Kuala Lumpur (Greeners) – International Congress For Conservation Biology (ICCB) tahun 2019 resmi dibuka dan berjalan sejak tanggal 21 Juli hingga 25 Juli 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kongres yang mendatangkan peserta dari berbagai penjuru dunia ini, saling mempertemukan akademisi, peneliti, praktisi, hingga perwakilan lembaga pemerintah yang berkecimpung di bidang konservasi biologi dan lingkungan.
ICCB adalah wadah bertukar informasi dalam hal praktik konservasi untuk menciptakan bumi yang lebih berkelanjutan. Adanya kongres ini diharapkan dapat menjadi acuan berbagai pihak dalam melakukan praktik konservasi keanekaragaman hayati agar tetap lestari dan terjaga.
Salah satu sesi pembukaan yang paling ditunggu adalah presentasi dari Fabien Cousteau, seorang peneliti dan penjelajah laut dalam yang juga adalah cucu dari penjelajah laut legendaris Jacques Yves Cousteau. Mengenalkan dan mengantarkan sesi Fabien, adalah seorang aktivis terkemuka di Asia, Von Hernandez dari organisasi Break Free From Plastic.
Dalam pembukaan ICCB, Fabien menyampaikan pentingnya menjaga kelestarian laut dan mengerti bahwa segala sesuatu di bumi ini terhubung oleh laut.
“Tanpa laut yang bersih kita tidak dapat sumber daya pangan yang sehat dan memadai. Tanpa laut yang bersih juga kita tidak dapat mempunyai planet yang bersih,” ucap Fabien dalam presentasinya.
Fabien juga menekankan tingginya pencemaran plastik di lautan dan pantai-pantai di dunia, bahkan ia menyaksikan langsung bagaimana serpihan plastik banyak mengotori pantai-pantai yang ia kunjungi.
“Saat ini, hampir sebagian besar pantai yang saya kunjungi, pasirnya sudah bercampur serpihan sampah plastik, dalam satu raupan tangan pasir pantai pasti bercampur dengan sampah plastik, separah itu,” jelas Fabien.
Terakhir, Fabien menyampaikan bahwa menjaga laut itu tersirat dalam SDG 14 (Sustainable Development Goals 14), tentang konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan.
Turut hadir dalam ICCB 2019, peneliti dan ahli konservasi lingkungan dari Indonesia, Jatna Supriatna, ia mengharapkan dengan adanya ICCB ini, para peneliti Indonesia bisa memanfaatkan dengan baik dengan bertukar informasi serta meng-update perkembangan keanekaragaman hayati di dunia.
“Ahli konservasi Biologi berkumpul di sini semuanya. Sebagai negara yang potensi biodiversitynya terbesar kedua di dunia seharusnya kita bisa leading dengan memperkenalkan alam Indonesia dan kegunaannya bagi bangsa Indonesia, namun saya lihat tidak banyak yang datang ke ICCB ini. Mungkin karena keterbatasan pada anggaran yang mana anggaran untuk peneliti sangatlah sedikit,” ujar Jatna saat ditemui langsung di ICCB 2019.
Penulis : Sarah R. Megumi