Bebas Rokok Bandung, Ajak Generasi Muda Hindari Bahaya Rokok

Reading time: 2 menit
Foto: Bebas Rokok Bandung via instagram

Bandung (Greeners) – Imbauan pemerintah terhadap bahaya merokok terbilang cukup gencar. Tidak hanya mengimbau melalui iklan layanan masyarakat dan seminar, pemerintah juga membuat berbagai peraturan dan kebijakan mengenai rokok. Namun hal ini seakan tidak membuat perokok kapok karena perokok masih banyak ditemukan merokok di tempat-tempat umum.

Kekhawatiran terhadap kondisi ini membuat sekelompok pemuda di Bandung membentuk komunitas Bebas Rokok Bandung. Mereka mencoba mengajak warga dan generasi muda, terutama perokok untuk mengerti akan bahaya rokok dalam kehidupan dan kesehatan manusia.

“Anggota resmi kami ada 18 orang, termasuk beberapa volunteer aktif,” ungkap Luthfi Muhammad Rizki, Ketua Bebas Rokok Bandung kepada Greeners di halaman Masjid Al-Furqon Universitas Pendidikan Indonesia, beberapa waktu lalu.

Lutfi menjelaskan, komunitas ini bermula dari beberapa siswa SMA yang kerap berkumpul secara rutin. Mereka sepakat untuk membentuk komunitas yang menyentuh isu sosial yang cukup penting. Pada tahun 2012 mereka akhirnya membentuk komunitas Bebas Rokok Bandung.

“Awalnya kita ngumpul bareng dari macam-macam SMA, nah kita pengin buat sebuah movement dengan ngambil isu sosial yang ada di sekitar kita. Karena sebagian besar di antara kami bukan perokok aktif, jadi kami ambil isu rokok,” ujar Lutfi.

Foto: Bebas Rokok Bandung via instagram

Foto: Bebas Rokok Bandung via instagram

Aksi yang dilakukan oleh komunitas yang telah menginjak usia 4 tahun ini sangat beragam, mulai dari kampanye bahaya rokok di media sosial, seminar, workshop, hingga turun ke jalan saat memperingati Hari Anti Tembakau Sedunia yang jatuh setiap tanggal 31 Mei.

Selain itu, Bebas Rokok Bandung juga turut andil dalam International Conference of Tobacco On Health (ICTOH) 2014 di Jakarta sebagai panitia pelaksana. “Kami selalu turun kepada warga untuk bersosialisasi, terutama saat 31 Mei dengan turun ke jalan. Selain itu, kami mengedukasi akan bahaya rokok lewat seminar dan workshop seperti ICTOH tahun lalu,” katanya.

Menanggapi fenomena perokok dibawah umur, Lutfi mengaku khawatir melihat generasi muda menjadikan perilaku merokok bagian dalam pergaulan. Menurutnya, unsur lingkungan menjadi faktor utama munculnya fenomena tersebut.

“Kasihan, sedih melihat mereka jadi korban salah pergaulan. Pengaruh lingkungan jadi faktor utama. Mereka sebenarnya tahu, namun tidak memahami apa yang terjadi dan mereka melakukannya atas dasar pergaulan. Lagian juga iklan rokok semakin gencar dipasang di warung sekitar tempat mereka sekolah ataupun nongkrong,” kata Luthfi.

Iklan rokok yang sejatinya tidak menampilkan secara fisik kegiatan merokok masih dapat menarik massa dan masif dengan banyaknya reklame, baliho, dan lainnya. Luthfi menyatakan perlu adanya regulasi yang tegas dalam mencegah bertambahnya perokok, terutama dibawah umur. Harapan untuk menyebarkan bahaya rokok menjadi tujuan utama dalam menanamkan sisi pengetahuan terhadap masyarakat secara nyata.

“Share bahaya rokok dan menanamkan sisi pengetahuan terhadap masyarakat secara nyata mengenai rokok itu sendiri agar masyarakat lebih aware. Perda dan regulasi juga harus dipertegas,” harap Luthfi.

Bebas Rokok Bandung berbagi informasi melalui akun twitter @bebasrokokbdg, serta akun Instagram bebasrokokBDG.

Penulis: ANP/G32

Top