Paste Lab Hasilkan Banyak Karya dari Sampah Plastik

Reading time: 2 menit
Paste Lab merupakan usaha daur ulang sampah plastik. Foto: Paste Lab
Paste Lab merupakan usaha daur ulang sampah plastik. Foto: Paste Lab

Paste Lab merupakan usaha daur ulang sampah plastik yang dibentuk oleh sekumpulan orang. Beberapa produk atau karya mereka adalah tatakan gelas, kursi goyang, hingga casing handphone.

Sudah menjadi rahasia umum, sampah plastik menjadi ancaman serius bagi lingkungan. Berdasarkan data SIPSN KLHK, total timbunan sampah di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 19,4 juta ton. Salah satu dari banyaknya cara untuk mengurangi sampah plastik adalah dengan mengolah atau mendaur ulang. Menariknya, hasil daur ulang sampah plastik bisa memiliki nilai seni dan juga ekonomi.

BACA JUGA: Tingkat Daur Ulang Sampah Plastik Masih Rendah

Keresahan terhadap menumpuknya sampah plastik inilah yang menjadi alasan utama terbentuknya Paste Lab. Pendirinya yang merupakan alumni Teknik di Universitas Gadjah Mada ingin meningkatkan manfaat hingga value dari sampah plastik.

“Kami resah akan penumpukan sampah yang mungkin sekarang sudah menjadi berita viral nasional. TPS (Tempat Pembuangan Sampah) kami di Jogja itu penuh, makanya kami terbesit ide kecil buat mengolah sampah supaya bisa bermanfaat lagi, bisa digunakan, atau bahkan menambah value sampah tersebut,” kata Co-founder Paste Lab, Yanuardi Satrio Nugroho kepada Greeners.

Paste Lab Gunakan Bahan Baku dari Pemungut Sampah

Banyaknya peminat atau orang-orang yang menyukai hasil karya Paste Lab, membuat mereka kekurangan bahan baku sampah plastik. Menyikapi permasalahan tersebut, Paste Lab menjalin kerja sama dengan beberapa bank sampah yang ada di sekitar daerahnya.

“Kami dulu mengumpulkan dari teman-teman. Seiring berjalannya waktu, dengan produksi yang bertambah, bahan baku itu kurang. Makanya, kami bekerja sama dengan bank sampah yang ada di Sleman,” kata Satrio.

Tidak hanya dari bank sampah, mereka juga mencari bahan baku dari para pemungut sampah. Tidak tanggung-tanggung, mereka juga berani untuk membayar atau memberikan harga yang lebih tinggi dari pada pengepul pada umumnya.

BACA JUGA: Festival Rumekso Bumi Kembali Gunakan Energi dari Sampah

“Kami pendekatan ke tukang sampah. Di sekitar rumah kami ada tukang sampah, biasanya kami bilang ‘Pak, kalau ada sampah tutup botol atau sampah-sampah bekas plastik, nanti kumpulkan dan kami beli. Gak apa-apa dengan harga yang bisa bersaing dengan harga pengepul langsung,” ucap Satrio.

Paste Lab juga mengajak mahasiswa dan masyarakat sekitar untuk mendonasikan sampah plastik. Tidak hanya menunggu sampah datang, mereka juga menyediakan layanan pick up untuk mempermudah donatur.

“Kami ada donasi sampah. Jadi, kalau ada teman-teman yang mau ngumpulin sampahnya di rumah atau teman-teman mahasiswa dan siapa pun, mahasiswa kan biasanya pakai sampo, sabun, itu dikumpulkan (sampahnya). Nanti bisa kirim ke kami atau di-pick up,” tambah Satrio.

Paste Lab merupakan usaha daur ulang sampah plastik. Foto: Paste Lab

Paste Lab merupakan usaha daur ulang sampah plastik. Foto: Paste Lab

Tantangan pada Daur Ulang Sampah Plastik

Paste Lab menghadapi berbagai macam tantangan untuk berada di titik saat ini. Pertama, masyarakat Indonesia masih kurang aware dengan program upcycle.

“Tantangan kedua, bahan baku itu masih sering dipermainkan di market, yang ketiga mungkin proses daur ulang sampah itu lumayan panjang,” kata Satrio. 

Proses yang panjang dan membutuhkan waktu lama menjadi salah satu alasan mengapa karya Paste Lab memiliki nilai yang tinggi. Mereka sangat mementingkan hasil akhir dari karya.

“Sampah yang kami dapat itu bercampur dengan sampah organik. Jadi, kalau kami mau mengolah sampah plastik ini, kami harus memilah dan benar-benar harus membersihkan sampah-sampah itu. Kalau misalkan tercampur, nanti hasilnya jadi kurang maksimal,” tambah Satrio.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top