Ekspedisi Sumba 2015: Efrat Terenyuh Kondisi Desa Dikira

Reading time: 2 menit
Novianus Efrat, salah satu peserta tim Ekspedisi Sumba 2015 asal Jakarta. Foto: dok. Ekspedisi Sumba 2015

Dikira (Greeners) – Pentingnya akses listrik serta air bersih untuk Desa Dikira di Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya sangat dirasakan oleh salah satu peserta tim Ekspedisi Sumba 2015 asal Jakarta, Indonesia, Novianus Efrat.

Pemuda 27 tahun ini menyatakan, setelah adanya Solar Water Pump (Pompa Air Tenaga Surya) dan teknologi biogas yang dibangun oleh Hivos, organisasi internasional pembangunan nirlaba non-pemerintah internasional yang bekerjasama dengan mitra lokal di sana, sedikit banyak telah membantu kehidupan masyarakat khususnya dalam melakukan aktifitas pertanian dan perkebunan.

Namun, menurutnya, warga setempat masih membutuhkan banyak sekali bantuan khususnya untuk alat, dana dan tenaga ahli untuk lebih mengoptimalkan penggunaan Solar Water Pump dan biogas di Desa Dikira.

“Saya merasakan betul bagaimana susahnya hidup tanpa aliran listrik di sini (Desa Dikira) karena sebelumnya saya juga pernah melakukan perjalanan seperti ini di wilayah timur Indonesia yang masalahnya sama,” cerita pria yang sempat aktif di beberapa organisasi pendidikan alternatif ini, Dikira, Jumat (04/09) lalu.

Pemuda yang akrab disapa Efrat ini menyatakan diterimanya ia dalam tim Ekspedisi Sumba 2015 sejalan dengan ketertarikannya akan energi terbarukan (renewable energi) dan kecintaannya pada anak-anak.

Novianus Efrat, salah satu peserta tim Ekspedisi Sumba 2015 asal Jakarta. Foto: dok. Ekspedisi Sumba 2015

Novianus Efrat, salah satu peserta tim Ekspedisi Sumba 2015 asal Jakarta. Foto: dok. Ekspedisi Sumba 2015

Menurut Efrat, kebutuhan akan irigasi air untuk persawahan dan akses listrik untuk sekolah dan hidup sehari-hari di Desa Dikira masih sangat jauh dari kata cukup. Oleh karena itu, pengalamannya melihat dan mengalami langsung kehidupan warga Desa Dikira, membuat Efrat berencana untuk menyebarluaskan informasi terkait Desa Dikira tersebut sekembali dirinya ke Jakarta.

“Ini harus diinformasikan. Mereka jelas butuh banyak bantuan dari masyarakat yang cukup mampu di kota-kota besar,” tambahnya.

Di luar kondisi tersebut, Efrat mengaku tersentuh oleh keramahtamahan masyarakat Desa Dikira. Hal ini dikarenakan ia telah merasakan tulusnya masyarakat setempat menerima dan menjamu mereka layaknya keluarga.

“Apalagi waktu kami disambut oleh mereka. Kalau mau jujur, itu sebenarnya saya terharu sekali dengan segala keramahan mereka. Lalu ketika meninggalkan desa, saya langsung merasa harus menginformasikan tentang hal ini kepada masyarakat luas,” ujarnya.

Sebagai informasi, Desa Dikira adalah salah satu desa yang menjadi tujuan tim Ekspedisi Sumba 2015. Desa ini berada di Sumba Barat Daya dengan 325 Kepala Keluarga yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani sayur dan peternak.

Efrat sendiri adalah salah satu peserta asal Kota Jakarta yang tergabung dalam Ekspedisi Sumba 2015. Bersama tujuh orang peserta lainnya, Efrat melakukan perjalanan untuk mempelajari dan merasakan bagaimana suasana dan keadaan hidup masyarakat sumba sembari mengkampanyekan perubahan iklim dan energi terbarukan yang dikembangkan oleh Hivos, organisasi internasional pembangunan nirlaba non-pemerintah internasional.

Tujuh peserta lainnya adalah Dea Sihotang dari Cibubur, Saepul Hamdi dari Sukabumi dan Griksa Gunadarma dari Jakarta. Sedangkan tim dari Belanda yaitu Guido, Franka, Joyce dan Sylvia.

Penulis: Danny Kosasih

Top