BRIN Dorong Kolaborasi Riset Biodiversitas dengan Negara Anggota G20

Reading time: 2 menit
Indonesia kaya akan biodiversitas. Kolaborasi riset ini sangat penting. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong peningkatan kolaborasi riset dan inovasi negara-negara anggota G20. Salah satunya yaitu pemanfaatan riset biodiversitas yang BRIN munculkan dalam Research and Innovation Initiative Gathering (RIIG).

“Pada G20 kali ini, RIIG akan difokuskan pada kesadaran dan membuat kesepakatan bagaimana kita berkolaborasi memanfaatkan biodiversitas berbasis pada kolaborasi riset. Selain itu sharing infrastruktur dan pendanaan secara sederajat,” kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, baru-baru ini.

Terdapat dua prioritas agenda utama dalam RIIG yang akan BRIN selenggarakan. Pertama, meningkatkan kolaborasi riset dan inovasi melalui sharing fasilitasi, infrastruktur dan pendanaan. Kedua, penggunaan biodiversitas untuk mendukung green and blue economy.

Adapun latar belakang Handoko memilih dua prioritas tema pada RIIG, yaitu adanya keinginan membentuk platform terbuka yang bisa menjadi penghubung antar anggota G20. Hal ini sekaligus mencapai pemahaman untuk mencapai tujuan dalam dunia riset dan inovasi.

Menurutnya, berdasarkan pengalaman di masa pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir tiga tahun terakhir, kolaborasi riset biodiversitas dan pemanfaatannya memegang peranan penting.

Namun dalam kenyataannya selama ini biodiversitas masih masing-masing pihak kelola sendiri. “Kehadiran BRIN dengan sumber daya yang ada mampu merepresentasikan Indonesia dalam pemanfaatan biodiversitas secara sederajat dengan negara lain,” ujar Handoko.

Biodiversitas Merupakan Isu Penting

Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN sekaligus Co-Chair RIIG, Ocky Karna Radjasa menyatakan, biodiversitas merupakan isu yang sangat penting. Beberapa pemerintahan di dunia sendiri telah mengadopsi mix digital green and blue economy.

Oleh karena itu, perlu mengaitkan pemanfaatan biodiversitas untuk mendukung green and blue economy dengan pendekatan platform digital agar memaksimalkan capaian hasilnya.

“Selain itu diperlukan pula capacity building untuk meningkatkan kemampuan peneliti. Sehingga nantinya bisa mewujudkan adanya research station yang mengarah pada research framework knowledge sharing and technology transfer,” ucap Ocky.

Ocky juga menegaskan, butuh suatu kerangka kerja untuk berkolaborasi di antara negara-negara G20. “Hal ini penting karena ada circle yang harus dikoordinasikan. Ketika bicara mengenai pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan, kita harus memikirkan bagaimana kita menjaganya bukan hanya untuk masa depan, tapi untuk planet kita. Karena itu, kita butuh pendekatan green and blue economy,” paparnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top