Komunitas Ciliwung Depok, Piket dan Berbenah untuk Ciliwung

Reading time: 3 menit
Koral hias hasil karya Nikoci. Foto: greeners.co/Teuku Wildan

Koral hias hasil karya Nikoci. Foto: greeners.co/Teuku Wildan

KCD juga menginisiasi berdirinya pusat-pusat kegiatan masyarakat yang dinamakan Saung Pustaka Air (SPA). SPA, sebut Taufik, akan mengarahkan masyarakat di sekitar DAS untuk lebih mencintai sungai. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh KCD di SPA antara lain adalah les untuk anak-anak sekolah, pengadaan perpustakaan mini dan aktivitas kesenian.

Saat ini, KCD telah mendirikan lima SPA di beberapa kampung di Depok yang dilewati aliran Ciliwung. Taufik menyatakan keberadaan relawan setempat merupakan syarat dibangunnya SPA. Dengan adanya relawan dari masyarakat setempat, secara tidak langsung akan meningkatkan animo masyarakat dalam meramaikan SPA. “Karena kalau saung itu enggak dibuatkan acara, ya sudah, kosong melompong dan mati suri,” jelas pria berusia 57 tahun ini.

Dengan didirikannya KCD, Taufik berharap limpasan air yang mengarah ke Ciliwung dapat berkurang. Pria asal Kalimulya ini juga menginginkan masyarakat tidak lagi menjadikan sungai sebagai sebuah pilihan tempat untuk membuang sampah. “Jadi nantinya tidak mengganggu hilir,” jelasnya.

Nikoci

Selain advokasi, Komunitas Ciliwung Depok juga melakukan edukasi kepada masyarakat di sekitar DAS Ciliwung yang mengaliri Kota Depok. Program edukasi yang dilakukan antara lain pengajaran Bahasa Inggris dan workshop kreativitas kepada anak-anak dan usia remaja. Dari program kreativitas ini, lahirlah Seni Koral Ciliwung atau disebut sebagai Nikoci.

Nikoci adalah sebuah seni melukis atau menggambar yang menggunakan batu koral yang terhampar di Sungai Ciliwung sebagai mediumnya. Salah satu pendiri KDC sekaligus penggagas Nikoci, Rahmat Iskandar mengatakan bahwa masyarakat di sekitar Ciliwung membutuhkan aktualisasi dalam hidup kesehariannya.

Rahmat mengaku ide awal Nikoci murni berasal dari kepala dan eksperimennya sendiri. Adanya karya serupa di luar negeri, ia ketahui beberapa waktu setelah Nikoci menjamur di masyarakat tepi Ciliwung Tengah.

“Bedanya, itu (karya luar negeri) merupakan karya individual. Sedangkan kita untuk kolektif,” jelas Rahmat.

Nama Nikoci sendiri dipilih karena mudah diingat. Komunitas Ciliwung Depok bahkan mengklaim bahwa Nikoci adalah karya yang membedakan komunitas tersebut dengan komunitas Ciliwung lainnya.

Penulis: TW/G37

Top