Break Free From Plastic (BFFP) mengaudit merek sampah plastik yang mencemari lingkungan selama tahun 2020. BFFP sendiri merupakan gerakan masyarakat global yang peduli terhadap lingkungan. Sebanyak 15.000 relawan dari 55 negara dan berbagai organisasi terlibat dalam aliansi ini. Muara dari gerakan ini untuk mendesak perusahaan segera mengurangi jumlah plastik sekali pakai yang mereka gunakan.
Jakarta (Greeners) – Koordinator Global BFFP, Von Hernandez, mengungkapkan hasil audit pada tahun 2020 ini tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jumlah sampah plastik yang berhasil terkumpul sebanyak 346.494 buah yang mana 63 persen di antaranya ditandai dengan merek konsumen yang jelas.
Adapun 10 merek terbanyak mencemari lingkungan pada tahun 2020 ini yaitu:
(1) The Coca-cola Company,
(2) PepsiCo,
(3) Nestle,
(4) Unilever,
(5) Mondelez International,
(6) Mars.inc,
(7) Procter & Gamble,
(8) Philip Morris International,
(9) Colgate-Palmolive,
(10) Perfetti van Melle.
“Pencemar global teratas tahun 2020 sangat konsisten dengan laporan audit merek sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa perusahaan yang sama terus mencemari sebagian besar tempat dengan plastik sekali pakai,” ujar Hernandez dalam Media Briefing virtual terkait Laporan Brand Audit 2020, Kamis (3/12/2020).
Coca-cola, Nestle, dan PepsiCo Terdepan Hasilkan Sampah
Hernandez menyebut belum ada upaya signifikan bagi lingkungan dari para merek global tersebut. Menurutnya, tujuh dari sepuluh merek global tersebut telah bergabung dalam The New Plastics Economy Global Commitment. Namun, berdasarkan laporan Ellen MacArthur, komitmen tersebut hanya mengurangi penggunaan plastik murni sebesar 0,1 persen dari 2018 hingga 2019.
Sebagai contoh berdasarkan hasil audit selama tiga tahun berturut-turut, Coca-cola muncul sebagai pencemar nomor satu. Pada tahun 2020 total sebanyak 13.834 sampah temuan di 51 negara bermerek Coca-cola. Angka ini lebih banyak dari tahun 2018 dengan jumlah 11.732. Bahkan, untuk merek PepsiCo dan Nestle juga mengalami peningkatan jumlah. Padahal tiga perusahaan tersebut masuk dalam tujuh perusahaan yang menandatangani The New Plastics Economy Global Commitment.
“Coca-cola, Nestle, dan PepsiCo tetap menjadi tiga pencemar global kami setiap tahun sejak audit pertama pada tahun 2018,” jelasnya.
Baca juga: Perikatan Empat Belas Negara untuk Ekonomi Laut Berkelanjutan
Desak Merek Global Kurangi Sampah Plastik
Lebih jauh, Hernandez menegaskan BFFP bukanlah gerakan memungut sampah plastik. Lebih dari itu, gerakan ini mendesak perusahaan mengurangi jumlah plastik sekali pakai. Menurutnya, merek-merek khususnya pencemar terbanyak harus mengungkapkan jumlah plastik mereka. Lalu, merek tersebut menetapkan target jelas dan terukur untuk mengurangi jumlah plastik mereka. Bahkan, perusahaan juga harus berinovasi untuk mengurangi kemasan plastik sekali pakai yang mereka gunakan.
Dia melanjutkan gerakan ini telah mengumpulkan bukti untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan atas sampah plastik mereka. Menurutnya, salah satu cara untuk memerangi krisis polusi atas plastik adalah dengan menghentikan dari sumbernya. BFFP membantu semua pihak mengungkap perusahaan mana yang bertanggung jawab menciptakan krisis polusi plastik.
“Melalui kombinasi aktivitas masyarakat dan pengetahuan warga, kami mencatat data untuk mengetahui perusahaan yang mencemari dengan plastik sekali pakai. Audit ini memungkinkan kita untuk mengungkap dengan tepat siapa yang bertanggung jawab atas masalah polusi plastik. Terlebih untuk meminta pertanggungjawaban mereka untuk menyelesaikannya,” pungkasnya.
Penulis: Muhammad Ma’rup
Editor: Ixora Devi