Lukisan Gua Tertua Berusia 51.200 Tahun Ditemukan di Sulawesi

Reading time: 2 menit
Lukisan gua tertua. Foto: BRIN
Lukisan gua tertua. Foto: BRIN

Jakarta (Greeners) – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Griffith University dan Southern Cross University berhasil menemukan lukisan gua tertua dunia di wilayah Sulawesi, Indonesia. Lukisan itu diperkirakan berusia 51.200 tahun.

Lukisan cadas tersebut menggambarkan tiga figur menyerupai manusia sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan. Letak lukisan berada di gua kapur di Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.

Ketua penelitian sekaligus ahli seni cadas Indonesia dari BRIN, Adhi Agus Oktaviana mengatakan bahwa penemuan lukisan Leang Karampaung, memiliki implikasi penting terkait pemahaman mengenai asal-usul seni paling awal.

Dalam menentukan umur lukisan gua tersebut, tim penelitian mengaplikasikan metode analisis mutakhir melalui ablasi laser U-series (LA-U-series). Hal itu untuk mendapatkan pertanggalan akurat pada lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas seni hias tersebut.

BACA JUGA: BRIN Kembangkan PLTS Terapung Mobile Pertama di Indonesia

Hasil analisis menunjukkan bahwa seni hias di bawah lapisan tersebut memiliki pertanggalan paling awal sekitar 51.200 tahun yang lalu. Sehingga, hal tersebut membuatnya sebagai gambar hias gua tertua di dunia. Bahkan, sekaligus narasi seni paling awal yang pernah peneliti temukan dan teliti hingga saat ini.

“Hasil yang kami peroleh ini sangat mengejutkan. Sebab, belum ada karya seni dari zaman Es Eropa yang terkenal yang umurnya mendekati umur lukisan gua Sulawesi ini, walaupun ada pengecualian pada beberapa temuan kontroversial di Spanyol. Penemuan ini merupakan seni cadas pertama di Indonesia yang umurnya melampaui 50.000 tahun,” kata Oktaviana lewat keterangan tertulisnya.

Lukisan gua tertua. Foto: BRIN

Lukisan gua tertua. Foto: BRIN

Lukisan Gua Bagian Penting dalam Budaya Seni

Sementara itu, penemuan oleh Oktaviana dan tim Griffith University ini mengindikasikan bahwa lukisan gua yang bersifat naratif merupakan bagian penting. Terutama, dalam budaya seni manusia awal Indonesia pada masa itu.

“Pada dasarnya, manusia sudah memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam bentuk cerita sejak lebih dari 51.200 tahun. Namun, karena kata-kata tidak bisa menjadi fosil batu, maka yang tertinggal hanyalah penggambaran dalam bentuk seni. Temuan ini adalah bukti tertua yang bisa kita ketahui dari sudut pandang arkeologi,” ucapnya.

Publikasi Perkuat Warisan Arkeologi Maros-Pangkep

Griffith’s Australian Research Centre for Human Evolution (ARCHE), Adam Brumm turut serta dalam penelitian ini. Ia menyatakan bahwa seni hias gua dari Leang Karampuang dan Leang Bulu’ Sipong 4, memberikan pemahaman baru terhadap signifikansi budaya bercerita dalam kaitannya dengan sejarah seni.

“Perlu diingat bahwa lukisan cadas tertua yang kami temukan di Sulawesi ini terdiri atas beberapa adegan yang bisa dikenali dengan mudah. Di antaranya penggambaran interaksi manusia dan hewan yang bisa ditafsirkan bahwa seniman pembuatnya berusaha untuk berkomunikasi secara naratif,” lanjut Brumm.

BACA JUGA: Jaga Kelestarian Ikan Hias, BRIN Gagas Riset “Indonesia Mantap”

Brumm juga menyatakan bahwa ini merupakan sebuah penemuan mutakhir. Sebab, pandangan akademis selama ini menunjukkan bahwa lukisan gua figurative awal hanya terdiri atas panel individual tanpa memperlihatkan adegan yang jelas. Kemunculan representasi gambar yang memiliki cerita baru muncul kemudian dalam seni hias Eropa.

Kemudian, Kepala PR Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN, Irfan Mahmud berpendapat bahwa publikasi ini sangat bermakna bagi narasi kebudayaan dunia dari berbagai aspek ilmu pengetahuan.

“Publikasi juga semakin memperkuat nilai penting warisan arkeologi Maros-Pangkep sebagai kawasan yang sangat penting dilindungi dan dimanfaatkan. Khususnya untuk riset, pendidikan, termasuk pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top