‘Hutan Kita Sultan’ Pesan Pelestarian di Perayaan Hari Hutan Indonesia

Reading time: 2 menit
Indonesia harus punya kekuatan melawan pembalakan dan menyelamatkan hutan yang tersisa. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Tahun ini Konsorsium Hari Hutan Indonesia menggaungkan tema ‘Hutan Kita Sultan’ dalam peringatan hari hutan Indonesia setiap 7 Agustus. Tema ini mendorong peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap pelestarian hutan Indonesia.

Mereka pun berharap peringatan ini bisa Pemerintah Indonesia resmikan. Apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki luas hutan hujan tropis peringkat ketiga di dunia. Yang sebarannya ada di Sumatra hingga Papua.

Koordinator Konsorsium Hari Hutan Indonesia 2022 Miftachur Ben Robani mengatakan, hutan Indonesia kaya dan menjadi tempat beragam flora dan fauna. Selain itu Indonesia berada di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.

“Selain itu, hutan kita juga menjadi sumber pangan dan obat-obatan, sumber air, sumber udara bersih. Serta menjadi tempat tinggal dan akar budaya berbagai suku bangsa dan masyarakat adat di Indonesia, hingga menjadi penyerap karbon,” katanya baru-baru ini.

Dalam keterangannya, ia menyebut, pelestarian hutan wajib semua elemen masyarakat lakukan karena perannya memberikan banyak manfaat. Baik bagi masyarakat sekitar hutan maupun yang letaknya jauh dari hutan.

“Hari Hutan Indonesia juga merupakan momen refleksi tentang sejauh mana kita sudah berhasil melindungi hutan-hutan kita,” imbuhnya.

Kawal Pelestarian Hutan di Indonesia

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang Yayasan Madani Berkelanjutan olah, hutan alam Indonesia menyusut 4 juta hektare (ha) dari tahun 2011 sampai 2019.

Namun, pembukaan hutan dari tahun ke tahun tampak terus menurun. Hal ini perlu masyarakat rayakan dan awasi agar tren penurunan perubahan tutupan hutan terus berlanjut.

“Harapannya bisa mencapai target iklim Indonesia dalam Nationally Determined Contribution (NDC) dan kebijakan FoLU Net Sink 2030 bisa tercapai,” ungkap Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan, Nadia Hadad.

Direktur Komunikasi PT Rimba Makmur Utama Maria Dwianto berpandangan senada. Pihaknya mendukung perayaan hari hutan Indonesia untuk membangun kecintaan anak muda khususnya kaum urban terhadap hutan.

“Karena merekalah yang kelak akan menjadi pengambil keputusan di negara kita. Restorasi dan konservasi hutan Indonesia merupakan agenda penting untuk memerangi perubahan iklim,” ucapnya.

Masyarakat Papua menyebut hutan sebagai “mama”. Mereka menjaga dan melindungi hutan tempatnya menggantungkan kehidupan. Foto: Shutterstock

Dukungan Berbagai Lintas Organisasi untuk Hutan Indonesia

Dukungan perayaan hari hutan Indonesia juga datang dari kelompok urban, terutama dari para penggemar K-Pop di Indonesia.

Juru kampanye KPOP4PLANET Nurul Sarifah menyebut, penggemar K-Pop datang dari generasi Z dan milenial. Penggemar K-Pop sendiri telah melakukan berbagai upaya dalam pelestarian hutan seperti adopsi hewan terlindungi, penanaman pohon, adopsi pohon, hingga penandatanganan petisi perlindungan hutan di Papua.

“Solidaritas penggemar K-Pop dalam perlindungan dan pelestarian hutan merupakan bentuk aksi iklim kami dalam mencegah krisis iklim semakin memburuk,” imbuhnya.

Dukungan serupa juga datang dari Bentara Papua. Direktur Bentara Papua Yanuarius Anouw mengungkapkan, komitmen pemerintah untuk menjaga hutan dan biodiversitas tanah Papua akan membantu menyelamatkan flora dan fauna endemik.

Selain itu juga menghormati hak-hak masyarakat hukum adat. Bagi masyarakat hukum adat di tanah Papua, hutan ibarat ‘Mama’. Semua sumber penghidupan ada di dalam ekosistem hutan, mulai dari kebutuhan obat-obatan tradisional, flora dan fauna dan ritual adat.

Hari hutan Indonesia merupakan inisiatif Konsorsium Hari Hutan Indonesia. Sebuah forum kolaborasi yang terdiri dari 27 anggota dari lintas organisasi dengan visi dan misi yang sama.

Penulis : Ari Rikin

Editor : Ari Rikin

Top