Krisis Iklim Bakal Turunkan IQ 744 Juta Anak di Dunia

Reading time: 2 menit
Krisis iklim bakal menurunkan IQ ratusan juta anak dunia. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Temuan Save the Children Generation Hope tahun 2022 mengungkap sekitar  774 juta anak atau sepertiga dari populasi anak di dunia terancam dampak ganda krisis iklim dan kemiskinan. Hal ini berisiko besar menurunkan kecerdasan intelektual atau intelligence quotient (IQ) selama tumbuh kembang mereka.

Indonesia menempati peringkat ke-9 tertinggi secara global terkait jumlah anak yang mengalami ancaman ganda tersebut.

Berbagai sumber menyebut, krisis iklim memiliki konsekuensi dramatis pada semua aspek kehidupan, mulai dari banjir, kekeringan hingga perubahan kualitas dan polusi udara, tanah dan air. Bahkan, krisis iklim berdampak buruk pada kesehatan dan otak.

Kenaikan suhu terutama serangan hipotermia dapat menyebabkan perubahan pada metabolisme otak, inflamasi, hingga demensia (neurodegenerasi). Tak hanya itu, paparan polusi memicu rendahnya IQ.

Media & Brand Manager Save The Children Indonesia Dewi Sri Sumanah mengatakan, dampak ganda krisis iklim dan kemiskinan tak hanya berpengaruh pada lingkungan. Tapi berpengaruh tak langsung pada rendahnya IQ.

“Hal ini karena beban ganda yang berpengaruh pada keterbatasan akses pada pendidikan dan kesehatan,” katanya kepada Greeners, Rabu (4/1).

Ia mengungkap, krisis iklim merupakan krisis terhadap hak-hak anak. “Krisis iklim adalah krisis hak-hak anak juga, seperti kemiskinan jangka panjang dan imbasnya pada hak pendidikan, kesehatan dan perlindungan,” imbuhnya.

Ia menceritakan, pernah bertemu dengan anak di pesisir pantai Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah berusia 17 tahun. Imbas banjir rob, membuatnya terpaksa harus berpindah-pindah selama 15 tahun hidupnya. Ayahnya seorang nelayan pun terpaksa harus menerima kenyataan menurunnya pendapatan.

“Yang sedianya tangkapan ikan mendapatkan Rp 100.000, dua tahun terakhir hanya Rp 45.000 sehari. Itu pun harus mencukupi 7 anaknya,” kata dia.

Bencana dan perubahan iklim pengaruhi psikis anak. Mitigasikan untuk halau risikonya. Foto: Shutterstock

Kesehatan dan Pendidikan Anak Terancam

Dampak nyata krisis iklim juga terasa pada kesehatan. Anak tersebut harus rela menelan kenyataan saat kondisi tak ada uang, di tengah banjir rob ia tak bisa menyeberang saat orang tuanya sakit.

“Anak-anak pun tak bisa berangkat ke sekolah karena banjir rob yang meluas. Dalam jangka waktu lama, dampak krisis iklim ini menyebabkan anak kehilangan hak belajarnya,” papar dia.

Ia menambahkan, butuh peran berbagai pihak untuk mengendalikan dampak buruk krisis iklim ini. Misalnya, mulai melakukan berbagai gaya hidup minim energi dengan mengurangi penggunaan energi fosil pada kendaraan.

Hal yang sama juga seharusnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan agar mengendalikan pencemarannya. Sementara pemerintah, harus merumuskan kebijakan yang concern pada upaya mengatasi agar suhu bumi tak lebih dari 1,5 derajat Celcius.

Menurut dia, sudah saatnya melakukan aksi adaptasi dan mitigasi untuk memperbaiki keadaan untuk masa depan anak-anak di Indonesia.

Selain itu, laporan Generation Hope juga menunjukkan bahwa lebih dari 60 juta anak di Indonesia pernah mengalami setidaknya satu kali kejadian iklim ekstrem dalam setahun.

Fakta ini memperjelas bahwa anak-anak menanggung beban yang tidak proporsional, sebab tumbuh dalam situasi yang mengancam dan anak memiliki faktor-faktor yang membuatnya lebih rentan secara fisik, sosial dan ekonomi.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top