Walhi Ajak Pilih Pemimpin Peduli Lingkungan di Pemilu 2024

Reading time: 2 menit
Direktur Eksekutif Walhi Nasional Zenzi Suhadi (kedua kiri) dalam Tinjauan Lingkungan Hidup 2023. Foto: Walhi

Jakarta (Greeners) – Menuju pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengimbau masyarakat untuk memilih pemimpin yang memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap lingkungan.

Direktur Eksekutif Nasional Walhi Zenzi Suhadi mengatakan, semua pemimpin di legislatif dan eksekutif sudah seharusnya peduli dengan lingkungan. Tidak hanya sekadar menjadi instrumen dalam bisnis yang menguntungkan, namun juga jeli melihat krisis lingkungan yang sudah terjadi pada saat ini.

“Kami melihat meskipun terdapat pergantian presiden, namun setiap presiden masih mendukung sektor yang menguasai tambang, sawit, dan kayu,” kata Zenzi dalam keterangannya.

Senada dengan Zenzi, Pokja Politik Walhi M Islah juga merasakan keresahan yang sama. Apalagi saat ini isu lingkungan belum menjadi skala prioritas. Ia berharap para partai politik di pemilu 2024 sudah mempersiapkan calon yang memiliki visi misi baik kepada lingkungan. Selain itu juga memahami keberlanjutan lingkungan daripada hanya sekadar mengeruk keuntungan pribadi.

“Dunia saat ini membutuhkan pemimpin yang peduli dengan keberlangsungan kehidupan. Apakah bumi akan menunjang kehidupan kita atau tidak, itu yang perlu kita antisipasi,” ucap Islah.

Tinjauan Lingkungan Hidup 2023

Dalam kesempatan itu, Zenzi juga memaparkan beberapa tawaran resolusi untuk menjadi agenda bagi para pemimpin lewat Tinjauan Lingkungan Hidup 2023. Beberapa di antaranya, perbaikan sistem legislasi yang berpihak pada pemulihan hidup, penegakan HAM dan demokrasi.

Seperti RUU Perubahan Iklim yang membutuhkan pelibatan penuh masyarakat dengan menggunakan pendekatan keadilan antargenerasi.

Kedua, penegakan hukum sektor lingkungan dan sumber daya alam (SDA). Ketiga, penerapan ekonomi nusantara sebagai jalan pemulihan lingkungan, hak rakyat, dan memperkecil ketimpangan akses kesejahteraan.

Keempat, menciptakan ekosistem ekonomi nusantara yang harapannya menjadi kesatuan sistem antara produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi. Lalu kelima, akademi ekologi yang secara filosofis mampu meneruskan tradisi dan kekayaan pengetahuan lokal yang ada di nusantara.

Dari beberapa tawaran tersebut, Zenzi menyebut, jika Indonesia ingin mengembalikan fungsi lingkungan maka ekonomi nusantara merupakan solusi yang sangat tepat. Ekonomi nusantara dapat menangani dua krisis besar Indonesia yakni krisis ketimpangan dalam kesejahteraan dan krisis lingkungan.

Selain itu, ia juga berharap agar masyarakat tidak hanya sekadar memilih pemimpin peduli lingkungan. Tapi juga harus bisa mengubah lingkungan dan memberikan aksi perubahan agar dapat mendorong gerakan lingkungan yang lebih efektif.

“Pemerintah tidak akan berubah kecuali dari rakyat. Oleh karena itu, semua harus memahami bahwa aktivisme tak hanya Non Government Organization (NGO), tetapi juga semua elemen masyarakat dapat menjadi aktivis. Siapapun bisa menjadi aktivis,” tandasnya.

Penulis: Zahra Shafira

Editor : Ari Rikin

Top