Bike To School Tingkatkan Kesehatan Mental Anak

Reading time: 2 menit
Bersepeda ke sekolah tumbuhkan kecintaan pelajar pada lingkungan. Foto: Rahmat Suprihat

Bandung (Greeners) – Menggeliatnya bersepeda ke sekolah (bike to school) harus diimbangi sarana parkir sepeda di sekolah. Hal ini sangat penting untuk mendukung bike to school lebih masif. Apalagi aktivitas ini memberi nilai positif menyehatkan kesehatan mental anak.

Kepala Sekolah yang tak menyediakan sarana prasarana, termasuk parkir sepeda di sekolah maka akan memengaruhi performa kinerjanya.

Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Bidang Olahraga Kota Bandung Dodih Rohiman mengatakan, berbagai program dijalankan untuk memasyarakatkan sepeda di sekolah. Termasuk melalui bike to school. Oleh karenanya perlu mendorong sekolah memiliki penyediaan sarana prasarana berupa parkir sepeda.

“Sekolah-sekolah diwajibkan menyediakan parkir sepeda yang aman dan nyaman untuk anak-anak yang bersepeda. Jika tidak maka menjadi penilaian yang kurang bagi kepala sekolah,” katanya dalam talkshow Hayu Nyapedah Ka Sakola Hello Bike Festival, Bandung, Jumat (4/11).

Ia juga mendorong peran pemerintah Kota Bandung memprioritaskan jaminan keamanan bagi pelajar yang bersepeda menuju ke sekolah. “Dengan demikian anak tak lagi berkendara pakai motor. Tapi lebih menggunakan sepeda,” ucapnya.

Bike to School Beri Nilai Positif

Psikolog Klinis Anak dan Remaja Melissa Luckyanti menilai, bersepeda tak hanya berdampak pada fisik, tapi psikis dan kognitif siswa. Bersepeda berdampak baik pada kemampuan konsentrasi saat belajar, kemampuan motorik dan kebahagiaan.

“Hal ini dapat merangsang otak untuk meningkatkan produksi hormon serotonin, norepinefrin, dan dopamin, serta meningkatkan transmisi informasi antara berbagai bagian tubuh dengan cerebral cortex. Sehingga memunculkan perasaan senang, meningkatkan fokus dan mempercepat reaksi otot,” tuturnya.

Selain itu bersepeda juga berdampak baik pada kemampuan sosial. Saat bersepeda mendorong keinginan anak-anak untuk bersepeda bersama. Mereka bisa memiliki waktu untuk mengobrol dan menikmati udara.

“Guru-guru memiliki peran penting untuk memastikan anak-anak jangan sampai bersepeda sendiri. Selain capek mereka juga akan stres,” kata dia.

Pada usia anak-anak hingga remaja merupakan fase yang penting untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan kebaikan, termasuk empati. Kegiatan bersepeda mampu menjadi sarana untuk belajar empati pada pengguna kendaraan lain di jalan.

“Jangan egois semua jalan dipakai. Bersepeda pun kan ada track-nya sendiri,” imbuhnya.

Talkshow Hayu Nyapedah ka Sakola di Hello Bike Festival. Foto: Greeners/Putri Permata

Dorong Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas

Demi mendorong keberlanjutan anak-anak untuk bersepeda, Melisa mendorong keterlibatan peran sekolah, orang tua dan komunitas. Mentalitas mengubah kebiasaan memprioritaskan penggunaan sepeda daripada kendaraan bermotor harus ditanamkan sejak dini.

“Kalau tidak ada peran dari ketiganya akan susah menerapkan dan membiasakannya. Lalu anak juga butuh reward, dan jaminan keamanan sepeda menuju ke sekolah,” ucapnya.

Ketua Bike To Work (B2W) Bandung Wildah Fachdiansyah mengungkapkan, penanaman kebiasaan bersepeda sejak dini sangat penting karena generasi muda inilah yang akan melanjutkan kebiasaan positif ini di masa mendatang.

Ia menjelaskan pentingnya role model dari pada pelaku-pelaku di sekolah, termasuk guru untuk melakukan kegiatan bersepeda. “Agar mereka bisa mencontoh secara langsung. Ketika anak-anak melihat gurunya bersepeda, mereka akan mengikuti dengan sendirinya,” tandasnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top