Aksi Lindungi Ozon Patut Ditiru Dalam Mengurangi Emisi GRK

Reading time: 2 menit
Lapisan Ozon
Lapisan ozon perlu dilindungi dengan komitmen bersama. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Manager Kampanye Keadilan Iklim Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yuyun Harmono menilai, aksi lindungi lapisan ozon lebih maju dibanding pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Aksi pengurangan bahan perusak ozon (BPO) perlu menjadi contoh pengendalian perubahan ikilm.

“Upaya pengurangan emisi yang merusak ozon ada progress. Pengurangan dan pengendalian emisi GRK harusnya bisa mengambil contoh baik (lesson learn) dari aksi perlindungan ozon,” katanya kepada Greeners di Jakarta, Jumat (17/9/2021).

Lapisan ozon berada pada lapisan atmosfer di ketinggian 10 sampai 50 kilometer di atas permukaan bumi. Lapisan memfilter radiasi sinar UV-B yang dapat memberikan dampak buruk bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.

Yuyun mengungkapkan, kondisi untuk lindungi ozon saat ini terpantau lebih baik seperti kondisi di tahun 1980an. Pengurangan polutan berbahaya memberi kontribusi perbaikan ozon. Konvensi Wina dan Protokol Montreal mengatur aksi perlindungan lapisan ozon tersebut.

Evaluasi terbaru di level internasional menyebut, kondisi ozon mulai membaik berkat kontribusi negara yang tidak lagi menggunakan BPO berjenis Chlorofluorokarbon (CFC).

“Harusnya ini menjadi contoh bagi konvensi lain untuk perubahan iklim dengan mengurangi emisi GRK,” tegasnya.

Aktivitas Masyarakat Modern Memicu Penipisan Lapisan Ozon

Berbagai sumber menyebut, CFC meningkatkan penipisan lapisan ozon. Senyawa organik ini mengandung karbon, klorin, dan fluorin yang diproduksi sebagai derivat volatil dari metana, etana dan propana.

Masyarakat modern memakai kulkas, membuat busa dan bahan pelarut kilang-kilang elektronik mengandung CFC. Senyawa ini mampu bertahan 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer. Kurun waktu lima tahun, CFC bergerak naik ke dalam stratosfer sejauh 10-50 kilometer.

Polusi kendaraan berupa karbon monoksida juga mampu merusak lapisan ozon. Kendaraan yang bertambah dari waktu ke waktu akan menambah konsentrasi gas karbon monoksida. Polusi asap pabrik dan penggundulan hutan juga menipiskan lapisan ozon. Dunia membutuhkan komitmen negara-negara untuk bisa melakukan aksi terbaiknya bagi lingkungan hidup.

Masyarakat Perlu Meninggalkan BPO untuk Lindungi Ozon

Saat ini penyaluran vaksin di tengah pandemi Covid-19 juga membutuhkan rantai pendingin berkualitas. Yuyun mengingatkan, perangkat rantai pendingin distribusi vaksin Covid-19 bukan kategori BPO. Produsen juga harus memastikan perangkat rumah tangga, seperti lemari pendingin dan pendingin udara (AC) tidak lagi mengandung BPO serta ramah ozon.

“Kesadaran orang untuk menggunakan bahan ramah ozon trennya sudah bagus. Dalam memilih produk konsumen tentunya melihat harga, kualitas barulah terakhir imbasnya kepada lingkungan,” ungkapnya.

Senada dengan Yuyun, Pakar Lingkungan Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa mengungkapkan, berbagai kegiatan manusia yang bertujuan menciptakan kesejahteraan perlu memerhatikan aspek perlindungan terhadap lingkungan hidup.

“Teknologi berbagai peralatan untuk kegiatan dan kenyamanan seperti kulkas dan AC yang mengandung BPO bisa mengakibatkan menipisnya ozon,” katanya.

Upaya bersama menjalankan Protokol Montreal terbukti dapat memperbaiki  dan melindungi ozon yang sempat menurun pada periode 1980-2010.

“Perlindungan ozon memberikan pengalaman bahwa tindakan kehati-hatian (precaution) untuk lingkungan lebih baik dibandingkan keberhasilan mengatasi kerusakan lingkungan. Di sisi lain, upaya bersama memberikan peluang lebih baik untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan global,” paparnya.

Mahawan menegaskan, Indonesia dapat berkontribusi dan mendorong investasi teknologi yang ramah ozon atau bebas BPO untuk perlindungan ozon.

Penulis : Ari Rikin

Top