Cuaca Panas Ekstrem, Waspadai Bahaya Dehidrasi!

Reading time: 3 menit
Ilustrasi cuaca panas ekstrem. Foto: Freepik
Ilustrasi cuaca panas ekstrem. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Indonesia tengah mengalami cuaca panas ekstrem. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, fenomena suhu panas terik ini terjadi pada siang hari. Masyarakat perlu waspada akan bahaya dehidrasi.

Berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode tanggal 22-29 September 2023. Di beberapa wilayah Indonesia, suhu berkisar antara 35-38.0 °C pada siang hari.

Bahkan, suhu maksimum tertinggi selama periode tersebut ada yang mencapai hingga 38.0 °C. Fenomena panas terik ini juga berlangsung dalam periode Oktober.

Hindari Minuman Dingin dan Manis

Pakar Kesehatan Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo mengimbau masyarakat waspada akan bahaya dehidrasi. Jangan menghadapi kondisi panas ekstrem ini dengan perilaku ekstrem. Misalnya, memanjakan dahaga dengan konsumsi minuman dingin dan manis.

“Ekstrem itu jangan dilawan dengan ekstrem juga. Minum itu biasa saja, yang penting menggantikan cairan tubuh. Kemudian, jangan terlalu dingin. Sebab, untuk minuman kemasan atau selain air putih mengandung cairan kental dan konsentrasi gula tinggi, itu akan menarik cairan tubuh. Cairan pembuluh darah jadi tertarik ke usus,” kata Windhu kepada Greeners, Senin (02/10).

Ilustrasi cuaca panas ekstrem. Foto: Freepik

Ilustrasi cuaca panas ekstrem. Foto: Freepik

Waspada Tubuh Mudah Dehidrasi

Panas ekstrem yang kini sedang terjadi di Indonesia akan berdampak besar bagi kesehatan masyarakat. Windhu mengatakan, masyarakat perlu mengantisipasi dehidrasi dalam tubuh.

“Udara panas akan berdampak pada kekurangan cairan. Tubuh mengeluarkan banyak keringat, bisa dehidrasi. Kalau tidak diimbangi asupan cairan, bisa kolaps, syok, hingga meninggal dunia,” tambah Windhu. 

Menurut Windhu, orang yang mengalami dehirasi secara tiba-tiba akan merasa syok, lalu berujung meninggal dunia. Elektrolit yang hilang itu juga menyebabkan keram panas. Oleh sebab itu, bagian otot pun akan menjadi tegang. 

BACA JUGA: Cuaca Panas Ekstrem, Pertanda Dampak Perubahan Iklim

Windhu mengatakan, lansia menjadi kelompok paling rentan terdampak panas ekstrem. Namun, tidak menutup kemungkinan kelompok usia muda juga mengalami penurunan daya tahan tubuh.

“Pada dasarnya, semua orang (bisa) mengalami hal yang sama kalau berada di bawah terik matahari yang sangat panas, bisa cepat dehidrasi. Orang muda bisa kolaps, tentu yang lebih tua paparannya sama. Apalagi bagi orang yang memiliki penyakit lain, itu jauh akan lebih rentan,” ucap Windhu. 

Perlu Perlindungan Ketat bagi Pekerja

Sejumlah profesi yang harus bekerja di bawah teriknya matahari, lanjut Windhu, perlu perlindungan yang ketat agar bisa terhindar dari bahaya paparan sinar matahari. Nelayan dan petani, misalnya. Mereka perlu menggunakan penutup tubuh seperti topi lebar yang tidak hanya menutupi kepala saja.

“Pakai baju yang tipis, jangan terlalu tebal, dan tidak berwarna gelap. Minum itu utama, jadi harus setiap haus itu minum, jangan sampaai dehidrasi,” imbuh Windhu.

Terapkan Hidup PHBS

Demi menjaga tubuh tetap fit dan sehat di kala musim panas ini, masyarakat perlu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Menurut Windhu, perubahan pola hidup yang kini banyak masyarakat lakukan, kemungkinan belum sepenuhnya berkaitan erat dengan PHBS.

Windhu menyarankan agar masyarakat membangun PHBS saat cuaca ekstrem terjadi. Sebab, ada banyak perubahan faktor alam yang membuat tubuh terserang penyakit.

BACA JUGA: Gaya Hidup Sehat untuk Bumi yang Lebih Sehat

“Saat cuaca panas ekstrem kemudian kekeringan, debu jadi banyak dan tidak terbasahi, itu malah bisa masuk ke dalam pernapasan kita. Artinya, protokol kesehatan juga harus diterapkan kembali, misalnya pakai masker,” kata Windhu.

Tidak sekadar itu, Windhu menambahkan, nyamuk juga banyak berkumpul pada titik-titik tertentu di dalam rumah, khususnya  di genangan air. Oleh sebab itu, Windhu mengimbau masyarakat untuk rutin membersihkan sarang nyamuk.

“Nyamuk bertambah banyak di masa panas ini.  Hal itu harus diwaspadai karena bisa menimbulkan demam berdarah. Kemudian, makan yang cukup, istrihat cukup, olahraga pagi. Pola itu yang harus dilakukan,” ujar Windhu. 

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top