Bukan Sekadar Pasiar Selamatkan Alam, Hiu Karang dan Dugong

Reading time: 2 menit
Koordinator tur Bukan Sekadar Pasiar menjelaskan komitmen mereka bangun wisata alam berkelanjutan. Foto: Ramadani Wahyu/Greeners

Jakarta (Greeners) – Kepunahan hiu karang, pari manta cetacea hingga dugong imbas pariwisata tak bertanggung jawab terus meningkat. Melalui program Wisata Spesies Berbasis Masyarakat (WSBM) para wisatawan diajak menyelamatkan alam dan biota lewat Bukan Sekadar Pasiar.

Program WSBM yayasan Reef Check Indonesia canangkan sebagai bagian dari proyek Coral Reef Rehabilitation and Management Program – Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI).

Implementasi program ini berupa pelatihan pengelolaan wisata berbasis spesies dan juga melibatkan masyarakat. Dua lokasi terpilih dalam proyek ini yaitu Desa Oeseli di Rote dan Perairan Sulamu-Semau atau Teluk Kupang.

Koordinator tur guide “Bukan Sekadar Pasiar” Picessylia Safiransi Anakay menyatakan, melalui program WSBM, masyarakat pesisir terbantu untuk mengelola wisata edukasi itu. Salah satunya wisata tur menyaksikan lumba-lumba melintas.

Melalui paket tur yang tersedia, para wisatawan tak hanya dimanjakan oleh keindahan wisata alam, tapi juga mendapat edukasi konservasi alam di wilayah ini. “Selama ini orang jalan-jalan demi mendapatkan foto keren dan selfie. Tapi di sini kita sadarkan mereka akan perlunya konservasi, lalu mempraktekannya,” katanya kepada Greeners baru-baru ini.

Bukan Sekadar Pasiar juga Berikan Edukasi Perubahan Iklim

Selain aksi bersih pantai, beragam kegiatan edukasi juga masif Bukan Sekadar Pasiar lakukan. Misalnya, panduan berwisata lumba-lumba, edukasi terkait perubahan iklim serta ancaman mikroplastik dari sampah yang merugikan lingkungan dan kesehatan.

Selain edukasi dan konservasi, para wisatawan dapat menyaksikan lumba-lumba yang melintas di titik-titik yang biasa mereka temukan. Hanya saja, sambung Cessy tak ada jaminan selalu bisa bertemu dengan lumba-lumba. Sebab jumlah populasi lumba-lumba yang semakin berkurang.

“Dibanding 10 tahun lalu, lumba-lumba sekarang sudah sangat berkurang. Mereka lebih susah ditemukan,” imbuhnya.

Selain itu, ada musim-musim dan jam-jam tertentu lumba-lumba ini berada di titik-titik tersebut. Misalnya, mereka biasa muncul saat air lebih hangat, yakni di musim kemarau pada pagi hari, tepat saat mereka mencari makan.

Para wisatawan juga tak perlu kecewa bila tak dapat bertemu dengan lumba-lumba. Mereka bisa melakukan snorkeling sembari menikmati kekayaan biota laut di kawasan pesisir Kupang. Mulai dari pari manta cetacea, hingga terumbu karang.

Dorong Perekonomian Masyarakat Lokal

Tak hanya itu, wisatawan juga dapat menikmati kekayaan kearifan lokal penduduk sekitar. Cessy menyebut, para wisatawan sangat berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian masyarakat sekitar dengan menikmati kuliner khas dan adat istiadatnya.

Komunitas “Bukan Sekadar Pasiar” memiliki filosofi tersendiri. Kata “Pasiar” merupakan versi bahasa Kupang dari pesiar. Harapannya wisatawan tak sekadar mendapatkan kepuasan wisata, tapi mendapatkan edukasi dan konservasi.

Proyek tersebut terwujud atas dukungan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama dengan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN).

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top