang terancam punah, yaitu dengan robot ubur-ubur. Robot tersebut dirancang dengan menganalisis ubur-ubur, cumi-cumi, dan gurita; kemudian membuat tiruannya menggunakan printer 3-D. Bahan robot ini adalah karet yang lembut dan fleksibel, serta menggunakan baling-baling kecil yang kuat untuk berenang.

Robot ubur-ubur ini mereka ciptakan sebagai pengganti penyelam untuk mengamati, menjelajahi, bahkan memulihkan terumbu karang yang rapuh. Meskipun teknologi ini telah teruji di dalam tangki, namun percobaan di laut belum mereka lakukan.

ubur-ubur

Robot ubur-ubur sebagai pengganti penyelam untuk mengamati, menjelajahi, bahkan memulihkan terumbu karang yang rapuh. Ilustrasi: Shutterstock.

6. Kecerdasan Buatan untuk Mendeteksi Deforestasi

Banyak pemerintah beralih ke Terra-i, program kecerdasan buatan yang menggunakan jumlah curah hujan sepanjang tahun untuk menilai kehijauan suatu habitat.

Kemudian mencocokkan prediksi itu dengan gambar habitat dari satelit pemantau Bumi. Data tersebut dapat konservasionis pakai untuk memantau hutan dan habitat lainnya di seluruh benua.

7. Inovasi Drone untuk Menjaga Hidupan Liar

Tidak hanya komunitas ataupun videographer yang menggunakan drone. Para konservasionis juga dapat menggunakannya untuk memantau hidupan liar dan habitat yang tidak tercapai jika hanya dengan pengamatan sederhana.

Dari mengukur dampak El Nino sampai memantau burung hering langka di padang rumput sisi timur Mongolia hingga menilai terumbu karang Karibia.

8. Menggunakan Kamera sebagai Inovasi Menjaga Hidupan Liar

Kamera sekarang sudah bisa kita dapatkan dengan harga yang terjangkau, dan aksesnya pun mudah. Bahkan, sekadar menggunakannya di halaman belakang untuk mengawasi rubah dan rakun. Ahli konservasi pun mempekerjakan kamera perangkap di habitat terpencil, memungkinkan mereka memantau keberadaan burung langka dan lebih memahami kebiasaan makhluk nokturnal.

Selain itu, kamera ini juga membantu pengelola lahan memata-matai pergerakan rusa yang populasinya melimpah, melakukan inventarisasi satwa liar yang berkeliaran dengan tujuan konservasi. Dengan peningkatan teknologi dan pengetahuan lapangan, beberapa praktisi menangkap gambar yang menyaingi fotografi satwa liar terbaik.

Dewasa kini, kita juga dapat menggunakan kamera untuk dengan mudah merekam visual dari kehidupan satwa. Sehingga tidak hanya naturalis, masyarakat awam dapat belajar secara langsung, misalnya bagaimana menetasnya telur burung sampai apa yang mereka makan sehari-hari.

Lima Inspirasi Hobi Agar Anda Tetap Segar di Tengah Pandemi

Kamera dapat merekam visual dari kehidupan satwa. Foto: Shutterstock.

9. Bioakustik sebagai Inovasi Menjaga Hidupan Liar

Dengan menggunakan peralatan pemantauan akustik terbaru, para ilmuwan dapat merekam suara-suara yang terdapat di hutan hujan dan kemudian menganalisisnya. Seperti yang Justine Hausheer tulis, “Semakin kompleks dan lengkap suaranya, semakin sehat ekosistem dan semakin beragam keanekaragaman hayati.”

10. Ensiklopedia Ekosistem

Bagaimana para konservasionis tahu seperti apa habitat alami sebelum gangguan manusia?

Proyek LANDFIRE menggambarkan bagaimana 1.800+ ekosistem di AS terlihat dan berfungsi secara alami. Hasilnya berupa Ensiklopedia Ekosistem nasional pertama. Ini berguna untuk membuat kumpulan data yang disebut “Keberangkatan Vegetasi” yang membandingkan kondisi ekosistem saat ini dengan kondisi “alami”.

LANDFIRE telah menghasilkan keluaran peta yang dapat berguna untuk memantau kondisi di sepanjang Appalachian Trail, memetakan potensi kebakaran hutan liar di seluruh negara dan memahami hubungan antara habitat dan penyerbuk di California, serta pengaplikasian lainnya yang tak terhitung jumlahnya.

11. Meningkatkan Pelacakan Satwa Liar

Saat ini, ahli biologi menggunakan berbagai teknologi pelacakan untuk mengumpulkan lebih banyak data dan mendeteksi lebih banyak hewan.

Micro-tags ringan dan memungkinkan makhluk kecil sekalipun dapat terlacak dengan aman. Pergerakan spesies seperti Cod Atlantik dan Penyu serta spesies migrasi lain yang tersebar luas dapat terus terpantau. Ini memungkinkan perencana konservasi dapat melacak migrasi yang hingga kini menjadi misteri.

12. Memetakan Hutan dengan Laser

Penelitian baru dari para ilmuwan Nature Conservancy menunjukkan bahwa lidar – cara memetakan hutan dari jarak jauh dengan laser – adalah alat yang efektif dan akurat untuk mengukur efek berkurangnya dampak penebangan di Indonesia.

Prosesnya melibatkan pesawat dengan perlengkapan khusus yang terbang di atas hutan, memancarkan cahaya dan mengukur jumlah waktu cahaya tersebut untuk memantul dari vegetasi kembali ke pesawat. Biaya terkait teknologi ini mahal, tetapi jika biayanya turun, ini bisa menjadi alat pemantauan yang sangat berguna bagi para konservasionis.

Baca juga: Kehidupan Liar Antartika Berubah Seiring Menghangatnya Iklim

13. Analisis DNA sebagai Inovasi Menjaga Hidupan Liar

DNA tidak pernah berbohong. Teknik untuk menganalisis DNA telah berkembang pesat dalam satu dekade terakhir, memungkinkan para konservasionis menganalisis segala sesuatu dengan lebih baik mulai dari pola makan satwa liar dan genetika populasi.

Hasilnya analisis ini mengejutkan. Bison, yang dianggap hanya memakan rumput saja, sebenarnya memakan lebih banyak jenis tanaman padang rumput. Contoh lainnya, Serigala timur, yang dulunya dianggap sebagai hibrida serigala dan coyote, kini terbukti sebagai spesies terpisah (tetapi hibrida serigala-coyote juga berkeliaran di banyak negara bagian timur AS).

Analisis DNA akan menjadi semakin penting bagi para konservasionis, yang menggunakannya untuk segala hal mulai dari memahami beragam makanan herbivora Afrika Timur hingga mengidentifikasi spesies kutu yang dibawa oleh burung migran.

Penulis: Agnes Marpaung

Sumber:

Global Citizen

Cool Green Science

Top