Antisipasi Sampah Antariksa, Peneliti BRIN Lakukan Pemantauan

Reading time: 2 menit
Ilustrasi sampah antariksa. Foto: BRIN
Ilustrasi sampah antariksa. Foto: BRIN

Jakarta (Greeners) – Sampah antariksa atau space debris menjadi ancaman untuk keselamatan peluncuran satelit ke orbit dan keselamatan satelit yang masih beroperasi di antariksa. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memantau objek tersebut untuk mengantisipasi dampak sampah antariksa.

Pada dekade terakhir, jumlah sampah antariksa telah meningkat pesat. Sampai saat ini, sekitar 24.000 sampah antariksa yang telah tercatat, dengan sekitar 19.000 di antaranya telah dikatalogkan oleh Space-Track. Namun, masih terdapat sampah antariksa yang belum tercatat dengan ukuran lebih kecil. Perkiraan sampah tersebut mencapai ratusan juta objek.

Sampah antariksa berpotensi bahaya jika masuk kembali (re-entry) dan kemudian jatuh ke bumi. Terutama, Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dan memiliki bentang seperdelapan lingkar bumi atau lebih kurang 5.000 kilometer. Hal itu sangat rentan mengalami atmosfer re-entry yang berpotensi jatuhnya benda-benda antariksa tersebut ke bumi.

BACA JUGA: Divers Clean Action Angkat 64 Kg Sampah dari Perairan Pulau Pramuka

Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Antariksa BRIN, Neflia, sampah antariksa yang berpotensi mengalami re-entry atau masuk kembali dan jatuh ke bumi, biasanya berasal dari benda antariksa yang berukuran lebih dari sepuluh sentimeter.

“Dari total objek antariksa tersebut, terdapat 5.670 debris dengan 4.435 debris memiliki RCS antara 0,1 hingga 1 meter persegi. Kemudian, 1.236 debris dengan ukuran lebih besar dari 1 meter persegi,” tuturnya, pada Jurnal Review edisi 2 Pusat Riset Antariksa BRIN, di Bandung, Rabu (8/5).

Debris di Indonesia Cenderung Kecil

Potensi jatuhnya debris di Indonesia cenderung kecil. Hal ini berdasarkan pada berapa kali debris tersebut melewati wilayah Indonesia selama mereka berevolusi.

Kemudian, untuk Low Earth Orbit (LEO), sebagian besar debris memiliki periode mengelilingi bumi berkisar antara 90 hingga 120 menit. “Jadi, dalam sehari, debris akan mengelilingi bumi sebanyak 12 hingga 16 kali,” jelas Neflia.

Bagi debris yang inklinasinya lebih kecil dari sepuluh derajat, debris tersebut akan melewati area wilayah Indonesia setiap kali debris ini mengelilingi bumi.

Space debris dengan inklinasi berkisar antara sepuluh hingga 30 derajat akan melewati wilayah Indonesia enam sampai delapan kali sehari. Sedangkan space debris dengan inklinasi lebih besar dari 30 derajat akan melewati wilayah Indonesia tiga sampai lima kali sehari,” ujarnya.

BRIN Pilah Benda Antariksa

Neflia dan tim melakukan pemilahan pada benda antariksa yang mengorbit akan mereka kategorikan sebagai debris. Hal ini untuk mengetahui potensi bahaya dari benda antariksa berukuran lebih dari 10 sentimeter berdasarkan orbit parameternya.

BACA JUGA: Jakarta Hasilkan 7000 Ton Sampah Per Hari

“Berdasarkan inklinasi kami kelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kurang dari 30 derajat, di antara 30 dan 60 derajat, dan lebih dari 60 derajat. Sedangkan berdasarkan ketinggian kami kelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kurang dari 200 kilometer dan lebih dari 200 kilometer,” jelasnya.

Neflia berpendapat, pengelompokan pada ketinggian 200 kilometer mereka lakukan mengingat pada ketinggian tersebut benda antariksa menurun dengan sangat cepat. Hal itu akibat objek antariksa memasuki daerah atmosfer yang lebih rapat.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top