BRIN Manfaatkan Limbah Sawit untuk Diagnosis Emboli Paru

Reading time: 2 menit
BRIN mengembangkan limbah sawit untuk diagnosis emboli paru. Foto: Freepik
BRIN mengembangkan limbah sawit untuk diagnosis emboli paru. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan limbah sawit untuk diagnosis emboli paru. Emboli paru merupakan kondisi terjadinya penyumbatan darah di paru-paru yang bisa menyebabkan kematian jaringan.

Pengembangan pemanfaatan limbah sawit melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN). Latar belakang riset ini adalah pentingnya penegakan diagonasis yang tepat, terutama pada pasien yang mengalami emboli paru. Sehingga, pasian dapat menerima stratifikasi risiko dan pengobatan yang tepat.

“Pencitraan paru sebagai salah satu pencitraan ventilasi menggunakan nano aerosol karbon bertanda 99mTc hasil dari generator komersial. Penggunaan limbah kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan aerosol karbon subsititusi akan memberi nilai tambah secara komersial,” ujar Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri BRIN Indra Saptiama melalui keterangan tertulisnya.

BACA JUGA: Pangan dan Energi Masih Jadi Fokus Utama Penelitian BRIN

Indra menambahkan, tahapan riset pertama adalah membuat nanopartikel sawit. Kemudian, memformulasikan serbuk pembawa nanopartikel karbon dan penandaan Tc-99m pada nanopartikel karbon, serta uji cellular uptake pada sel kanker dan normal paru-paru. Menurutnya, sel kanker lebih banyak mengikat karbon dibandingkan sel normal.

“Sebab, komposisi lipid yang lebih besar pada sel kanker, dan penandaan nanopartikel karbon dengan 99mTc sudah sangat baik dengan perolehan persentasi penandaan sebesar 96,69 persen dengan kemurnian radiokimia di atas 99 persen,” beber Indra.

BRIN mengembangkan limbah sawit untuk diagnosis emboli paru. Foto: BRIN

BRIN mengembangkan limbah sawit untuk diagnosis emboli paru. Foto: BRIN

BRIN akan Optimasi Riset Lebih Lanjut

Sementara itu, BRIN berencana memperoleh ukuran partikel karbon sawit yang lebih baik. Salah satunya dengan cara mengoptimasi parameter spray-dry.

“Juga melakukan pengujian sitotoksisitas in vitro, untuk menguji keamanan nanopartikel karbon lebih lanjut untuk pengujian pada hewan coba. Hal ini untuk mengetahui pencitraan ideal pada organ paru-paru dan efeknya pada organ lain, meliputi uji biodistribusi dan uji clearance,” tambah Indra.

BACA JUGA: Fenomena Astronomi 2024, Supermoon akan Terjadi 3 Kali

Pelaksana Tugas Direktur Penyaluran Dana–Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit, Zaid Burhan Ibrahim berharap, penelitian yang diusulkan dapat mencapai keluaran sesuai dengan yang dijanjikan. Selain itu, juga tepat waktu agar memberikan manfaat langsung untuk kemajuan industri kelapa sawit di Indonesia.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top