Ancaman Mikroplastik Dari 600 Ribu Ton Sampah Tiap Tahun Ke Laut

Reading time: 2 menit
sampah mikroplastik
Ilustrasi. Foto: pixabay

Jakarta (Greeners) – Kondisi laut Indonesia mengalami pencemaran yang tinggi oleh sampah yang berasal dari daratan. Kondisi ini diperparah dengan ancaman mikroplastik yang bisa masuk ke tubuh manusia. Menurut Marine Microbiologist Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Yeti Darmayati, sampai saat ini sampah yang berada di laut Indonesia mencapai 600 ton setiap tahunnya.

Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI), mengkaji 18 pantai di Indonesia dijadikan area monitoring setiap bulan untuk pemantauan sampah terdampar, 13 pesisir di Indonesia dijadikan area sampling mikroplastik di permukaan air pada tahun 2018 lalu.

Dari hasil tersebut mikroplastik ditemukan pada seluruh lokasi kajian baik pada permukaan air, sedimen maupun pada tubuh ikan. Ancaman mikroplastik terbanyak ditemukan di permukaan air Sulawesi Selatan dan Teluk Jakarta (7.5-10 partikel per m3). Pada sedimen ditemukan >100 partikel per kg di Aceh, Sulawesi Selatan dan Biak. 

BACA JUGA : Ilmuwan Muda Temukan Bakteri yang Dapat Memakan Plastik di Lautan

“Dari daerah sampling juga ditemukan top 5 daerah yang menjadi penghasil sampah terbanyak, yakni Padang, Makassar, Manado, Bitung, dan Ambon. Dari sampah-sampah tersebut, 50%nya merupakan sampah plastik. Walaupun belum ditemukan apakah sampah tersebut transbounderies atau memang sampah asal daerah tersebut. Kajian itu sedang kita buat,” ujar Yeti pada acara talkshow “Ocean Debris” SDG’s Annual Conference di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (09/10/2019).

Ancaman Mikroplastik Dari Sampah Laut dan Tubuh Manusia

Kiri ke kanan: Kepala DLH DKI Jakarta Andono, Direktur Pengendalian dan Pencemaran Laut KLHK Dida Migfhar, LIPI Yeti Darmayati, Founder Beach Clean Up Day Diah Bisono.

Yeti juga mengungkapkan bahwa mikroplastik juga ditemukan 90% pada Ikan teri (Stolephorus sp) 0.25-1.5 partikel per gram. Tentunya hal ini mengkawatirkan karena ikan teri ini kecil-kecil dan sudah mengandung mikroplastik.

Sejalan dengan data tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktur Pengendalian dan Pencemaran Laut, Dida Migfhar Ridha menyatakan bahwa sumber pencemaran laut, 80% datang dari darat.

BACA JUGA : Pemerintah Diminta Tegas Tangani Sampah Popok Sekali Pakai

“Jika menurut perhitungan station kita di 30 lokasi untuk sampah laut yang berbasis satelit dan permodelan arus laut. Kecenderungan sampah di laut ini semakin meningkat walaupun kita sudah punya upaya clean up dan gerakan penyadaran. Menurut data 2018 lalu juga, ada 0.49 juta ton per tahun sampah di laut Indonesia,” jelas Dida.

Dida mengatakan, kecenderungan peningkatan terjadi karena sampah berkorelasi dengan pertumbuhan penduduk. Tentunya hal ini akan menjadi perhatian, apalagi Indonesia mempunyai target mengurangi sampah 70%. Baseline tersebut yang penting untuk menentukan langkah pijak ke depannya.

Selain itu, yang menjadi isu utama dalam pencemaran laut ini terjadinya kasus tumpahan minyak dan batu bara. Menurut data KLHK selama tahun 1998-2018 ada 37 kasus tumpahan minyak, dan ada 4 kasus tumpahan batu bara selama 2019 ini. Hal ini tentunya menyebabkan ekosistem perairan dan kelautan Indonesia semakin terancam karena ancaman tidak hanya datang dari sampah laut.

Penulis: Dewi Purningsih

Top