Gerakan Mati Urip Ngramut Kali Suroboyo Bangkitkan Kepedulian Warga

Reading time: 2 menit
Gerakan Mati Urip Ngramut Kali Suroboyo membangkitkan kepedulian warga. Foto: Ecoton
Gerakan Mati Urip Ngramut Kali Suroboyo membangkitkan kepedulian warga. Foto: Ecoton

Jakarta (Greeners) – Aliansi Komunitas Penyelamat Bantaran Sungai (AKAMSI) menggelar Rembug Kali Surabaya dengan mengundang berbagai pemangku kepentingan. Dalam pertemuan ini, AKAMSI turut mendeklarasikan gerakan β€œMati Urip Ngramut Kali Suroboyo”. Gerakan tersebut sebagai simbol perjuangan kolektif dalam menjaga ekosistem serta sumber daya alam yang sangat berharga tersebut.

Koordinator AKAMSI, Alaika Rahmatullah, menyampaikan bahwa Kali Surabaya membutuhkan strategi mitigasi menjelang musim kemarau 2025. Ia menekankan bahwa dalam kondisi kemarau, suhu udara akan meningkat, debit air sungai menurun, sementara volume limbah cair industri dan domestik justru meningkat. Hal ini berisiko menurunkan kualitas air Kali Surabaya yang menjadi sumber bahan baku PDAM Kota Surabaya.

BACA JUGA: Bantaran Kali Surabaya Penuh Bangunan Liar, Ekosistem Terancam

“Pabrik Gula di sepanjang Kali Brantas akan mulai buka giling. Maka, beban pencemarannya akan bertambah, padahal debit air menurun,” kata Alaika dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/4).

Alaika menjelaskan bahwa beban pencemaran Kali Surabaya berasal dari aktivitas industri serta sekitar 4.500 permukiman ilegal di bantaran sungai, yang menyumbang lebih dari lima ton tinja per hari.

Di samping itu, kegiatan ini juga bertepatan dengan peringatan 50 tahun peristiwa ikan mati massal di Kali Surabaya pada tahun 1975. Saat itu, ribuan bangkai ikan menyumbat intake PDAM di Ngagel, menyebabkan layanan air bersih terhenti selama 10 jam. Akibatnya, warga kota terpaksa menggunakan tayamum untuk berwudu karena air PDAM tidak mengalir ke rumah-rumah.

Gerakan Mati Urip Ngramut Kali Suroboyo membangkitkan kepedulian warga. Foto: Ecoton

Gerakan Mati Urip Ngramut Kali Suroboyo membangkitkan kepedulian warga. Foto: Ecoton

Rendahnya Kesadaran Masyarakat

Sementara itu, sejak Februari 2025, tim investigasi AKAMSI menemukan tujuh hal yang dapat mempercepat kerusakan lingkungan di Kali Surabaya. Salah satu temuan utama adalah keberadaan ribuan bangunan liar yang berdiri di sepanjang bantaran sungai. Selain itu, terdapat pelanggaran hukum berupa alih fungsi lahan bantaran yang secara ilegal telah disertifikatkan.

Tak hanya itu, kesadaran masyarakat terhadap eksistensi dan peran vital Kali Surabaya juga masih rendah. Berdasarkan survei terhadap 500 responden dari kalangan Gen Z di Surabaya, sebanyak 76 persen tidak mengetahui bahwa air PDAM yang mereka gunakan berasal dari Kali Surabaya.

BACA JUGA: Sungai Brantas Makin Panas, Plankton Kali Brantas Punah

Meski begitu, mayoritas warga (94 persen) mengakui bahwa Kali Surabaya berperan penting bagi kehidupan masyarakat kota. Bahkan, 80,6 persen dari mereka menyadari bahwa pencemaran di Kali Surabaya dapat berdampak langsung pada kesehatan warga. Namun, kesadaran ini belum berbanding lurus dengan aksi nyata warga Surabaya.

β€œTemuan fakta-fakta ini mendorong Akamsi untuk berinisiatif mengingatkan dan mengajak warga Kota Surabaya untuk peduli nasib dan kualitas air Kali Surabaya,” kata Alaika.

Untuk itulah, gerakan Mati Urip Ngramut Kali Suroboyo penting untuk mendorong kepedulian warga dalam melindungi Kali Surabaya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top