Kawin, Upaya Menyelamatkan Populasi Badak Sumatera dari Kepunahan

Reading time: 2 menit
badak sumatera
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Foto: wikimedia commons

Jakarta (Greeners) – Selain perburuan liar dan penyempitan habitat, masa reproduksi badak sumatera yang lama membuat populasi spesies ini menuju kepunahan. Diperlukan upaya untuk mempertemukan badak jantan dan badak betina dalam waktu yang tepat agar proses kawin dapat terjadi.

“Maka sekarang gagasannya bahwa badak harus dipersatukan supaya efektif untuk perkawinan. Jadi ini memerlukan pendekatan dan sebenarnya terpaksa juga harus diatur seperti ini supaya bisa menghasilkan anak dan mengurangi (tingkat) kepunahan badak sumatera itu,” ujar Ketua Pengurus Yayasan Badak Indonesia (YABI) Widodo S Ramono kepada Greeners, Jakarta, Minggu (28/01/2018).

Upaya ini menurut Widodo bahkan baru menghasilkan dua anak badak di Suaka Rhino Sumatera (Sumatran Rhino Sanctuary/SRS). Populasi badak Sumatera di Indonesia saat ini terdapat di Taman Nasional (TN) Gunung Leuser, TN Way Kambas, dan TN Bukit Barisan Selatan.

BACA JUGA: Penyakit Ancam Populasi Badak Sumatera dan Jawa

Berdasarkan Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) tahun 2015, populasi badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) diperkirakan sekitar 100 individu. Keberadaan satwa ini terancam punah akibat perambahan, perubahan fungsi hutan menjadi areal perladangan, pemukiman, perkebunan, tekanan inbreeding dan perburuan.

“Sekarang ini jumlah populasinya ada tujuh badak dipelihara oleh YABI dan itu di Sumatera semua, kalau liar masih ada beberapa di hutan kurang dari 100 ekor. Coba bandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia banding berapa itu. Maka itu perlu untuk memilki pemahaman tidak memburu dan merusak habitat Badak,” ujar Widodo.

Ia juga mengatakan bahwa hingga saat ini tidak sedikit masyarakat yang masih memburu badak dan merusak habitat badak. Diperlukan kesadaran dan pemahaman dari masyarakat luas bahwa upaya konservasi badak tidak mudah, dan agar badak bisa berkembang biak di alam liar dengan baik.

“Sulit sekali mendapatkan anak badak. Perlu beberapa tahun badak betina baru bisa mengandung saat umurnya 9 tahun, setelah itu baru bisa kawin dan mengandung bayi selama 15-16 bulan. Kalau sudah melahirkan anaknya dipelihara 2 sampai 3 tahun. Jadi perlu berapa tahun itu bisa mendapatkan badak tapi kalau orang mau bunuh badak itu sebentar saja. Pemahamannya harus ke arah situ,” katanya.

BACA JUGA: Peneliti Sarankan Pembangunan Habitat Baru bagi Badak Jawa

Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno mengatakan bahwa pemerintah telah menargetkan adanya peningkatan sebesar sepuluh persen terhadap populasi badak selama empat tahun.

“Kondisi badak sumatera telah menjadi fokus pemerintah Indonesia dengan memasukan badak sumatera sebagai spesies dilindungi, dan target peningkatan populasi badak sebesar 10 persen selama tahun 2015-2019. Berbagai kerjasama dengan mitra dan masyarakat, upaya perlindungan, program pengembangbiakan, serta penelitian, telah dilaksanakan untuk melestarikan spesies ini,” ujar Wiratno.

Selain mengawinkan badak, upaya konservasi juga dilakukan melalui pameran seni. Belum lama ini juga digelar Pameran Seni dan Lelang Amal oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama Tim Badak dan didukung The Walt Disney Company, PNRI. Pameran yang berlangsung pada 19 hingga 21 Januari 2018 ini di bertema “Harta Karun Tersembunyi Indonesia”.

Penulis: Dewi Purningsih

Top