Saver Semeru, Tak Lelah Edukasi Pendaki

Reading time: 4 menit
saver semeru
Sahabat Volunteer (Saver) Semeru. Foto: Saver Semeru

Lumajang (Greeners) – Ratusan pendaki terlihat berjubel di ruang briefing Pos Pendaki Gunung Semeru, di Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Lumajang, Jawa Timur, pada 17 Agustus 2017. Mereka mengikuti dengan sabar arahan dari Sahabat Volunteer (Saver) Semeru sebelum mendaki. Para pendaki yang tidak dapat tempat di dalam ruangan, terpaksa menunggu di luar sambil duduk, mengecek barang-barang, dan ada pula yang sibuk mengepak perlengkapan.

Para pendaki ini berasal dari berbagai penjuru tanah air. Mereka datang ke Ranupani untuk mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72. Sebagian pendaki mengikuti upacara kemerdekaan di lapangan desa setempat.

Berada di tepi Danau Ranupani, suasana upacara cukup khidmat meski berada di lokasi terpencil. Usai upacara, ritual adat Suku Tengger dilaksanakan. Doa-doa dengan bahasa khas Tengger diucap Sang Dukun atau pimpinan adat Tengger. Disusul doa dari pemuka Agama Islam. Warga desa, para pendaki, pejabat desa, dan relawan serta komunitas pecinta alam bersatu dalam kebhinekaan. Salah satu komunitas itu adalah Sahabat Volunteer atau biasa disingkat Saver Semeru.

Eksistensi Saver Semeru memang belum genap empat tahun. Namun, keberadaannya cukup memberi warna tersendiri bagi kalangan pendaki dan warga Desa Ranupani, termasuk pihak pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Resort Ranupani. Pun demikian dengan perubahan kondisi lingkungan di Semeru terkait sampah para pendaki.

Rizki Ardiansyah, juru bicara Saver Semeru, mengatakan, awal terbentuknya Saver Semeru memang bermula dari keprihatinan komunitas pecinta alam dari Lumajang, Malang, serta daerah lainnya. Pendaki semakin tidak peduli terhadap lingkungan terutama sampah yang mereka timbulkan selama pendakian.

(Selanjutnya…)

Top