Polusi Cahaya Berpotensi Terhadap Penurunan Kualitas Ekosistem

Reading time: 2 menit
Polusi Cahaya Berpotensi Terhadap Penurunan Kualitas Ekosistem
Ilustrasi Polusi Cahaya. Foto : shutterstock

Greeners (Jakarta) – Penggunaan penerangan buatan (lampu) yang berlebihan di kota-kota besar saat ini mengakibatkan terjadinya polusi cahaya yang dapat mengganggu ekosistem, kesehatan, kerugian ekonomi dan sebagainya. Polusi cahaya bisa ditandai dengan ketika langit cerah namun tetap kesulitan mendapati bintang di langit.

Pada Talkshow “Langit Dalam Budaya Nusantara” dalam Pekan Kebudayaan Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (Kemendikbud) RI di Istora Senayan, Jakarta memaparkan bahwa pada zaman dulu di malam hari langit menjadi dominan namun saat ini sudah berbeda yang menjadi dominan pada malam hari bukan lagi langit tetapi cahaya-cahaya lampu terutama dari kota-kota besar.

Astrofisikawan dari Institut Teknologi Bandung Premana W. Pramedi menyampaikan bahwa polusi cahaya yang datang dari lampu-lampu di permukaan bumi terutama dari kota-kota besar seperti lampu-lampu yang mengarah ke atas atau lampu yang tidak diberi tutup membuat langit terlalu terang dan menyebabkan bintang-bintang kalah terang dan tidak bisa dilihat. 

Polusi cahaya di kota-kota besar bisa dikatakan sudah buruk sekali, hal ini terlihat dari saat langit sedang cerah cahaya bintang tetap saja tidak banyak terlihat, hanya cahaya bintang yang paling terang saja yang terlihat, ini disebabkan oleh penggunaan cahaya kota yang terlalu berlebihan.

Dampak bagi makhluk hidup

Perempuan yang akrab disapa Nana ini mengatakan bahwa polusi cahaya ini berdampak bagi kehidupan makhluk hidup di bumi, contoh saja ada makhluk hidup seperti hewan yang beraktifitas di malam hari yang hanya cukup dengan cahaya bulan. Karena banyak hewan yang siklus hidupnya bergantung dengan cahaya alam, dengan adanya polusi cahaya tentunya dapat mengganggu kelangsungan hidup hewan tersebut.

Langit Dalam Budaya Nusantara

foto: www.greeners.co/Mega Anisa

“Dampaknya banyak karena kita kan tahu ada makhluk hidup  yang hidupnya beraktifitas siang hari tapi ada juga makhluk hidup yang beraktivitas malam hari. Mereka yang beraktivitas malam hari itu tidak melihat seperti kita, mereka pakai radar seperti kelelawar pakai sonar dan ada juga burung yang juga mulai giat ketika hari sudah gelap, nah itu terganggu sekali dengan cahaya buatan, mereka cukup dengan cahaya bulan,” ungkap Nana saat ditemui di Istora Senayan.

Tidak hanya gangguan pada ekosistem dan populasi fauna seperti kemampuan navigasi burung di perkotaan, bayi penyu laut hingga penurunan populasi hewan nokturnal, populasi cahaya juga berdampak pada gangguan kesehatan manusia seperti penurunan kemampuan mata dan siklus tidur yang dapat mempengaruhi kondisi psikis dan emosional. Selain itu polusi cahaya juga dapat menghambat aktivitas penelitian astronomi.

Polusi cahaya cukup mudah untuk ditanggulangi dengan menghemat penggunaan lampu seperti mengatur arah dan waktu pencahayaan, menggunakan tudung lampu dan sensor gerak/cahaya, menggunakan lampu LED warna monokrom bertemperatur < 3000K.

Cahaya alam tidak hanya bermanfaat bagi hewan tetapi juga bermanfaat bagi beberapa kebudayaan seperti di Desa Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi yang menggunakan perhitungan bintang sebagai alat ukur untuk menanam yang dapat membaca pola musim dan menandai datangnya musim penghujan serta siklus hidup hama. Namun, dengan adanya polusi cahaya perhitungan ini kini sulit dilakukan.

Penulis: Mega Anisa

Top