Jakarta (Greeners) – Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) dan Yayasan Badak Indonesia (YABI) resmi menjalin kerja sama untuk mendukung upaya konservasi badak jawa dan badak sumatera. Kolaborasi ini akan mencakup pelaksanaan berbagai program dan riset untuk pelestarian kedua spesies badak yang kini terancam punah.
DIPI adalah badan otonom Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang bertugas mengelola dana untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kerja sama ini, DIPI dan YABI sepakat untuk menerapkan pendekatan konservasi berbasis bukti (evidence-based conservation), yakni sebuah pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan program konservasi.
Pendekatan itu menerapkan pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan dalam program konservasi dengan menggunakan bukti. Kemudian dikumpulkan dari berbagai sumber untuk menilai efektivitas intervensi, dan mengidentifikasi strategi terbaik untuk melindungi keanekaragaman hayati.
BACA JUGA: Tiga Individu Baru Badak Jawa Teridentifikasi di TNUK
Direktur Eksekutif YABI, Jansen Manansang, menjelaskan bahwa kerja sama konservasi badak ini memiliki dua tujuan utama. βPertama, kami ingin mendapatkan pendanaan bersama dan menyusun proposal bersama untuk memaksimalkannya. Kedua, kami ingin mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahlian di bidang konservasi di Indonesia,β ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/6).
Jansen menambahkan bahwa terdapat lima program utama yang telah disiapkan dalam kolaborasi ini. Bantuan yang terhimpun nantinya akan mereka salurkan sesuai dengan kebutuhan, baik untuk kepentingan riset, pelestarian badak, pembangunan komunitas, maupun kegiatan konservasi lainnya.
Mengkaji Populasi Badak
Dalam kerja sama ini, kedua lembaga berencana untuk melaksanakan beberapa program. Pertama, kajian tentang populasi badak dan viabilitas habitat.
Tujuan dari kajian tersebut untuk memastikan bahwa jumlah badak yang ada di alam bisa bertambah dengan kualitas genetik, yang baik dan kondisi habitat yang bisa menopang keberadaan satwa tersebut secara alami.
Kedua, kajian tentang efektivitas intervensi yang sudah YABI lakukan, khususnya dalam mengurangi tekanan perburuan badak. Kemudian, menilai efektivitas pengelolaan habitat badak serta kawasan pendukunganya dengan memperhatikan kerentanan ekosistem terhadap perubahan iklim.
BACA JUGA: PT Badak NGL Lakukan Konservasi Keanekaragaman Hayati
Kajian tersebut diharapkan bisa memberikan masukan guna mengembangkan metode intervensi yang lebih optimal. Ini termasuk pengembangan teknologi baru untuk pemantauan badak dan pengawasan habitat.
Kedua lembaga juga akan melakukan kajian sosial-ekonomi sebagai bagian dari strategi pengembangan konservasi. Dalam rangka memperkuat kapasitas, DIPI dan YABI akan menjalankan program peningkatan kapasitas serta pertukaran pengetahuan.
Direktur DIPI, Jatna Supriatna mengatakan bahwa kerja sama ini dalam jangka waktu minimal lima tahun. Sebab, pelestarian badak ini sangat penting karena populasinya sangat sedikit.
“Kami DIPI bersama YABI akan mencari pendanaan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga secara global,” ujar Jatna.
Dalam upaya pencarian dana ini, DIPI juga akan melibatkan para pakar dan ilmuwan yang berpengalaman di bidang konservasi. Dengan basis data ilmuwan yang dimiliki, DIPI berharap dapat mengidentifikasi para ahli terbaik, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Kami bisa mencari saintis dari seluruh dunia dan juga dari Indonesia. Sehingga, kami dapat menciptakan kolaborasi yang baik antara kedua lembaga ini,” tambahnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia