Kaoem Telapak Ungkap Kejahatan Pembalakan Hutan Lewat Film

Reading time: 3 menit
Indonesia harus punya kekuatan melawan pembalakan dan menyelamatkan hutan yang tersisa. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Organisasi penggiat lingkungan Kaoem Telapak punya cara tersendiri mengungkap kejahatan pembalakan hutan untuk sekaligus mengajak masyarakat peduli terhadap hutan yakni lewat film. Bahkan film berjudul “Indonesia Berjuang Untuk Hutan Yang Tersisa” sempat diputar selama 25 menit dalam Konferensi Tingkat Tinggi (COP-26) di Glasgow, Skotlandia baru-baru ini.

Film yang berdurasi selama dua jam ini bertujuan merefleksikan kembali perjuangan Kaoem Telapak menyelamatkan hutan yang masih tersisa.

“Film ini memberikan gambaran potret Kaoem Telapak dan Environmental Investigation Agency (EIA) dalam melindungi hutan Indonesia serta menghentikan kejahatan hutan dan mereformasi kebijakan yang ada saat ini,” kata Presiden Kaoem Telapak dan Senior Juru Kampanye Hutan Environmental Investigation Agency (EIA) Mardi Minangsari di Jakarta, baru-baru ini.

Dalam film tersebut tergambar bagaimana proses memperjuangkan, menghentikan kejahatan terhadap hutan. Terlihat pemilik perusahaan-perusahaan besar memiliki kekuasaan terhadap aparat. Ketika masyarakat tidak tunduk atau tidak mengikuti apa yang mereka mau, berujung ancaman.

Misi Ungkap Kejahatan Hutan

Film dengan latar alam ini memperlihatkan cara hutan digunduli terus menerus tanpa rasa bersalah. Lalu sejarah berdiri Kaoem Telapak juga tergambar dalam film tersebut. Telapak berdiri di Bogor pertengahan tahun 90-an oleh sekelompok mahasiswa yang mengambil jurusan kuliah terkait lingkungan. Kata Telapak dalam bahasa Indonesia berarti jejak kaki.

Organisasi ini memiliki misi mengadvokasi pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang adil dan berkelanjutan untuk menciptakan serta mempertahankan jaringan nasional para aktivis lingkungan.

Menurut Direktur Kampanye Environmental Investigation Agency (EIA) Julian Newman, Telapak memiliki beberapa informasi terkini situasi di Kalimantan tengah, di Taman Nasional Tanjung Puting.

“Kami dengar telah ditebang habis-habisan. Itulah alasan kami tertarik pada Tanjung Puting karena cagar alam yang terkenal di dunia dan memiliki populasi orangutan yang sangat terkenal. Jika pembalakan terus terjadi di tempat seperti itu, maka akan membuat hutan Indonesia hilang,” ungkapnya.

Pembalakan hutan mengancam hutan Indonesia yang tersisa. Foto: Shutterstock

Penelusuran Jejak Pembalakan Hutan

Dari Kalimantan hingga ke Sumatra tim investigasi EIA dan Kaoem Telapak melakukan rekaman terhadap orang-orang yang melakukan pembalakan hutan. Para pembalak mendapat upah harian sekadarnya. Pembalak mendapat bekal gergaji mesin dan pinjaman uang yang membuat mereka menjadi terikat pada para bisnis kuat ini.

Dalam mengumpulkan bukti pembalakan liar dari video yang sedang berlangsung di taman nasional, EIA dan Kaoem Telapak melakukan sejumlah hal. Mereka mengirimkan tim penyamar dalam berbagai kunjungan ke Sumatra dan Kalimantan untuk melakukan pengumpulan bukti video.

Satu tim penyamar telah kembali ke Tanjung Puting untuk melihat pembalakan hutan hal tak terduga terjadi. Tim penyamar ini bahkan sempat mendapat jalan untuk bertemu dengan bos pembalak. Bahkan transaksi jual beli dari fakta pembalakan hutan ini akan terjadi.

Namun nahas, penyamaran tim berhasil terbongkar. Salah satu anggota tim bahkan sempat mendapat kekerasan fisik pascaterbongkarnya status penyamaran mereka. Pihak pembalak mengetahui bahwa penyamar adalah aktivis lingkungan.

“Anggota tim dipukuli dan barang-barang dirampas, bahkan ditodong,” Ungkap Ambrosius Ruwidrijarto dari Samdhana Institute dan juga anggota Kaoem Telapak.

Sementara itu, dari fakta lainnya di lapangan tim menemukan kesaksian dari para pembalak. Mereka merasa bersalah terus membabat pohon, hidupnya tak tenang dan menyadari betapa pentingnya hutan bagi kehidupan mereka. Akhirnya ada yang memutuskan berhenti dan kembali menghijaukan hutan. Kesadaran itu kembali muncul, mereka menyadari hutan menjadi tempat makanan hewan.

Hingga saat ini EIA dan Kaoem Telapak, masih dalam pertarungan, perjuangan dalam menyelamatkan hutan Indonesia yang tersisa. EIA dan Kaoem Telapak telah menyelamatkan hutan, dua organisasi kecil ini telah mengubah banyak hal di luar jangkauan.

“Hutan adalah garis terakhir, begitu hilang yang akan anda temukan adalah perusahaan individu, penjahat, orang yang tidak bermoral akan masuk ke sana. Mereka akan menggali, menebang dan melakukan kegiatan ekstraksi. Menggusur orang-orang dari tanah mereka dan itulah mengapa sangat penting bagi kita untuk melindungi hutan,” tegas Pemimpin Tim Hutan EIA Faith Doherty.

Penulis: Ihya Afayat

 

Top