Komunitas Ciliwung Depok, Piket dan Berbenah untuk Ciliwung

Reading time: 3 menit
Pendiri Komunitas Ciliwung Depok, Taufik (kiri) dan Rahmat Iskandar. Foto: greeners.co/Teuku Wildan

Depok (Greeners) – Sungai Ciliwung terlanjur identik dengan sampah dan penyusutan aliran sungai. Kedua hal tersebut tidak hanya terjadi di satu dua titik saja, namun telah merata dari hulu hingga hilir sungai yang berujung pada banjir di Ibu Kota Jakarta.

Berawal dari kondisi itulah, Taufik DS bersama beberapa orang mendirikan Komunitas Ciliwung Depok (KCD). Menurut Sang Pendiri, komunitas ini berdiri dengan semangat untuk memperbaiki Sungai Ciliwung yang ada di area tengah atau daerah aliran sungai (DAS) yang mengaliri Kota Depok.

“Ciliwung itu cantik, tapi juga ganas kalau banjir,” ujar Taufik ketika pertama kali berjumpa dengan Greeners di sela-sela perhelatan Runforiver: UI Half Marathon di Universitas Indonesia September lalu.

Ditemui ketika sedang meresmikan Saung Pustaka Air (SPA) Cikambangan, Taufik bercerita bahwa KCD baru enam tahun berdiri. Proses pendiriannya, sebut Taufik, berawal saat ia dan beberapa tetangga menggugat rencana pembangunan kompleks perumahan yang ada di dekat kompleks perumahan Taufik.

Pembangunan kompleks tersebut, dilakukan dengan mengurug sempadan dua hingga tiga meter. Sempadan itu sendiri adalah lahan kosong yang biasa menjadi tempat limpahan air ketika Sungai Ciliwung meluap.

“Saat itu saya mulai mainkan facebook untuk menarik perhatian masyarakat,” ungkap pria yang tinggal di Komplek Wartawan di Depok ini kepada Greeners pada Minggu (11/10) lalu.

Aksi membersihkan sampah di sepanjang bantaran kali Ciliwung oleh KCD. Foto: dok. KCD

Aksi membersihkan sampah di sepanjang bantaran kali Ciliwung oleh KCD. Foto: dok. KCD

Meskipun upaya yang dilakukannya gagal, Taufik mengaku saat itu banyak simpati yang didapatnya dari berbagai elemen masyarakat. Banyaknya dukungan yang diraih membuatnya berpikir untuk mendirikan komunitas ini. “Itulah cikal bakal pendirian Komunitas Ciliwung Depok pada 2009,” kata Taufik.

Sebagai organisasi yang “cair”, Taufik mengaku jika KCD memang tidak memiliki anggota tetap yang dalam jumlah yang besar. Namun, dukungan masyarakat dan para relawan membuat KCD bisa tetap berdedikasi untuk melestarikan Sungai CIliwung.

Selain relawan, KCD juga mencoba melakukan upaya pemitraan dalam kegiatannya. Saat ini, KCD melakukan mitra kerja dengan Program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (P3M) Universitas Indonesia.

KCD sendiri memiliki dua kegiatan rutin, yaitu Piket Ciliwung dan Berbenah Ciliwung. Piket Ciliwung merupakan kegiatan non periodik yang dilakukan dengan mengarungi Sungai Ciliwung yang mengaliri Kota Depok. Kegiatan bukanlah untuk berwisata. Piket Ciliwung ini merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol Sungai Ciliwung seperti membersihkan sampah atau mengecek hal-hal yang bisa merusak DAS Ciliwung di sepanjang Kota Depok.

Sementara itu, kegiatan ‘Berbenah Ciliwung’ merupakan kegiatan periodik yang dilakukan setiap akhir pekan. Taufik mengatakan bahwa ‘Berbenah Ciliwung’ selalu mengikut sertakan partisipasi masyarakat di dalamnya. “Minggu kemarin kita angkat batang pohon besar yang tertanam di dasar Ciliwung,” imbuhnya.

Top