Eco School Nusantara : Kenali Alam Sejak Dini, Berdampak Besar

Reading time: 2 menit
Eco School Nusantara yakin pendidikan alam sejak dini pada anak akan berbuah manis di masa depan. Foto: Eco School Nusantara

Jakarta (Greeners) – Banyaknya sekolah yang hancur pascagempa bumi di Lombok tahun 2018, menggerakan komunitas Eco School Nusantara bergerak memberikan pendidikan alam dan lingkungan pada anak-anak di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Eco School Nusantara merupakan pusat belajar bagi masyarakat khususnya untuk anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah terkait lingkungan. Saat ini komunitas ini baru aktif bergerak di wilayah Lombok.

Eco School Nusantara merupakan inisiasi dari Lombok Eco International Connection dan Nusa Genggara for Nusantara. Komunitas ini secara resmi berdiri sejak akhir tahun 2020.

Koordinator Program Eco School Nusantara Eliyan Umamy mengatakan, berdirinya komunitas ini bermula dari melihat banyaknya sekolah yang rusak dan hancur akibat terjadinya gempa bumi di Lombok pada tahun 2018 silam. Sehingga banyak sekolah darurat didirikan. Mereka pun menginisiasi ide mendirikan sekolah informal untuk kepedulian lingkungan.

“Awalnya, pasca gempa Lombok ada banyak sekolah yang roboh bahkan hancur hampir di semua bagian wilayah Lombok. Sehingga banyak didirikan sekolah darurat, sampai akhirnya berpikir bahwa ini menjadi momen untuk membuat sebuah tempat belajar yang menyenangkan bagi anak-anak maka lahirlah konsep eco school ini,” kata Eliyan dalam Kupas Komunitas virtual bersama Greeners, di Jakarta, Jumat (12/11).

Eliyan menyebut Lombok sebagai pulau kecil memiliki sensitivitas tinggi dan sangat bergantung pada alam. Oleh sebab itu, apabila terjadi gesekan akan memberikan dampak signifikan bagi Lombok itu sendiri. Eco School Nusantara hadir untuk mengajak generasi muda agar peduli dan berkeinginan untuk menjaga lingkungannya.

Eco School Ajak Anak Peduli Lingkungan Sejak Dini

Eliyan menambahkan, kegiatan Eco School Nusantara berlangsung sore hari. Peserta yang mengikuti kegiatan tersebut merupakan siswa dan siswi yang tinggal di sekitar desa Sengkol, Lombok Tengah.

“Di luar kelas yang biasa dilakukan setiap sore, kita juga ada kelas lingkungan yang memang khusus. Lihat kebunku, namanya. Kita punya kebun kecil di halaman, kita melibatkan adik-adik untuk membantu melakukan penyemaian, penanaman dan lain sebagainya. Termasuk sosialisasi tentang sampah agar membuang sampah pada tempatnya,” paparnya.

Eco School Nusantara telah sukses melaksanakan program tahap pertama pada Januari hingga Juli 2021. Pada tahap kedua ini berlangsung sejak September dan akan berakhir pada Desember 2021 dengan total 100 peserta dan 20 mentor.

Peserta yang hadir juga beragam mulai dari siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan juga Sekolah Menengah Atas (SMA). Setelah peserta selesai mengikuti program di Eco School Nusantara ini, maka peserta akan memperoleh sertifikat.

“Pasti menarik apabila adik-adik dapat sesuatu. Maka kita buat sertifikat untuk peserta di akhir. Sebenarnya yang kita nilai kerajinan dan keseruan, bukan soal hasil. Tetapi peserta hadir setiap hari dan merasa senang itu yang kami apresiasi. Kami juga tidak mengukur dari segi kemampuan karena itu sangat beragam,” tutur Eliyan.

Generasi Muda Jadi Support System di Daerahnya

Usai mengikuti program di Eco School Nusantara ini, Eliyan melihat bahwa para peserta telah menunjukkan perubahan meskipun belum signifikan. Menurutnya, para peserta mulai saling mengingatkan satu sama lain untuk peduli terhadap lingkungan seperti membuang sampah pada tempat yang sudah tersedia.

“Perkembangan yang saya lihat adalah mereka sudah bisa mengingatkan satu sama lain seperti jangan membuang sampah yang bukan pada tempatnya. Mereka juga sudah tahu bahwa ada sampah organik dan anorganik yang harus dibuang terpisah, itu sudah menjadi hal yang luar biasa bagi kami,” ujar Eliyan.

Eliyan juga menegaskan bahwa apa yang Eco School Nusantara lakukan ini akan memberikan dampak positif ke depannya khususnya bagi generasi muda. Menurutnya generasi muda ini yang nanti akan support system bagi daerahnya masing-masing.

“Kita harus menjadi support system untuk daerah kita sendiri. Sekecil apapun yang kita tanam hari ini pasti akan ada dampaknya, kami percaya itu. Inilah saatnya untuk membangun support system tersebut. Sehingga nanti pada titik tertentu adik-adik ini yang akan menjadi pemimpin di daerahnya,” ungkapnya.

Penulis : Fitri Annisa

Top