Raih Emmy Awards, Film The Story of Plastic Tampilkan Sisi Kelam Sampah Plastik

Reading time: 2 menit
Para narasumber berfoto bersama usai pemutaran film The Story of Plastic. Foto: Greeners/Dini Jembar Wardani

Jakarta (Greeners) – Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) mengupas kerusakan lingkungan karena sampah plastik melalui film The Story of Plastic. Selama 10 tahun, GIDKP fokus terhadap persoalan sampah plastik. Mereka gencar menyuarakan berbagai aksi penanganan plastik.

Pemutaran Film dokumenter yang mengantongi anugerah Emmy Award ini berlangsung baru-baru ini. Film ini memperlihatkan bahaya plastik bagi pencemaran lingkungan. Tak hanya itu, film ini juga menggambarkan bencana yang terjadi di dunia, yaitu sampah yang menggunung serta cemaran dan polusi dari proses produksi plastik.

Selama film berlangsung, mereka perlihatkan bagaimana krisis iklim akibat polusi plastik dan dampaknya. Kejadian tersebut disorot pada beberapa negara, seperti India, Indonesia, Manila, dan Amerika. Selain itu, The History of Plastic juga menampilkan wawancara dengan para ahli dan aktivis di garis terdepan untuk menemukan titik terang dari plastik sekali pakai.

Direktur Eksekutif Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) Prigi Arisandi dan Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Tiza Mafira menjadi pahlawan dari Indonesia, yang turut andil dalam pembuatan film.

Tiza Mafira menyusuri Sungai Ciliwung dengan perahu kecil dan di sana terlihat banyak sekali tumpukan sampah plastik.

Film yang Deia Schloberg sutradarai ini mendapatkan penghargaan News and Documentary Emmy Awards 2021 dalam kategori Outstanding Writing: Documentary.

Ubah Mindset Masyarakat dari Film

Menurut Tiza Mafira, film ini harapannya dapat memberikan mindset baru kepada masyarakat global terkait bahaya plastik yang mengancam kehidupan.

Setelah film ini dirilis tentu ada keberhasilan yang bisa dibuktikan. Salah satunya terjadi dorongan kesadaran masyarakat dan pemerintah untuk bergerak bersama mengurangi sampah plastik.

Pemerintah juga memiliki peranan penting mengatasi masalah sampah ini dengan menentukan regulasi yang konsisten. Sebab, dalam mengatasinya butuh kolaborasi bersama-sama, tidak bisa jalan sendirian.

“Film ini merupakan salah satu movement untuk masyarakat dan pemerintah. Plastik ini masalahnya sangat besar, tentu salah satu solusi yang perlu dilakukan yaitu bekerja sama dengan pemerintah,” ungkap Tiza.

Suasana pemutaran film tentang sampah plastik. Foto: Greeners/Dini Jembar Wardani

Upaya Indonesia Sambut Global Plastic Treaty

Sementara itu, menyambut Global Plastic Treaty atau perjanjian internasional yang mengikat secara hukum tentang plastik, Indonesia tak hanya diam. Indonesia melakukan upaya yang cukup kuat melalui regulasi yang dimilikinya.

Direktur Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sinta Saptarina mengatakan, pihaknya telah berkomitmen secara internasional untuk mengurangi polusi plastik di laut.

KLHK telah menyiapkan tiga prinsip untuk lakukan aksi yakni, reduce, redesign the product, dan eliminating.

Selain itu, salah satu ritel besar di Indonesia, PT Lion Super Indo juga bersiap untuk berkomitmen mengganti plastik sekali pakai menjadi produk guna ulang.

Head of Corporate Communication dan Sustainability PT Lion Super Indo D. Yuvlinda Susanta menyebut, ketika berbelanja di Super Indo, masyarakat merasa terbantu karena bisa berbelanja tanpa kantong plastik.

“Kami menyediakan tas “Kantong Segar” yang dapat digunakan kembali,” imbuhnya.

Yuvlinda juga menambahkan, Super Indo sangat mendorong masyarakat dan memberikan pilihan untuk menggunakan tas yang dapat mereka gunakan kembali, daripada tas tunggal atau kantong plastik.

“Jadi kami sebenarnya sangat concern dengan masalah plastik ini. Sebenarnya Super Indo paham bahwa sebagai retailer memiliki tanggung jawab besar yang besar untuk ikut atasi ini,” ungkapnya.

Selain pemutaran film, dalam acara ini juga membahas tentang urgensi Global Plastic Treaty.

Penulis : Dini Jembar Wardani

Editor : Ari Rikin

Top