EF Adults SDG’s Seminar, Mendekatkan Isu Lingkungan ke Kalangan Profesional

Reading time: 2 menit
isu lingkungan
Foto: greeners.co/Arief Tirtana

Jakarta (Greeners) – Tidak bisa dipungkiri masih banyak orang disekitar kita yang tidak peduli atau bahkan tidak pernah tahu mengenai isu perubahan iklim yang melanda bumi secara global ini. Maka dari itu, peran serta berbagai pihak menjadi krusial untuk ikut mengenalkan lebih jauh lagi mengenai isu ini ke berbagai lapisan masyarakat. Tidak tebatas pihak yang aktif dalam isu lingkungan, namun semua yang sadar akan pentingnya isu perubahan iklim ini, baik itu individu, kelompok maupun lembaga pendidikan, seperti yang dilakukan English First (EF).

Lembaga pendidikan bahasa Inggris yang sudah berumur lebih dari 30 tahun ini dalam bagian program EF Adults memberikan kesempatan kepada para peserta didiknya untuk bisa mendapatkan informasi mengenai perubahan iklim. Kegiatan yang dilakukan melalui seminar ini dilaksanakan pada Selasa, 22 november 2016, bertempat di EF Mal taman Anggrek, Jakarta Barat.

“Seminar dengan tema climate change ini merupakan bagian dari topik SDGs (Suistainable Development Goals) yang menjadi topik dalam seminar EF Adults selama bulan november ini. Sementara untuk tema lainnya itu ada education, no poverty, women environment,” kata Marketing Executive EF English Center for Adults, Iswan Muslimin saat ditemui Greeners seusai acara.

Iswan menambahkan tema climate change atau perubahan iklim ini sengaja dipilih karena erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari . Selain itu, pembahasan tema ini menambahkan kesadaran akan dampak perubahan iklim khususnya kepada peserta didik EF Adults yang kebanyakan merupakan kalangan profesional dan mahasiswa.

“Mengenai isu ini mungkin sudah banyak yang tahu dan peduli, namun mereka tidak mengerti harus melakukan apa dan bagaimana untuk memulai aksinya dalam mewujudkan kepedulian lingkungan. Untuk itu kita mengundang pakar dibidangnya dan juga komunitas yang bisa menjadi referensi para peserta yang hadir,” jelas Iswan.

Seminar ini menghadirkan tiga pembicara yang dibagi dalam tiga sesi. Pembicara pertama adalah Pemimpin Redaksi Greeners.co Syaiful Rochman yang membahas mengenai Creative Activism. Dalam kesempatan tersebut Syaiful menjelaskan bagaimana langkah untuk memulai sebuah aksi kritis dengan cara yang kreatif. Mulai dari merasakan adanya masalah, mecari tahu mengenai fakta-fakta akan masalah tersebut, membuat aksi dan strategi hingga mengukur hasil yang ingin yang dicapai.

“Banyak orang mau melakukan kegiatan aktivisme bersama karena merasakan masalah yang sama, namun sebenarnya tidak perlu menunggu banyak orang, cukup melakukannya sekalipun sendiri. Dari sendiri, satu orang bisa membuat orang lain tergerak dan ikut melakukan aksi yang sama,” ujarnya.

Untuk lebih memberi pemahaman pada peserta seminar, EF juga menghadirkan komunitas Transformasi Hijau sebagai contoh nyata sebuah gerakan aktivisme yang berkaitan dengan isu perubahan iklim. Komunitas yang diwakili oleh Ahmad Baihaqi ini banyak menjelaskan mengenai berbagai fauna yang dapat ditemui di Jakarta dan peranannya terhadap ekosistem lingkungan di Kota Jakarta.

Selain itu, ada pula Komunitas Diet Kantong Plastik yang diwakili Cemisya Umiakulsum yang menjelaskan mengenai bahayanya kantong plastik, mulai dari proses produksi hingga menjadi limbah. Terhadap bahaya tersebut, itu Cemisya bersama komunitasnya tidak bosan mengajak sebanyak mungkin orang untuk melakukan diet kantong plastik.

Ditemui usai acara, Ahmad Baihaqi menyatakan sangat menyambut positif seminar seperti yang dilakukan EF kali ini. Menurutnya, biasanya seminar lingkungan menyasar kepada orang-orang dengan latar belakang isu lingkungan, namun seminar ini justru dihadiri oleh orang-orang yang bahkan mengaku belum pernah mendengar mengenai isu perubahan iklim.

“Tujuan awalnya adalah bagaimana mereka mengenal dulu (isu lingkungan). Setelah mengenal harapannya mereka akan peduli. Tak kenal maka tak sayang. Pertama kita harus memperkenalkan dulu isu lingkungan ini, yang penting sampai dulu pesan kita, karena untuk melakukan perubahan butuh proses. Setidaknya ada pesan yang masuk ke pikiran peserta dan bisa menjadi pertimbangan dalam aktivitas mereka sehari-hari apakah sesuatu itu baik untuk lingkungan atau tidak,” katanya.

Penulis: AT/G39

Top