Labirin Sampah Plastik

Reading time: 2 menit

Sebuah karya seni dari sekumpulan seniman anonim, Luzinterruptus, sekali lagi telah mengubah ruang publik menjadi sebuah media kritik sosial yang tajam terhadap masalah sampah dan kondisi masyarakat masa kini melalui karya seni terbaru Labirin Sampah Plastik pada Katowice Street Art Festival di Polandia pada bulan Mei lalu. Labirin ini terbuat dari 6.000 botol plastik yang disinari dengan lampu LED.

Untuk membangun labirin ini, Luzinterruptus mengumpulkan 6.000 botol plastik dari pabrik botol lokal. Selain itu, masyarakat lokal juga aktif berpartisipasi mengumpulkan botol plastik bekas pakai dan turut serta membangun konstruksi.

“Botol plastik yang dikumpulkan oleh masyarakat adalah sampah yang mereka produksi dalam empat hari ini. Bisa kita bayangkan berapa banyak jumlah sampah yang mereka hasilkan,” ujar salah seorang artis Luzinterruptus.

Akhirnya, setelah proses pembuatan selama empat hari, lebih dari 26 meter sampah plastik diubah menjadi sebuah labirin berukuran 7 x 5 meter dengan tinggi 3,4 meter.

Para seniman yang tergabung dalam Luzinterruptus menyusun 6.000 botol plastik bekas menjadi sebuah labirin.

Para seniman yang tergabung dalam Luzinterruptus menyusun 6.000 botol plastik bekas menjadi sebuah labirin.

Dengan dinding terbuat dari kantung plastik yang diisi dengan botol plastik berwarna, sebuah labirin berwarna-warni terbentuk. Banyak masyarakat yang tertarik untuk bermain di dalam koridor labirin atau sekedar berjalan di dalam suasana penuh bayangan matahari yang menembus botol plastik berwarna-warni. Ketika malam hari, labirin ini seketika berubah menjadi mosaik indah dengan pantulan sinar lampu LED yang berwarna-warni yang menembus dinding plastik.

Ada banyak seniman yang peduli dan berkontribusi pada Katowice Street Art Festival untuk menciptakan karya seni visual sebagai bentuk pernyataan sikap terhadap masalah sampah plastik.

Seperti dikutip dalam Luzinterruptus, “Kami ingin mendemostrasikan, melalui karya seni, mengenai jumlah sampah plastik yang dikonsumsi oleh masyarakat kita setiap hari. Karya seni ini memusatkan perhatian terutama pada bisnis-bisnis besar air minum dalam kemasan yang menimbulkan masalah serius di negara-negara berkembang, dimana masyarakat melihat sumber-sumber air mereka diprivatisasi secara eksklusif oleh para pemilik perusahaan besar dan mengaturnya seakan-akan apa yang dilakukan oleh perusahaan besar ini tidak melanggar hukum.”

Pada bulan Mei lalu, karya seni ini telah dipamerkan selama 2 minggu, siang dan malam, dan semua plastik dibongkar untuk didaur ulang.

(G33)

Sumber: inhabitat.com

Foto: Luzinterruptus

Top